Sabtu, 24 Desember 2011

Kisah Perjuangan Bilal bin Rabah Radhiallahu ‘anhu


Namanya adalah Bilal bin Rabah, Muazin Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, memiliki kisah menarik tentang sebuah perjuangan mempertahankan aqidah. Sebuah kisah yang tidak akan pernah membosankan, walaupun terus diulang-ulang sepanjang zaman. Kekuatan alurnya akan membuat setiap orang tetap penasaran untuk mendengarnya.

Bilal lahir di daerah as-Sarah sekitar 43 tahun sebelum hijrah. Ayahnya bernama Rabah, sedangkan ibunya bernama Hamamah, seorang budak wanita berkulit hitam yang tinggal di Mekah. Karena ibunya itu, sebagian orang memanggil Bilal dengan sebutan ibnus-Sauda’ (putra wanita hitam).

Bilal dibesarkan di kota Ummul Qura (Mekah) sebagai seorang budak milik keluarga bani Abduddar. Saat ayah mereka meninggal, Bilal diwariskan kepada Umayyah bin Khalaf, seorang tokoh penting kaum kafir.

Ketika Mekah diterangi cahaya agama baru dan Rasul yang agung Shalallahu ‘alaihi wasallam mulai mengumandangkan seruan kalimat tauhid, Bilal adalah termasuk orang-orang pertama yang memeluk Islam. Saat Bilal masuk Islam, di bumi ini hanya ada beberapa orang yang telah mendahuluinya memeluk agama baru itu, seperti Ummul Mu’minin Khadijah binti Khuwailid, Abu Bakar ash-Shiddiq, Ali bin Abu Thalib, ‘Ammar bin Yasir bersama ibunya, Sumayyah, Shuhaib ar-Rumi, dan al-Miqdad bin al-Aswad.

Bilal merasakan penganiayaan orang-orang musyrik yang lebih berat dari siapa pun. Berbagai macam kekerasan, siksaan, dan kekejaman mendera tubuhnya. Namun ia, sebagaimana kaum muslimin yang lemah lainnya, tetap sabar menghadapi ujian di jalan Allah itu dengan kesabaran yang jarang sanggup ditunjukkan oleh siapa pun.

Orang-orang Islam seperti Abu Bakar dan Ali bin Abu Thalib masih memiliki keluarga dan suku yang membela mereka. Akan tetapi, orang-orang yang tertindas (mustadh’afun) dari kalangan hamba sahaya dan budak itu, tidak memiliki siapa pun, sehingga orang-orang Quraisy menyiksanya tanpa belas kasihan. Quraisy ingin menjadikan penyiksaan atas mereka sebagai contoh dan pelajaran bagi setiap orang yang ingin mengikuti ajaran Muhammad.

Kaum yang tertindas itu disiksa oleh orang-orang kafir Quraisy yang berhati sangat kejam dan tak mengenal kasih sayang, seperti Abu Jahal yang telah menodai dirinya dengan membunuh Sumayyah. Ia sempat menghina dan mencaci maki, kemudian menghunjamkan tombaknya pada perut Sumayyah hingga menembus punggung, dan gugurlah syuhada pertama dalam sejarah Islam.

Sementara itu, saudara-saudara seperjuangan Sumayyah, terutama Bilal bin Rabah, terus disiksa oleh Quraisy tanpa henti. Biasanya, apabila matahari tepat di atas ubun-ubun dan padang pasir Mekah berubah menjadi perapian yang begitu menyengat, orang-orang Quraisy itu mulai membuka pakaian orang-orang Islam yang tertindas itu, lalu memakaikan baju besi pada mereka dan membiarkan mereka terbakar oleh sengatan matahari yang terasa semakin terik. Tidak cukup sampai di sana, orang-orang Quraisy itu mencambuk tubuh mereka sambil memaksa mereka mencaci maki Muhammad.

Adakalanya, saat siksaan terasa begitu berat dan kekuatan tubuh orang-orang Islam yang tertindas itu semakin lemah untuk menahannya, mereka mengikuti kemauan orang-orang Quraisy yang menyiksa mereka secara lahir, sementara hatinya tetap pasrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kecuali Bilal, semoga Allah meridhainya. Baginya, penderitaan itu masih terasa terlalu ringan jika dibandingkan dengan kecintaannya kepada Allah dan perjuangan di jalan-Nya.

