Jumat, 25 Maret 2011

Ukhti, salam kenal untukmu yang sampai detik kutulis surat ini, aku belum pernah melihat dirimu apalagi mendengar suaramu

Oleh : Kamal Mahfudz

To : Ukhti

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh,

Ukhti, salam kenal untukmu yang sampai detik kutulis surat ini, aku belum pernah melihat dirimu apalagi mendengar suaramu.

Ukhti, teringat tentang kisah Khadijah binti Khuwailid, seorang wanita paling mulia di muka bumi ini, teladan bagi setiap istri yang menginginkan gelar “sholehah”, wanita paling utama di surga Allah, ibunda kaum muslim sampai akhir zaman, istri Rasulullah saw yang paling beliau cintai.

Beliau hanya seorang janda ketika menikah dengan Rasulullah saw, hanya seorang janda yang tidak lagi muda namun masih menyisakan kecantikan masa mudanya, hanya seorang janda yang memiliki karisma sehingga banyak pemuka Quraisy ingin menikahinya.  Namun begitu besar kemuliaannya sehingga ia menjadi satu-satunya manusia yang mendapatkan salam dari Tuhannya dan dari malaikat Jibril.

Ukhti, kemuliaan Khadijah bukan hanya karena ia adalah istri Rasulullah saw, bukan hanya karena ia adalah bangsawan, bukan hanya karena ia adalah seorang kaya raya.  Tapi kemuliaan Khadijah adalah karena ia mencintai Rasulullah saw. 

Karena ia beriman pada Rasulullah saw ketika yang lainnya tidak, ia memberikan hartanya pada Rasulullah saw ketika yang lainnya memboikot Rasulullah saw, ia membenarkan Rasulullah saw ketika yang lainnya mendustakan Rasulullah saw, ia teguh di sisi Rasulullah saw ketika yang lainnya meninggalkan Rasulullah saw, ia mencintai Rasulullah saw sebagai seorang istri.  Begitu bahagianya Rasulullah saw menjadi suaminya, hingga Rasulullah saw tidak menikah sewaktu ia masih hidup, bahkan sampai Rasulullah saw wafat beliau tetap mencintainya, dan hanya dari rahimnya yang suci Allah memberikan keturunan pada Rasulullah saw.  Dari rahimnya lahir Fatimah binti Muhammad, wanita paling mulia di zamannya, wanita yang harus diteladani oleh seluruh wanita di muka bumi karena kesetiaannya pada suaminya.

Ukhti, rasanya tidak perlu menguntai kata begitu panjang untuk bercerita tentang Khadijah binti Khuwailid.  Toh, tinta emas pun tidak sanggup untuk menorehkan kemuliaannya.  Bahkan bidadari surga pun sangat cemburu padanya.

Ukhti, wanita sholehah bukanlah wanita biasa yang hidup dengan biasa pula.  Wanita sholehah bukanlah wanita tanpa alpa dan dosa.  Wanita sholehah juga bukanlah wanita sempurna.  Wanita sholehah adalah seorang istri yang patuh taat pada suaminya.  Jika dipandang ia menentramkan hati, diberi perintah ia kerjakan sepenuh hati, ia menjaga harga dirinya dengan menutup auratnya, ia tidak memasukkan orang yang tidak disukai suaminya dalam rumah mereka, ia tidak berdua-duaan dengan pria lain, ia tidak mengeluh dengan kekurangan mereka, ia setia meski hidup dalam kesusahan. 
Wanita sholehah adalah wanita yang mampu membuat para bidadari surga cemburu padanya.

Bidadari surga? Siapa yang tidak tahu? Bidadari surga, tubuhnya tidak pernah disentuh oleh pria selain suaminya, wajahnya sangat rupawan, sangat setia pada suami-suami mereka, bidadari surga duduk di atas dipan-dipan bertahtakan permata.  Bidadari surga, jika ia mengintip ke dunia, niscaya seluruh dunia akan dipenuhi wanginya. 
Bidadari surga, penghuni-penghuni surga, istri para sholihin.

Tapi bukankah Rasulullah saw mengatakan, “wanita dunia lebih utama dari bidadari surga”, karena sholatnya, puasanya, zakatnya, sedekahnya…, karena ketaatan pada suaminya…

Ukhti, engkau bukanlah wanita yang utama seperti Khadijah atau Fatimah, dan suamimu pun bukanlah orang semulia Rasulullah saw.

Tapi, jadilah wanita akhir zaman yang berusaha menjadi sholehah…

Agar bidadari surga cemburu padamu…

Dia, wanita beriman pada Allah

Dia istiqomah, berbungkus busana muslimah,

Dia khusyuk, dan jauhkan bermegah-megah

Dia ramah, penjaga amanah,

Dia hiasan dunia paling indah

Dia wanita nan tengah dinanti-nanti surga

Dialah WANITA SHOLEHAH


Copas from Bukan Muslimah Biasa note's

Sabtu, 19 Maret 2011

Mampukah Kita Mencintai Tanpa Syarat

Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yang sudah senja bahkan sudah mendekati malam, Pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua. mereka menikah sudah lebih 32 tahun Mereka dikarunia 4 orang anak di sinilah awal cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan anak ke empat tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ketiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.

Setiap hari Pak Suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya ke atas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya didepan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum, untunglah tempat usaha Pak Suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. Sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa-apa saja yang dia alami seharian.

Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi, Pak Suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur.
Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati mereka, sekarang anak-anak mereka sudah dewasa tinggal si bungsu yg masih kuliah.

Pada suatu hari ke empat anak Suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka menikah sudah tinggal dengan keluarga masing-masing dan Pak Suyatno memutuskan ibu mereka dia yg merawat, yang dia inginkan hanya satu semua anaknya berhasil.
Dengan kalimat yg cukup hati-hati anak yg sulung berkata “Pak kami ingin sekali merawat ibu , semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak.... bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu” .

Dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata-katanya”sudah yg keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”.

Pak Suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak-anak mereka.
“Anak-anakku .... jikalau perkawinan dan hidup didunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah.... tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian… sejenak kerongkongannya tersekat,... kalian yg selalu kurindukan hadir di dunia ini dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat menghargai dengan apapun. coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti ini.

Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang, kalian menginginkan bapak yg masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yg masih sakit.”
Sejenak meledaklah tangis anak-anak Pak Suyatno. Merekapun melihat butiran2 kecil jatuh dipelupuk mata Ibu Suyatno... dengan pilu ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu.
Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yang sudah tidak bisa apa-apa.

Disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yg hadir di studio. kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru, disitulah pak Suyatno bercerita;
"Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi ( memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian ) adalah kesia-siaan.
Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan batinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 orang anak yg lucu-lucu. Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama… dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya, sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit" 

Copas from Suan Aja note's

Selasa, 15 Maret 2011

Karena Setiap Orang Menyimpan Setitik Kebaikan Dalam Jiwanya

Muhammad Ihsan Zainuddin

Tidak semua manusia dipilih oleh Allah untuk kembali ke jalan yang lurus dan mengenal manhaj yang benar. Maka saat Allah menuntun hidup kita untuk berjalan, berbuat, bekerja, berpikir, dan berbicara sesuai dengan manhaj salaf yang shalih; itu berarti ada nikmat yang tak terkira besarnya yang harus kita syukuri. Yah, karena –sadar atau tidak- sebenarnya kita telah menjadi pilihan-pilihan Allah di bumi. Di saat banyak saudara-saudari muslim kita yang sadar untuk memperjuangkan Islam dengan manhaj apa saja, kita disadarkan oleh Allah bahwa “Generasi akhir ummat ini tidak akan menjadi generasi yang shaleh dan jaya kecuali dengan jalan yang ditempuh oleh generasi awalnya” (La yashluhu akhiru hadzihil ummah illa bima shaluha bihi awwaluha).
 
Dampaknya, kita merasakan keizzahan yang luar biasa dahsyatnya dalam diri kita. Kita bangga berpenampilan sebagai salah seorang ikhwan. Kita merasa mulia saat mewujud sebagai salah satu bagian dari komunitas akhawat. Salahkah? Sampai di sini mungkin tidak ada masalah. Hanya saja seringkali keizzahan itu melanggar batas-batas yang semestinya. Keizzahan itu seringkali menyeret kita menjadi merasa shaleh sendiri dan memandang rendah orang lain yang berada di luar komunitas keshalehan kita. Mungkin tidak terungkapkan dengan kata-kata, tapi ia bersembunyi dalam gerakan-gerakan hati kita. Bahkan lebih parah lagi, obsesi keshalehan kita yang begitu tinggi membuat kita memandang orang lain “yang belum shaleh” sebagai makhluk-makhluk yang sudah tidak punya harapan lagi. Kita sering menjadi “buta” tiba-tiba hingga tidak lagi melihat ada celah buat mereka untuk kembali. Kita lupa, bahwa setiap orang sesungguhnya punya setitik kebaikan itu dalam dirinya…

* * *

Izinkanlah saya untuk mengutip kisah yang sungguh-sungguh menggugah saya tentang hal ini. Sebuah kisah yang benar-benar menampar kesombongan kita yang bersembunyi di balik keshalehan lahiriah kita. Kisah ini sendiri adalah kisah nyata seorang ulama Ahlussunnah, Syekh Ahmad bin Abdurrahman Ash-Shuwayyan, yang diungkapnya dalam buku berjudul Fi al-Bina’ al-Da’wy. Kisahnya sebagai berikut…

* * *

Hari itu saya kembali dari sebuah perjalanan yang panjang. Dan di pesawat, Allah menakdirkan saya untuk duduk di samping sekelompok pemuda yang nampaknya senang sekali berfoya-foya dan berhura-hura. Tawa mereka sangat keras. Dan kegaduhan mereka pun semakin lama semakin menjadi-jadi. Kabin pesawat pun dengan cepat menjadi ruangan yang dipenuhi asap rokok mereka. Dan tampaknya sudah menjadi hikmah Allah bahwa pesawat itu benar-benar penuh, hingga tidak memungkinkan bagi saya untuk mencari tempat duduk lain.

Saya berusaha keras untuk lari dari ‘kesempitan’ ini dengan tidur. Tapi, mustahil dan sangat mustahil saya bisa tidur dalam suasana seperti itu. Maka ketika kegaduhan itu semakin membuat kejengkelan saya memuncak, saya pun mengeluarkan mushaf al-Qur’an, lalu membacanya dengan suara yang rendah. Ternyata, tidak lama kemudian sebagian dari anak-anak muda itupun mulai tenang. Sementara sebagian yang lain mulai membaca surat kabar, dan adapula yang mulai tidur dengan lelap.

Namun, tiba-tiba, salah seorang dari mereka berbicara dengan suara keras –dan ia duduk tepat di samping saya!- : “Cukup!…Cukup!”

Saya menduga suara saya terlalu keras hingga mengganggunya. Saya meminta maaf padanya. Saya pun kembali melanjutkan bacaan saya dengan suara yang membisik hingga hanya saya sendirilah yang mendengarnya. Tapi saya lihat ia menutupi kepalanya dengan kedua tangannya. Duduknya gelisah. Tidak pernah diam dan terus bergerak. Hingga ia kemudian mengangkat kepalanya dan berkata dengan penuh emosi: “Tolong! Cukuplah sudah! Cukup! Saya sudah tidak bisa bersabar lagi!”