Orang Quraisy yang paling banyak menyiksa Bilal adalah Umayyah bin Khalaf bersama para algojonya. Mereka menghantam punggung telanjang Bilal dengan cambuk, namun Bilal hanya berkata, “Ahad, Ahad … (Allah Maha Esa).” Mereka menindih dada telanjang Bilal dengan batu besar yang panas, Bilal pun hanya berkata, “Ahad, Ahad ….“ Mereka semakin meningkatkan penyiksaannya, namun Bilal tetap mengatakan, “Ahad, Ahad….”

Mereka memaksa Bilal agar memuji Latta dan ‘Uzza, tapi Bilal justru memuji nama Allah dan Rasul-Nya. Mereka terus memaksanya, “Ikutilah yang kami katakan!”
Bilal menjawab, “Lidahku tidak bisa mengatakannya.” Jawaban ini membuat siksaan mereka semakin hebat dan keras.

Apabila merasa lelah dan bosan menyiksa, sang tiran, Umayyah bin Khalaf, mengikat leher Bilal dengan tali yang kasar lalu menyerahkannya kepada sejumlah orang tak berbudi dan anak-anak agar menariknya di jalanan dan menyeretnya di sepanjang Abthah Mekah. Sementara itu, Bilal menikmati siksaan yang diterimanya karena membela ajaran Allah dan Rasul-Nya. Ia terus mengumandangkan pernyataan agungnya, “Ahad…, Ahad…, Ahad…, Ahad….” Ia terus mengulang-ulangnya tanpa merasa bosan dan lelah.

Suatu ketika, Abu Bakar Rodhiallahu ‘anhu mengajukan penawaran kepada Umayyah bin Khalaf untuk membeli Bilal darinya. Umayyah menaikkan harga berlipat ganda. Ia mengira Abu Bakar tidak akan mau membayarnya. Tapi ternyata, Abu Bakar setuju, walaupun harus mengeluarkan sembilan uqiyah emas.

Seusai transaksi, Umayyah berkata kepada Abu Bakar, “Sebenarnya, kalau engkau menawar sampai satu uqiyah-pun, maka aku tidak akan ragu untuk menjualnya.”

Abu Bakar membalas, “Seandainya engkau memberi tawaran sampai seratus uqiyah-pun, maka aku tidak akan ragu untuk membelinya.”

Ketika Abu Bakar memberi tahu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bahwa ia telah membeli sekaligus menyelamatkan Bilal dari cengkeraman para penyiksanya, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Abu Bakar, “Kalau begitu, biarkan aku bersekutu denganmu untuk membayarnya, wahai Abu Bakar.”

Ash-Shiddiq Rodhiallahu ‘anhu menjawab, “Aku telah memerdekakannya, wahai Rasulullah.”
Setelah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengizinkan sahabat-sahabatnya untuk hijrah ke Madinah, mereka segera berhijrah, termasuk Bilal Rodhiallahu ‘anhu. Setibanya di Madinah, Bilal tinggal satu rumah dengan Abu Bakar dan ‘Amir bin Fihr. Malangnya, mereka terkena penyakit demam. Apabila demamnya agak reda, Bilal melantunkan gurindam kerinduan dengan suaranya yang jernih :

Duhai malangnya aku, akankah suatu malam nanti
Aku bermalam di Fakh dikelilingi pohon idzkhir dan jalil
Akankah suatu hari nanti aku minum air Mijannah
Akankah aku melihat lagi pegunungan Syamah dan Thafil

Tidak perlu heran, mengapa Bilal begitu mendambakan Mekah dan perkampungannya; merindukan lembah dan pegunungannya, karena di sanalah ia merasakan nikmatnya iman. Di sanalah ia menikmati segala bentuk siksaan untuk mendapatkan keridhaan Allah. Di sanalah ia berhasil melawan nafsu dan godaan setan.
Bilal tinggal di Madinah dengan tenang dan jauh dari jangkauan orang-orang Quraisy yang kerap menyiksanya. Kini, ia mencurahkan segenap perhatiannya untuk menyertai Nabi sekaligus kekasihnya, Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam. Bilal selalu mengikuti Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam ke mana pun beliau pergi.