Ia kemudian berdiri dari tempat duduknya, lalu menghilang selama beberapa lama. Tidak lama kemudian ia kembali lagi, mengucapkan salam kepada saya sembari meminta maaf. Ia terdiam. Dan saya tidak tahu apa sebenarnya yang telah terjadi. Tapi sejenak kemudian ia menoleh pada saya, dan matanya basah oleh air mata. Ia berkata sambil berbisik: “Tiga tahun lamanya, bahkan lebih…Aku tak pernah meletakkan keningku di tanah…Aku tak pernah membaca satu ayat pun! Dan…satu bulan penuh ini aku habiskan dalam perjalanan ini…tidak satupun kemaksiatan yang tidak kukerjakan. Hingga aku pun melihatmu membaca al-Qur’an…Tiba-tiba saja dunia menjadi gelap di hadapanku…dadaku sesak…Aku merasa seperti tercekik. Iya, aku merasakan setiap ayat yang engkau baca menhantam tubuhku bagai cambuk..! Aku berkata pada diriku sendiri: Sampai kapan kelalaian ini?! Kemana aku akan berjalan di jalan ini?! Lalu apa setelah semua kelalaian dan kesenangan ini?! Hingga aku pun segera lari ke kamar kecil. Anda tahu kenapa?! Karena aku merasa sangat ingin menangis. Dan aku tidak menemukan tempat sembunyi dari pandangan orang lain selain di tempat itu!!”

Demikian ia berbicara padaku…Aku pun menyampaikan kalimat-kalimat seputar taubat dan kembali pada Allah…Dan ia pun terdiam.

Ketika pesawat mendarat di bumi, pemuda itu menghentikanku. Nampak sekali ia ingin menjauh dari teman-temannya. Ia bertanya padaku, dan wajahnya menampakkan air muka yang sangat serius: “Menurut Anda, apakah Allah masih berkenan menerima taubatku?”

Aku berkata padanya: “Jika engkau jujur dan sungguh-sungguh ingin kembali pada Allah, maka Allah akan mengampuni dosa apapun.”

“Tapi aku telah melakukan terlalu banyak dosa…dosa-dosa yang begitu besar…,” ujarnya.

“Apakah engkau pernah mendengar firman Allah: “Katakanlah: Wahai hamba-hambaKu yang telah melampaui batas atas diri mereka, janganlah kalian putus asa akan rahmat Allah, sesungguhnya Allah akan mengampuni semua dosa. Sesungguhnya Dia Mahapengampun lagi Mahapengasih.” (Az-Zumar:53)??” ujarku.

Kulihat wajahnya tersenyum penuh kebahagiaan. Kedua matanya berkaca dipenuhi air mata. Ia lalu mengucapkan selamat tinggal, dan pergi berlalu…

Maha suci Allah yang Mahaagung!

Begitulah manusia. Sejauh dan setinggi apapun kedurhakaan yang telah ia lalui dan daki, tapi selalu saja ada celah kebaikan dalam jiwanya. Andai saja kita dapat berusaha sampai ke sana, lalu menyianginya dengan cinta, ia akan tumbuh dengan izin Allah.

* * *

Membaca kisah ini, membuat kita harus melihat ulang rasa izzah akan keikhwanan dan keakhawatan kita. Karena saat izzah itu menjelma menjadi kesombongan, ia tidak lagi perlu dibanggakan. Kebanggaan semacam itu hanya membuat kita meremehkan manusia lain, yang boleh jadi saat hidayah Allah bersemayam di hatinya, ia akan menjejakkan kakinya di surga terlebih dulu dibanding kita. “Izzah” seperti itu hanya akan menyebabkan kita menjadi penghalang manusia untuk meraih hidayah Allah. Wallahul musta’an.

Cipinang Muara, 24 Shafar 1426/24 Maret 2006


Copas from Hana Az Zahra note's

Minggu, 13 Maret 2011

•٠·˙ Kisah Nenek Penjual Bunga Cempaka ˙·٠•

Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Zhuhur. Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar mas...jid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan. Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya.

Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. Pada suatu hari Takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang.

Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras. Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah isapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya. “Jika kalian kasihan kepadaku,” kata nenek itu, “Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya.”

Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa. Seorang Kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat: pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup. Sekarang ia sudah meniggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu.

“Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai,” tuturnya. “Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu shalawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan shalawat kepadanya.”
Kisah ini saya dengar dari Kiai Madura, D. Zawawi Imran, membuat bulu kuduk saya merinding. Perempuan tua dari kampung itu bukan saja mengungkapkan cinta Rasul dalam bentuknya yang tulus. Ia juga menunjukkan kerendahan hati, kehinaan diri, dan keterbatasan amal dihadapan Allah swt. Lebih dari itu, ia juga memiliki kesadaran spiritual yang luhur: Ia tidak dapat mengandalkan amalnya. Ia sangat bergantung pada rahmat Allah. Dan siapa lagi yang menjadi rahmat semua alam selain Rasulullah saw?

Semoga kisah ini menjadikan kita semakin mencintai Nabi Muhammad, Rasulullah saw……

Allahhuma shalli ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala aali Sayyidina Muhammad.

~::* Istri Shalihah Penyejuk Hati *::~

Bismillahirrohmaanirrohiim

♥♫♥♫♥♫♥♥♫♥♫♥♫♥♥♫♥♫♥.

Dengan wajah lesu dan tatapan penuh kekecewaan, seorang suami mengadukan permasalahan yang sedang dia hadapi bersama istrinya kepada saya.