Selalu bersamanya saat shalat maupun ketika pergi untuk berjihad. Kebersamaannya dengan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam ibarat bayangan yang tidak pernah lepas dari pemiliknya.
Ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam selesai membangun Masjid Nabawi di Madinah dan menetapkan azan, maka Bilal ditunjuk sebagai orang pertama yang mengumandangkan azan (muazin) dalam sejarah Islam.

Biasanya, setelah mengumandangkan azan, Bilal berdiri di depan pintu rumah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam seraya berseru, “Hayya ‘alashsholaati hayya ‘alalfalaahi…(Mari melaksanakan shalat, mari meraih keuntungan….)” Lalu, ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam keluar dari rumah dan Bilal melihat beliau, Bilal segera melantunkan iqamat.

Suatu ketika, Najasyi, Raja Habasyah, menghadiahkan tiga tombak pendek yang termasuk barang-barang paling istimewa miliknya kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengambil satu tombak, sementara sisanya diberikan kepada Ali bin Abu Thalib dan Umar ibnul Khaththab, tapi tidak lama kemudian, beliau memberikan tombak itu kepada Bilal. Sejak saat itu, selama Nabi hidup, Bilal selalu membawa tombak pendek itu ke mana-mana. Ia membawanya dalam kesempatan dua shalat ‘id (Idul Fitri dan Idul Adha), dan shalat istisqa’ (mohon turun hujan), dan menancapkannya di hadapan beliau saat melakukan shalat di luar masjid.
 
Bilal menyertai Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam dalam Perang Badar. Ia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah memenuhi janji-Nya dan menolong tentara-Nya. Ia juga melihat langsung tewasnya para pembesar Quraisy yang pernah menyiksanya dengan hebat. Ia melihat Abu Jahal dan Umayyah bin Khalaf tersungkur berkalang tanah ditembus pedang kaum muslimin dan darahnya mengalir deras karena tusukan tombak orang-orang yang mereka siksa dahulu.

Ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menaklukkan kota Mekah, beliau berjalan di depan pasukan hijaunya bersama ’sang pengumandang panggilan langit’, Bilal bin Rabah. Saat masuk ke Ka’bah, beliau hanya ditemani oleh tiga orang, yaitu Utsman bin Thalhah, pembawa kunci Ka’bah, Usamah bin Zaid, yang dikenal sebagai kekasih Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan putra dari kekasihnya, dan Bilal bin Rabah, Muazin Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam.

Shalat Zhuhur tiba. Ribuan orang berkumpul di sekitar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, termasuk orang-orang Quraisy yang baru masuk Islam saat itu, baik dengan suka hati maupun terpaksa. Semuanya menyaksikan pemandangan yang agung itu. Pada saat-saat yang sangat bersejarah itu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam memanggil Bilal bin Rabah agar naik ke atap Ka’bah untuk mengumandangkan kalimat tauhid dari sana. Bilal melaksanakan perintah Rasul Shalallahu ‘alaihi wasallam dengan senang hati, lalu mengumandangkan azan dengan suaranya yang bersih dan jelas.

Ribuan pasang mata memandang ke arahnya dan ribuan lidah mengikuti kalimat azan yang dikumandangkannya. Tetapi di sisi lain, orang-orang yang tidak beriman dengan sepenuh hatinya, tak kuasa memendam hasad di dalam dada. Mereka merasa kedengkian telah merobek-robek hati mereka.
Saat azan yang dikumandangkan Bilal sampai pada kalimat, “Asyhadu anna muhammadan rasuulullaahi (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)”.

Juwairiyah binti Abu Jahal bergumam, “Sungguh, Allah telah mengangkat kedudukanmu. Memang, kami tetap akan shalat, tapi demi Allah, kami tidak menyukai orang yang telah membunuh orang-orang yang kami sayangi.” Maksudnya, adalah ayahnya yang tewas dalam Perang Badar.

Khalid bin Usaid berkata, “Aku bersyukur kepada Allah yang telah memuliakan ayahku dengan tidak menyaksikan peristiwa hari ini.” Kebetulan ayahnya meninggal sehari sebelum Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam masuk ke kota Mekah..