“Saya hampir tidak pernah menikmati kecantikan istri saya yang sebenarnya dia miliki, “kata si suami mengawali pengaduannya. Istrinya hanya mau berdandan bila akan ke pesta atau sekedar jalan-jalan. Tetapi si istri tidak punya kebiasaan seperti itu bila tidak keluar, bahkan dianggapnya lucu karena bukan pada tempatnya untuk berdandan di rumah. Begitulah kira-kira isi keluhan si suami. Sahabatnya menasehati. “Tunaikanlah hak istrimu yaitu didiklah ia dengan ajaran agama, agar mengetahui apa yang menjadi hak dan kewajibannya, bersabar dan banyaklah berdoa pada Allah. “Suami itu tersentak sadar bahwa meskipun perjalan rumah tangganya dengan sang istri telah membuahkan lima anak dia sama sekali belum menunaikan hak istri yang satu ini.

Istri Shalihah

Ingin selalu tampil cantik dihadapan lawan jenisnya sudah menjadi kesenangan tersendiri bagi umumnya wanita. Namun kenyataan yang ada sekarang sering istri berpikir terbalik. Didalam rumah dan dihadapan suaminya, istri merasa tidak begitu perlu untuk tampil dengan dandanan yang cantik dan memikat. Namun jika keluar rumah segalanya dipakai; baju yang bagus, aksesoris indah, make-up yang mencolok dan parfum yang semerbak turut melengkapi agar dapat tampil wah.

Lalu bagaimana cara menyelamatkan keadaan yang terbalik ini? dengan penuh kemantapan dan tanpa ragu sedikitpun, jawabannya adalah kembali kepada ketentuan syari’ah islam dan tidak ada alternatif lain. Islam telah memberikan bimbingan, bagaimana menjadi istri yang shalihah, sebagaimana ciri-cirinya telah disebutkan dalam hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam. Bahwa beliau bersabda:

“Apabila diperintah ia taat, apabila dipandang menyenangkan hati suaminya, dan apabila suaminya tidak ada dirumah, ia menjaga diri dan harta suaminya.” (HR.Ahmad dan An-Nasa’i, di Hasan-kan oleh Albani dalam Irwa’ no.1786)

Kalau kita lihat tuntunan islam diatas, ternyata bukanlah suatu yang sulit untuk dilaksanakan. Siapa pun bisa melakukannya. Disamping itu istri yang mempunyai tiga ciri diatas memiliki kedudukan yang tinggi dihadapan Allah, dan diibaratkan sebagai perhiasan dunia yang terbaik; sebagaimana yang dinyatakan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam:

“Dunia adalah perhiasan (kesenangan) dan sebaik-baik perhiasan (kesenangan) dunia adalah wanita (istri) shalihah.” (HR.Muslim dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash)

Diniatkan untuk Ibadah

Seorang istri yang baik akan berusaha untuk melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Walaupun terkadang timbul perasaan malas atau berat untuk melaksanakan sesuatu yang menjadi kewajibannya, tetapi hendaknya diingat bahwa keridhaan suami lebih diutamakan diatas perasaannya. Lihatlah apa yang dikatakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam ketika Aisyah Radhiyallahu ‘anha bertanya:

“Siapa diantara manusia yang paling besar haknya atas (seorang) istri?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam menjawab, “Suaminya.. “ (HR. Hakim dan Al-Bazzar)

Dengan taat kepada suami dan tentunya dengan menjalankan kewajiban agama lainnya, dapat mengantarkan istri kepada surga-Nya. Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam telah bersabda sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan di shahihkan oleh Al-Albani:

“Bila seorang wanita telah mengerjakan shalat lima waktu dan berpuasa pada bulan Ramadhan dan memelihara kemaluannya serta taat kepada suaminya, maka kelak dikatakan kepadanya: “masuklah dari pintu surga mana saja yang engkau inginkan.”

Kemudian hendaklah istri mengingat akan besarnya hak suami atas dirinya, sampai-sampai seandainya dibolehkan sujud kepada selain Allah maka istri diperintahkan untuk sujud kepada suaminya. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam:

“Andaikan saja dibolehkan seseorang bersujud kepada orang lain, niscaya aku perintahkan istri untuk sujud kepada suaminya.” (HR. Tirmidzi: Hasan Shahih)

Terlalu banyak peluang bagi seorang istri untuk beribadah kepada Allah dalam rumah tangganya dan terlalu mudah dalam memperoleh pahala dalam kehidupan suami istri. Namun sebaliknya terlalu mudah pula seorang istri terjerumus kepada dosa besar kalau melanggar ketentuan yang telah Allah gariskan. Yang perlu diingat oleh istri ialah agar berupaya mengikhlaskan niat hanya untuk Allah dalam melaksanakan kewajibannya sepanjang waktu.

Menyenangkan Hati Suami

Apabila diperintah oleh suaminya, istri diwajibkan untuk mentaati. Dan apabila suaminya tidak ada dirumah, istri harus pandai menjaga dirinya dan kehormatannya serta menjaga amanah harta suaminya. Istri yang demikian ini akan dijaga oleh Allah sebagaimana Firman-Nya:

“ ..maka wanita yang shalihah ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena itu Allah telah memelihara (mereka).” (An-Nisa’: 34)

Adapun kriteria pertama dan ciri-ciri shalihah; Imam As-Sindi mengatakan dalam bukunya Khasyiah Sunan Nasai juz 6 hal 377: “Menyenangkan bila dipandang itu artinya indahnya penampilan secara dzahir serta akhlaq yang mulia. Juga terus menerus menyibukkan diri dalam taat dan bertaqwa kepada Allah.”

Banyak hal yang dapat menyenangkan hati suami, diantaranya: penampilan diri agar enak dipandang, dan berbicara dengan menggunakan tutur yang menyenangkan serta dalam hal pengaturan rumah mampu menciptakan suasana bersih dan nyaman.