Sementara al-Harits bin Hisyam berkata, “Sungguh malang nasibku, mengapa aku tidak mati saja sebelum melihat Bilal naik ke atas Ka’bah.”

AI-Hakam bin Abu al-’Ash berkata, “Demi Allah, ini musibah yang sangat besar. Seorang budak bani Jumah bersuara di atas bangunan ini (Ka’bah).”

Sementara Abu Sufyan yang berada dekat mereka hanya berkata, “Aku tidak mengatakan apa pun, karena kalau aku membuat pernyataan, walau hanya satu kalimat, maka pasti akan sampai kepada Muhammad bin Abdullah.”

Bilal menjadi muazin tetap selama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam hidup. Selama itu pula, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam sangat menyukai suara yang saat disiksa dengan siksaan yang begitu berat di masa lalu, ia melantunkan kata, “Ahad…, Ahad… (Allah Maha Esa).”

Sesaat setelah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengembuskan napas terakhir, waktu shalat tiba. Bilal berdiri untuk mengumandangkan azan, sementara jasad Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam masih terbungkus kain kafan dan belum dikebumikan. Saat Bilal sampai pada kalimat, “Asyhadu anna muhammadan rasuulullaahi (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)”, tiba-tiba suaranya terhenti. Ia tidak sanggup mengangkat suaranya lagi. Kaum muslimin yang hadir di sana tak kuasa menahan tangis, maka meledaklah suara isak tangis yang membuat suasana semakin mengharu biru.

Sejak kepergian Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, Bilal hanya sanggup mengumandangkan azan selama tiga hari. Setiap sampai kepada kalimat, “Asyhadu anna muhammadan rasuulullaahi (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)”, ia langsung menangis tersedu-sedu. Begitu pula kaum muslimin yang mendengarnya, larut dalam tangisan pilu.

Karena itu, Bilal memohon kepada Abu Bakar, yang menggantikan posisi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam sebagai pemimpin, agar diperkenankan tidak mengumandangkan azan lagi, karena tidak sanggup melakukannya. Selain itu, Bilal juga meminta izin kepadanya untuk keluar dari kota Madinah dengan alasan berjihad di jalan Allah dan ikut berperang ke wilayah Syam.

Abu Bakar menjawab, “Demi Allah, aku benar-benar membelimu untuk Allah, dan aku memerdekakanmu juga karena Allah.”

Bilal menyahut, “Kalau begitu, aku tidak akan pernah mengumandangkan azan untuk siapa pun setelah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam wafat.”

Abu Bakar menjawab, “Baiklah, aku mengabulkannya.” Bilal pergi meninggalkan Madinah bersama pasukan pertama yang dikirim oleh Abu Bakar. Ia tinggal di daerah Darayya yang terletak tidak jauh dari kota Damaskus. Bilal benar-benar tidak mau mengumandangkan azan hingga kedatangan Umar ibnul Khaththab ke wilayah Syam, yang kembali bertemu dengan Bilal Radhiallahu ‘anhu setelah terpisah cukup lama.
Umar sangat merindukan pertemuan dengan Bilal dan menaruh rasa hormat begitu besar kepadanya, sehingga jika ada yang menyebut-nyebut nama Abu Bakar ash-Shiddiq di depannya, maka Umar segera menimpali (yang artinya), “Abu Bakar adalah tuan kita dan telah memerdekakan tuan kita (maksudnya Bilal).”

Dalam kesempatan pertemuan tersebut, sejumlah sahabat mendesak Bilal agar mau mengumandangkan azan di hadapan al-Faruq Umar ibnul Khaththab. Ketika suara Bilal yang nyaring itu kembali terdengar mengumandangkan azan, Umar tidak sanggup menahan tangisnya, maka iapun menangis tersedu-sedu, yang kemudian diikuti oleh seluruh sahabat yang hadir hingga janggut mereka basah dengan air mata. Suara Bilal membangkitkan segenap kerinduan mereka kepada masa-masa kehidupan yang dilewati di Madinah bersama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam..Bilal, “pengumandang seruan langit itu”, tetap tinggal di Damaskus hingga wafat.

Sumber : kisahmuslim.com

 

Untukmu Yang Telah Berhasil Melumpuhkan Hatiku



Sebenarnya surat ini ingin kukirimkan kepadamu wahai engkau yang mampu melumpuhkan hatiku. Surat ini ingin kuselipkan dalam satu kehidupanmu, namun aku hanya lelaki yang tak memiliki keberanian dalam mengungkapkan semua percikan-percikan rasa yang terjadi dalam hatiku. Aku hanya dia yang engkau anggap tidak lebih, aku hanya merasa seperti itu.

•*¨*•♥♥♥♥•*¨*
Wahai engkau yang telah melumpuhkan hatiku

•*¨*•♥♥♥♥•*¨*
Tak terasa dua tahun aku memendam rasa itu, rasa yang ingin segera kuselesaikan tanpa harus mengorbankan perasaan aku atau dirimu. Seperti yang engkau tahu, aku selalu berusaha menjauh darimu, aku selalu berusaha tidak acuh padamu. Saat di depanmu, aku ingin tetap berlaku dengan normal walau perlu usaha untuk mencapainya.

•*¨*•♥♥♥♥•*¨*
Takukah engkau wahai yang mampu melumpuhkan hatiku? Entah mengapa aku dengan mudah berkata “cinta” kepada mereka yang tak kucintai namun kepadamu, lisan ini seolah terkunci. Dan aku merasa beruntung untuk tidak pernah berkata bahwa aku mencintaimu, walau aku teramat sakit saat mengetahui bahwa aku bukanlah mereka yang engkau cintai walaupun itu hanya sebagian dari prasangkaku. Jika boleh aku beralasan, mungkin aku cuma takut engkau akan menjadi “illah” bagiku, karena itu aku mencoba untuk mengurung rasa itu jauh ke dalam, mendorong lagi, dan lagi hingga yang terjadi adalah tolakan-tolakan dan lonjakan yang membuatku semakin tidak mengerti.

•*¨*•♥♥♥♥•*¨*
Sakit hatiku memang saat prasangkaku berbicara bahwa engkau mencintai dia dan tak ada aku dalam kamus cintamu, sakit memang, sakit terasa dan begitu amat perih. Namun 1000 kali rasa itu lebih baik saat aku mengerti bahwa senyummu adalah sesuatu yang berarti bagiku. Ketentramanmu adalah buah cinta yang amat teramat mendekap hatiku, dan aku mengerti bahwa aku harus mengalah.

•*¨*•♥♥♥♥•*¨*
Wahai engkau yang telah melumpuhkan hatiku,andai aku boleh berdoa kepada Tuhan, mungkin aku ingin meminta agar Dia membalikkan sang waktu agar aku mampu mengedit saat-saat pertemuan itu hingga tak ada tatapan pertama itu yang membuat hati ini terus mengingatmu. Jarang aku memandang wanita, namun satu pandangan saja mampu meluluhkan bahkan melumpuhkan hati ini.Andai aku buta,tentu itu lebih baik daripada harus kembali lumpuh seperti ini.

•*¨*•♥♥♥♥•*¨*
Banyak lembaran buku yang telah kutelusuri, banyak teman yang telah kumintai pendapat. Sebahagian mendorongku untuk mengakhiri segala prasangka tentangmu tentang dia karena sebahagian prasangka adalah suatu kesalahan,mereka memintaku untuk membuka tabir lisan ini juga untuk menutup semua rasa prasangmu terhadapku. Namun di titik yang lain ada dorongan yang begitu kuat untuk tetap menahan rasa yang terlalu awal yang telah tertancap dihati ini dan membukanya saat waktu yang indah yang telah ditentukan itu (andai itu bukan suatu mimpi).

•*¨*•♥♥♥♥•*¨*
Wahai engkau yang telah melumpuhkan hatiku, mungkin aku bukanlah pejantan tangguh yang siap untuk segera menikah denganmu. Masih banyak sisi lain hidup ini yang harus ku kelola dan kutata kembali. Juga kamu wahai yang telah melumpuhkan hatiku, kamu yang dengan halus menolak diriku menurut prasangkaku dengan alasan belum saatnya memikirkan itu. Sungguh aku tidak ingin menanggung beban ini yang akan berujung ke sebuah kefatalan kelak jika hati ini tak mampu kutata, juga aku tidak ingin BERPACARAN denganmu.