A. Penampilan Diri

Umumnya suami lebih sering keluar rumah untuk menunaikan tugasnya apakah itu bekerja mencari nafkah ataukah berdakwah, sementara kita tahu keadaan di luar, sangat mudah sekali pandangan mata menjumpai wanita yang berpakaian minim dan menyebarkan aroma wewangian. Sekalipun seorang istri percaya suaminya akan berusaha memalingkan wajah dan menundukkan pandangannya karena takut dosa, namun laki-laki yang normal mungkin dapat tergoda melihat aurat yang haram tersebut. Diakui atau tidak, hal ini sangat mungkin terjadi.

Bagaimana seandainya istri merasa tidak perlu untuk tampil cantik dihadapan suami dengan alasan tidak adanya waktu karena telah tersibukkan dengan anak dan urusan rumah, apalagi bila tidak ada pembantu. Sehingga dengan penampilan seenaknya dan terkadang (maaf) menyebarkan aroma yang kurang sedap ketika menyambut suaminya yang baru datang dari luar.

Berpakaian model apapun yang diingini dan disenangi suami dibolehkan dalam syariat islam dan tidak ada batasan aurat antara istri dan suaminya. Dandanan yang memikat dan aroma parfum yang harum akan menjaga dan memagari suami dari maksiat. Mata suami akan tertutup dari melihat pemandangan haram di luar rumah bila mata itu dipuaskan oleh istrinya dalam rumah. Jika istri tidak dapat memuaskan atau menyenangkan suami sehingga suaminya sampai jatuh dalam kemaksiatan (tertarik melihat pemandangan haram di luar rumah) maka berarti si istri turut berperan membantu suaminya bermaksiat kepada Allah.

B. Berbicara yang Enak

Pada saat suami istri duduk-duduk sambil berbincang tentang barbagai hal, hendaknya istri memlilih ucapan yang baik dengan tutur kata yang indah dan lembut serta sedapat mungkin menghindari pembicaraan yang tidak disukai oleh suami. Demikian pula ketika suami berbicara istri sebaiknya mendengarkan dengan penuh perhatian dan tidak memotong pembicaraan suami.

C. Pengaturan Rumah

Penting juga diperhatikan penataan rumah yang baik, bersih dari najis dan terhindar dari aroma yang kurang sedap. Walhasil, ciptakan suasana rumah yang menjadikan suami betah berada di dalamnya. Untuk membuat penampilan lebih menarik tidak harus dengan wajah yang cantik, demikian juga untuk membuat rumah bersih dan rapih tidak harus dengan harga yang mahal. Insya Allah semuanya bisa dilaksanakan dengan mudah selama ada keinginan dan diniatkan ikhlas untuk mencari ridha Allah. Bukankah segala sesuatu yang baik itu akan bernilai ibadah bila diniatkan hanya untuk Allah?

Semoga bermanfaat ..

( Moel Andre )
oleh: Arif Ashadi Rindu Ibu

NB : Diposting ulang dari catatan Hana Az Zahra

~ KESABARAN DALAM DOA ~


Mana kala apa yang kita pikirkan tidak tepat, ALLAH berkata, “TIDAK.”
Tidak – kala pemikiran itu bukan pemikiran yang terbaik
Tidak – kala pemikiran itu sama sekali salah
Tidak – walaupun pemikiran tersebut mungkin saja dapat menolongmu, namun juga akan menimbulkan masalah bagi orang lain

Mana kala waktunya tidak tepat, ALLAH berkata, “PERLAHANLAH.”
Apa jadinya kelak bila ALLAH menjawab setiap doa secepat kita menjentikkan jari-jari kita? Tahukah engkau apa yang akan terjadi?
ALLAH akan menjadi hambamu, bukan Tuanmu.
Tiba-tiba saja ALLAH mengabdi kepadamu, bukan engkau yang mengabdi
kepada-NYA.

Mana kala engkau berbuat kesalahan, ALLAH berkata, “BERTUMBUHLAH.”
Orang yang mementingkan dirinya sendiri harus bertumbuh di dalam ketidak-egoisan.
Orang yang terlalu berhati-hati harus bertumbuh di dalam keberanian.
Orang yang suka menguasai orang lain harus bertumbuh di dalam kepekaan.
Orang yang senang mencela harus bertumbuh didalam tenggang rasa.
Orang yang selalu berpikiran negatif harus bertumbuh di dalam sikap positif.

Orang yang senang mencari kepuasan jasmani harus bertumbuh di dalam berbagi rasa dengan orang-orang yang menderita.

Mana kala semuanya telah benar, ALLAH berkata, “PERGILAH.”
Mukjizat terjadi:
Pecandu berat alkohol dilepaskan.
Pecandu obat bius menemukan kebebasannya.
Yang ragu-ragu menjadi percaya layaknya seorang anak kecil.
Jaringan tubuh yang terkena penyakit mulai menjadi sembuh karena pengobatan.

Pintu yang menuju ke arah impianmu tiba-tiba terbuka dan berdirilah ALLAH di sana sambil berkata, “PERGILAH!”

Ingatlah:
Penundaan oleh ALLAH bukan berarti pengingkaran janji ALLAH
Waktunya ALLAH sempurna adanya.
Kesabaran adalah yang kita perlukan dalam berdoa.

ALLAH Memberkati ...

Oleh: Joe Gatuslao
Kisah-Kisah Inspiratif
NB : Repost from Bulan Cahaya Satu

Sabtu, 12 Maret 2011

Muslimah ... "PERMATA TERINDAH DI DUNIA"


Saudariku.....
Sesungguhnya kejadianmu terlalu unik
Tercipta dari tulang rusuk Adam yang bengkok menghiasai taman-taman indah
Lantas menjadi perhatian sang kumbang.

Kau umpama sekuntum bunga
Harum aromamu bisa menarik perhatian sang kumbang untuk mendekatimu

Namun.....
Tidak semua bunga senang untuk didekati oleh sang kumbang
Lantaran duri yang memagari dirinya umpama mawar
Dari kejauhan sudah tercium akan keharumannya
Serta kilauan warnanya yang memancar indah
Mengundang kekaguman terhadap sang kumbang
Tapi awas duri yang melingkari
Bisa membuatkan sang kumbang berfikir beberapa kali untuk mendekatinya

Saudariku.....
Aku suka sekiranya kau seperti mawar
Yang tercermin pada setiap diri mujahidah
Bentengilah dirimu dengan perasaan malu
Yang bertiangkan rasa keimanan
Dan keindahan taqwa kepada Allah

Hiasilah wajah mu dengan titisan wudhu
Ingatlah bahwa ciri-ciri seorang wanita solehah
Ialah ia tidak melihat kepada lelaki
Dan lelaki tidak melihat kepadanya.

Sesuatu yang tertutup itu lebih berharga
Jika dibandingkan dengan sesuatu yang tampak
Umpama sebutir permata yang dipamerkan buat perhatian umum dengan permata yang diletakkan dalam satu tempat yang tertutup
Sudah pastinya keinginan untuk melihat permata yang tersembunyi itu melebihi daripada yang terlihat.

Wanita solehah yang taat dan patuh pada Al Khaliq dalam melayari liku-liku kehidupannya
Adalah harapan setiap insan yang bernama Adam......

Namun ...........
Ianya memerlukan pengorbanan dan mujahadah yang tinggi
Karena ianya bercangkang nafsu
Serakah materi yang bersarang dalam dirinya
Lebih-lebih lagi atribut gadis modern yang ianya miliki
Sudah pastinya darah mudanya memudarkan rasa keimanan yang ada
Maka berhatilah saudariku

Namun ingatlah saudariku....
Sesiapa yang inginkan kebaikan
Maka Allah akan memudahkan baginya jalan-jalan kearah itu
Yang Penting saudariku engkau mesti punyai azam, usaha dan keistiqomahan

Saudariku.....
Akuilah hakikat dirimu
Menjadi fitnah kepada kebanyakan lelaki
Seandainya pakaian malumu kau tanggalkan dari tubuhmu maka sudah tidak ada lagi perisai yang dapat membentingimu...

Sesungguhnya nabi mengatakan tentang bahaya dirimu
" Tidak ada suatu fitnah yang lebih besar yang lebih bermaharajalela selepas wafatku
terhadap kaum lelaki selain fitnah yang bersumber daripada wanita"

Oleh itu saudariku
Setiap langkah dan tindakanmu
Hendaklah bermanhajkan kepada Al Quran dan As Sunnah
Jangan biarkan orang lain mengeksploitasikan dirimu untuk kepentingan tertentu

Sesungguhnya Allah telah mengangkat
martabatmu sebaris dengan kaum Adam

Kau harapan ummah dalam melahirkan
Para mujahid dan mujahidah
Yang bisa menggoncangkan dunia dengan sentuhan lembut tanganmu.....

Saudariku...
Dalam hidupmu pastinya
Ingin disayangi dan menyayangi
Itulah fitrah setiap insani
Namun banyak diantara kamu yang terbutakan karena cinta...
Bercinta itu tidak salah
Tapi memuja cinta itu yang salah
Karena cinta buta manusia sanggup menjual agama
Dan karena cinta buta tergadai harga dirimu
Gejala murtad serta keruntuhan moral muda mudi sebahagian
besarnya kerana sebuah cinta
Iya, itulah cinta buta
Itulah cinta akan nafsu
Itulah lilitan kecintaan terhadap dunia
Saudariku..... maka sadarilah

Benarlah sabda Rasulullah SAW
"Sesungguhnya cinta itu buta"
cinta itu mampu membutakan mata dan
hatimu dalam membedakan
perkara yang hak dan yang batil
apabila kau meletakkan cinta
itu atas dasar nafsu dan tidak karena
Allah SWT...

Sebelum kau mendekati cinta,
cintailah dirimu terlebih dahulu,
mengkaji hakikat kejadianmu yangbegitu simbolik,
yang berasal daripada setitis air yang tak berharga
lalu mengalami proses pembentukan yang direncanakan oleh Allah..

Semoga disana mampu melahirkan rasa
keagungan dan kehebatan
terhadapNya dan timbul rasa cinta dan
kasih pada Penciptamu............

Sumber : http://khamzalia.blogspot.com/

Tips Mencari Jodoh Secara Islami

Tips Mencari Jodoh Secara Islami
1. Jika kita ingin mendapatkan jodoh maka kita harus berkosentrasi bukan kepada mana yang harus dipilih tapi kosentrasi dengan melakukan perubahan diri ke arah yang lebih baik.

2. Jangan pernah mengharapkan seseorang untuk jadi seperti yang kita harapkan tapi lebih melihat bagaimana kita menempat...kan diri kita terhadap orang lain.

3. Jika belum memiliki pasangan hidup kita tetap harus memposisikan untuk siap dan berani menanggung segala resikonya dalam membina rumah tangga.

4. Jangan jadikan traumatik masa lalu sebagai patokan sehingga tidak memberikan solusi ke arah yang lebih baik.

5. Carilah soulmate sebanyak-banyaknya agar silaturrahim nya baik.

6. Jangan pernah menilai, memberi label, dan kesimpulan kepada seseorang karena jodoh atas ridho ALLAH semata,manusia hanya wajib berikhtiar tapi ALLAH SWT yang menentukan segalanya.

7. Tidak perlu mengkhawatirkan usia, di usia berapapun menikah baik jika kita mau mempertanggung jawabkan pernikahan kita terhadap ALLAH SWT dan pasangan.

8. Teruslah berdoa karena doa merupakan proposal kita terhadap ALLAH SWT, jangan pernah berprasangka buruk terhadap ALLAH SWT....