•*¨*•♥♥♥♥•*¨*
Wahai engkau yang telah melumpuhkan hatiku, mungkin saat ini hatiku milikmu, namun tak akan kuberikan setitik pun saat-saat ini karena aku telah bertekad dalam diriku bahwa saat-saat indahku hanya akan kuberikan kepada BIDADARI-ku. Wahai engkau yang telah melumpuhkan hatiku, tolong bantu aku untuk meraih bidadari-ku bila dia bukanmu.

•*¨*•♥♥♥♥•*¨*
Wahai engkau yang telah melumpuhkan hatiku, tahukah kamu betapa saat-saat inilah yang paling kutakutkan dalam diriku, jika saja Dia tidak menganugerahi aku dengan setitik rasa malu,tentu aku telah meminangmu bukan sebagai istriku namun sebagai kekasihku.

•*¨*•♥♥♥♥•*¨*
Andai rasa malu itu tidak pernah ada, tentu aku tidak berusaha menjauhimu. Kadang aku bingung, apakah penjauhan ini merupakan jalan yang terbaik yang berarti harus mengorbankan ukhuwah diantara kita atau harus mengorbankan iman dan maluku hanya demi hal yang tampak sepele yang demikian itu.

•*¨*•♥♥♥♥•*¨*
Aku yang tidak mengerti diriku…

Ingin ku meminta kepadamu,sudikah engkau menungguku hingga aku siap dengan tegak meminangmu dan kau pun siap dengan pinanganku?! Namun wahai yang telah melumpuhkan hatiku, kadang aku berpikir semua pasti berlalu dan aku merasa saat-saat ini pun akan segera berlalu, tetapi ada ketakutan dalam diriku bila aku melupakanmu. .. aku takut tak akan pernah lagi menemukan dirimu dalam diri mereka-mereka yang lain.

•*¨*•♥♥♥♥•*¨*
Wahai engkau yang telah melumpuhkan hatiku, ijinkan aku menutup surat ini dan biarkan waktu berbicara tentang takdir antara kita. Mungkin nanti saat dimana mungkin kau telah menimang cucu-mu dan aku juga demikian, mungkin kita akan saling tersenyum bersama mengingat kisah kita yang tragis ini. Atau mungkin saat kita ditakdirkan untuk merajut jalan menuju keindahan sebahagian dari iman, kita akan tersenyum bersama betapa akhirnya kita berbuka setelah menahan perih rindu yang begitu mengguncang.

•*¨*•♥♥♥♥•*¨*
Wahai engkau yang telah melumpuhkan hatiku, mintalah kepada Tuhan-mu, Tuhan-ku, dan Tuhan semua manusia akhir yang terbaik terhadap kisah kita. Memintalah kepada-Nya agar iman yang tipis ini mampu bertahan, memintalah kepada-Nya agar tetap menetapkan malu ini pada tempatnya.

•*¨*•♥♥♥♥•*¨*
Wahai engkau yang sekarang kucintai,semoga hal yang terjadi ini bukanlah sebuah DOSA.




Cinta



Mencintai dicintai fitrah manusia
Setiap insan di dunia akan merasakannya
Indah ceria kadang merana itulah rasa cinta

Berlindunglah pada Alloh dari cinta palsu
Melalaikan manusia hingga berpaling dari-Nya
Menipu daya dan melenakan sadarilah wahai kawan

Cinta adalah karunia-Nya bila dijaga dengan sempurna
Resah menimpa gundah menjelma jika cinta tak dipelihara

Cinta pada Alloh cinta yang hakiki
Cinta pada Alloh cinta yang sejati
Bersihkan diri gapailah cinta Cinta Ilahi

Berlindunglah pada Alloh dari cinta palsu
Melalaikan manusia hingga berpaling darinya
Menipu daya dan melenakan sadarilah wahai kawan

Utamakanlah cintapadanya terjagalah amalan kita
Binalah slalu cinta Ilahi hidup kita kan bahagia

Cinta pada Alloh cinta yang hakiki
Cinta pada Alloh cinta yang sejati
Bersihkan diri gapailah cinta Cinta Ilahi 
 
By : The Fikr
 
 

Senin, 12 Desember 2011

Dimana Cantiknya Seorang Wanita ?