Bagaimana konsep jodoh?

1. Konsep jodoh adalah soulmate atau belahan jiwa.

2. Banyak orang sering melupakan konsep jodoh yaitu melakukan perubahan dan saat menerima perubahan.

3. Pada saat mencari jodoh sering melihat secara fisik saja, sehingga tidak mendorong seseorang mencari pasangan hidup sesuai dengan apa yang diidamkan.

4. Orang menikah sebaiknya terkonsep bukan sekedar mencari keturunan semata tapi lebih untuk meningkatkan amal ibadah.

Ketika ALLAH SWT menentukan jodoh manusia, apakah si A harus berjodoh dengan si B / apakah kita sendiri yang menentukan pilihannya?

1. Perkawinan terjadi bila ada komitmen antara Yang Di Atas, dirinya dan pasangannya.

2. Kalo soulmate belum terjadi komitmen besar.

3. Persoalannya adalah seringkali orang tidak melihat apakah soulmate ini merupakan kehendak ALLAH SWT atau kehendak sendiri.

4. Persoalannya lebih sejauh kepada sejauh mana ikhtiar / berdoa kita dalam berbagi dengan soulmate.

5. Jadi penilaiannya adalah jangan ambil keputusan bila belum mendapat ridho ALLAH SWT.

Apa yang menjadi penyebab wanita terlambat memperoleh jodoh?

1. Bisa traumatik masa lalu sehingga takut melangkah ke masa depan.

2. Wanita cerdas dan pintar mampu mengambil keputusan untuk menikah bukan karena umur tetapi lebih mewaspadai apa yang harus dilakukan dalam satu komitmen diri.

3. Kadang - kadang kemungkinan orang ragu pilihan sendiri bila ada yang lebih baik / ganteng / lebih superior dari dia nya sendiri.

Bagaimana bila jodoh tak kunjung datang?

1. Kita ambil hak prerogatif ALLAH SWT dari keputusan apa pun.

2. Gagal mungkin jalan yang terbaik untuk diri kita sendiri.

3. Banyak orang yang berandai - andai daripada ketimbang memberi keputusan matang terlebih dahulu.

4. Seharusnya tetap optimis dan tidak putus asa.

SEMOGA BERMANFA'AT,
Oleh : Muhammad Chandra

Jumat, 11 Maret 2011

Renungan Diri Sang Imam Al-Ghazali r.a

“….Sesungguhnya telah sampai kepada kita bahwa umat ini akan terpecah belah menjadi 77 golongan, yang di antaranya hanya satu golongan yang selamat.”

Allah Maha tahu terhadap seluruh golongan-golongan tersebut. Aku masih memiliki kesempatan dari usiaku untuk melihat perselisihan umat.Aku mencari metode yang jelas dan jalan yang lurus.

Aku mencari ilmu dan amal, mencari petunjuk jalan akhirat dengan bimbingan para ulama. Aku banyak berfikir mengenai firman-firman Allah dengan penafsiran para fuqaha (orang-orang yang banyak memahami agama).

Aku merenungkan berbagai kondisi umat.

Aku perhatikan tempat berpijak (madzhab) dan berbagai pandangannya, dan aku pun pikirkan mengenai hal-hal itu semua sesuai dengan kesanggupanku…

Aku yakin perselisihan mereka seperti lautan yang dalam. Banyak orang tenggelam ke dalamnya, dan hanya sekelompok kecil yang selamat…

Aku yakin setiap golongan dari mereka mengira bahwa keselamatan adalah dengan mengikuti mereka, dan sesungguhnya yang akan binasa ialah orang yang menentang mereka…

Aku yakin di antara mereka ada orang ‘Alim (yang berilmu) yang mengetahui urusan akhirat. Menemuinya sulit dan ketika hadir di hadapan umat tampak kemuliaannya.Di antara mereka juga ada yang bodoh.

Ketika ia jauh dari si ‘Alim dianggapnya sebagai keuntungan baginya. Di antara mereka ada yang menyerupai ulama, namun tergila-gila dengan dunia dan sangat mencintainya.

Di antara mereka ada yang memikul ilmu yang berhubungan dengan agama.Dengan ilmunya ia mencari kehormatan dan kedudukan tinggi. Dengan agama ia memperoleh kekayaan dunia.

Di antara mereka ada yang menyerupai ahli ibadah. Ia mengkomersilkan kebaikannya. Padanya tidak ada kecukupan, ilmunya tiada abadi, serta tidak ada sandaran bagi ilmunya.

Di antara mereka ada orang yang hafal ilmu, namun ia tidak mengetahui tafsiran dari hafalannya. Ada juga orang yang menyandarkan dirinya kepada nalar dan kecerdasan, namun pada dirinya tidak ada sifat wara’ (hati-hati) dan takwa.

Ada juga sekelompok orang yang saling mencintai, namun bersepakat terhadap keinginan hawa nafsunya dan berkorban untuk kepentingan dunia, dan yang mereka cari adalah kehormatan.Di antara mereka juga ada setan-setan dari jenis manusia.

mereka berpaling dari akhirat, serakah terhadap dunia, tergesa-gesa mengumpulkannya, serta sangat senang memperkaya diri.

Aku mengintrospeksi diri (ber-muhasabah) dari sifat-sifat tersebut,namun tiada kesanggupan untuknya. Aku pergi mencari petunjuk dari orang-orang yang telah mendapatkan petunjuk dengan cara mencari kebenaran dan petunjuk.

Aku pergi mencari bimbingan ilmu, mempergunakan pemikiran dan aku cukup lama menanti.Maka akhirnya kebenaran dan petunjuk itu tampak padaku dari Kitabullah, sunah Nabi-Nya, dan kesepakatan (ijma) umat.

Sesungguhnya mengikuti keinginan hawa nafsu itu menjadikan sikap menutup mata dari bimbingan-Nya, menyimpang dari kebenaran (al-Haq), dan menjadikan lama tinggal dalam kebutaan hati.

Aku mulai dengan pencabutan keinginan (duniawi) dari hatiku.

Aku berdiri tegak di hadapan perselisihan umat guna mondar-mandir mencari kelompok yang akan selamat, sambil sangat hati-hati terhadap berbagai keinginan buruk dan kelompok yang akan celaka karena khawatir ada penyerangan sebelum mendapatkan kejelasan….

Di kutip dari pengantar risalah Kitab "al-Munqidz mina-dh-Dhalal", "Sang Penyelamat dari Kesesatan"
Shared By Catatan Catatan Islami Pages

Jumat, 04 Maret 2011

ENGKAULAH SUAMI YANG AKU IMPIKAN

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bismillahirrohmaanirrohim...

Duhai Suamiku...
Ketika engkau mencintaiku,engkau menghormatiku...
Dan ketika engkau membenciku, engkau tidak mendzalimiku.

Subhanallah...

Suamiku...
Engkaulah Suami yang aku impikan...


Aku masih ingat saat malam pertama kita, saat itu engkau mengajakku shalat isya' berjama'ah.
Setelah berdo'a engkau kecup keningku lalu berkata:"Dinda, aku ingin engkau menjadi pendampingku Dunia-Akhirat". Mendengar ucapan itu,akupun menangis terharu.

Malam itu engkau menjadi sosok seperti sayyidina Ali yang bersujud semalam suntuk karena bersyukur mendapatkan sosok istri seperti Siti Fatimah.

Apakah begitu berharganya aku bagimu sehingga engkau mensyukuri kebersamaan kita ini??
Dan malam itu, aku tidak bisa mengungkapkan rasa syukurku ini dengan ucapan.
Aku hanya bisa mengikutimu, bersujud di atas hamparan sajadah cinta.

Tanpa bisa aku bendung,airmata ini tiada hentinya mengalir karena mensyukuri anugerah Allah yang di berikan padaku dalam bentuk dirimu,, Duhai Suamiku...

Akupun berikrar,aku ingin menjadi sosok seperti Siti Fatimah, dan aku akan berusaha menjadi istri sebagaimana yang engkau impikan..

Dan ternyata sujud itu bukan hanya di saat malam pertama, setiap kali aku terbangun pada akhir sepertiga malam, kulihat engkau sedang bersujud dengan penuh kekhusu'an.
Aku kadang iri dengan keshalihanmu, engkau terlena dalam sujudmu sedang aku berbaring diatas kasur yang empuk dengan sejuta mimpi.

Suamiku,kenapa engkau tidak membangunkan aku? Padahal aku ingin bermakmum padamu agar kelak aku tetap menjadi istrimu di syurga. Aku hanya merasakan kecupan hangat melengkapi tidur malamku saat engkau terbangun untuk melakukan shalat malam.
Apakah kecupan itu sebagai isyarat agar aku terbangun dari tidurku dan melaksanakan shalat berjama'ah bersamamu? Atau karena engkau tidak tega membangunkan aku saat engkau melihat begitu pulasnya aku dalam tidurku??

Suamiku...
Aku yakin,dengan ketaatanmu pada agama,engkau akan membahagiakanku Dunia-Akhirat. Tidakkah agama kita mengajarkan bagaimana suami harus menyayangi istri, membuatnya bahagia, melindungi dan membuatnya tersenyum. Dan di sebaliknya, istri harus berbakti pada suami, melayani dan membuat suaminya terpesona padanya..

Suamiku...
Aku tidak peduli siapakah engkau, miskin dan kaya tidak ada bedanya bagiku.
Aku hanya tertarik pada sosokmu yang bersahaja dan sederhana.
Raut wajahmu yang penuh dengan keikhlasan membuatku ingin selalu menatapnya.
Lembutnya sifatmu membuatku yakin bahwa engkau adalah suami yang bisa menerima segala pemberian Rabb kita dan akan menyayangiku apa adanya.

Aku tidak peduli dengan rumah mungil dan sederhana yang engkau persembahkan untuk kita tempati bersama.
Rumah yang hanya terdiri dari ruang tamu, kamar kita,
dan satu ruangan yang berisi buku-buku terutama buku agama.
Namun dari rumah yang mungil ini,aku melihat taman Syurgawi menjelma disini.

Suamiku...
Aku yakin engkau adalah sosok suami yang tejun menimba ilmu dan memahami agama,
dan dengan bekal ini aku yakin engkau bisa membimbingku untuk meraih Jannah-NYA.
Sebagaimana agama kita mengisyaratkan bahwa, barang siapa berjalan di jalan ilmu,
maka Allah akan mempermudah jalan menuju surga.

Saat kulihat engkau begitu berbakti kepada kedua orang tuamu dan senang menjalin silaturrahim,
aku yakin engkau akan berlaku baik pada anak-istrimu.

Suamiku...
Aku lihat engkau jarang sekali bicara,tapi masyaAllah kalau sedang bekerja,
engkau menjadi sosok yang tekun dan ulet. Dan dari tutur katamu, aku mendengar kata-kata mutiara yang penuh hikmah,
sehingga yang tergambar dalam pikiranku adalah sosok Lukmanul Hakim,
sosok suami dan ayah yang selalu mendidik keluarganya, mengajarkan anaknya untuk tidak menyekutukan Allah.

Duhai Suamiku...
Sungguh aku bangga mempunyai suami sepertimu melebihi kebanggaanmu padaku...
Terima kasih suamiku, karena engkau telah membimbingku...

"Maka Nikmat Tuhanmu manakah yang engkau dustakan..."???

Semoga Bermanfaat

Oleh:Admin Andhika Al-Banjari Mtp