Mungkin pada sepasang matanya yang hening yang selalu menjeling tajam atau yang kadang kala malu-malu memberikan kerlingan manja.


Boleh jadi pada bibirnya yang tak jemu-jemu menyerlahkan senyuman manis, atau yang sekali-sekali memberikan kecupan mesra di dahi umi juga, ayah, suami dan pipi munggil anak-anak.

Atau mungkin juga pada nilai tawanya yang gemersik dan suara manjanya yang boleh melembut sekaligus melembutkan perasaan.

Sejuta perkataan belum cukup untuk menceritakan kecantikan perempuan.

Sejuta malah berjuta-juta kali ganda perkataan pun masih belum cukup untuk mendefinisikan tentang keindahan perempuan. Kitalah perempuan itu.

Panjatkan kesyukuran kehadrat Tuhan karena menjadikan kita perempuan dan memberikan keindahan-keindahan itu.

Namun, betapa pun dijaga, dipelihara, dibelai dan ditatap di hadapan cermin setiap waktu, tiba masanya segalanya akan pergi jua. Wajah akan suram, mata akan kelam. Satu saja yang tidak akan dimamah usia, sifat keperempuanan yang dipupuk dengan iman dan ibadah.

Anda ingin lebih cantik dan menarik??

# Jadikanlah Ghadhdul Bashar (menundukkan pandangan) sebagai "hiasan mata" anda, niscaya akan semakin bening dan jernih.

# Oleskan "lipstik kejujuran" pada bibir anda, niscaya akan semakin manis.

# Gunakanlah "pemerah pipi" anda dengan kosmetik yang terbuat dari rasa malu yang dibuat dari salon Iman.

# Pakailah "sabun Istighfar" yang menghilangkan semua dosa dan kesalahan yang anda lakukan.

# Rawatlah rambut anda dengan "Selendang Islami" yang akan menghilangkan kelemumur pandangan lelaki yang membahayakan.

# Hiasilah kedua tangan anda dengan gelang Tawadhu' dan jari-jari anda dengan cincin Ukhuwwah.

# Sebaik-baiknya kalung anda adalah kalung "kesucian".

# Bedaklah wajah anda dengan "air Wudhu" niscaya akan bercahaya di akhirat.

Oleh :  Bapak Sugianto Parjan

Suami Idaman

Menjadi seorang suami yang baik bukanlah sesuatu yang mudah.Hal ini dikarenakan seorang laki-laki (suami) umumnya memiliki tanggung jawab yang lebih luas dan besar dari pada wanita.Urusan mencari nafkah, sosial kemasyarakatan, tanggung jawab dakwah dan lain sebagianya terkadang sering menyita waktunya.

Maka tak jarang diantara kaum laki-laki ada yang benar-benar tidak memiliki waktu untuk keluarganya, atau mungkin punya namun porsinya sangat kecil sehingga menyebabkan pihak keluarga khususnya isteri merasa tidak mendapatkan haknya secara utuh, walau dari satu segi (materi misalnya) sudah terpenuhi.

Seorang suami yang baik hendaklah mengerti betul hak-hak istrinya, karena hak isteri tersebut merupakan kewajiban yang harus ditunaikan.Jika kewajiban-kewajiban tersebut tidak ditunaikan maka jelas akan memberikan dampak yang buruk, baik bagi kehidupan keluarga maupun pribadi sang suami, karena bagaimanapunan seorang isteri merupakan amanat bagi suaminya.

Jika memang demikian kenyataannya bahwa seorang isteri adalah amanat maka masing-masing suami hendaknya bertanya kepada diri sendiri, apakah selama ini telah menunaikan hak-hak isteri ataukah termasuk orang yang menyia-nyiakannya serta bertidak melampaui batas terhadapnya?

Berikut ini adalah diantara hak-hak isteri yang perlu untuk diperhatikan oleh seorang suami,jika itu semua dapat direalisasikan maka insyaAllah seorang laki-laki akan menjadi suami idaman bagi istrinya.

1.Mewasiatkan Kabaikan Kepada Isteri.

Ini sebagai pengamalan dari firman Allah:

Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. (QS. 4:19)

Juga dalam sebuah hadits Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda:

“Berswasiatlah kalian semua kepada para wanita dengan kebaikan, sesungguhnya wanita itu terbuat dari tulang rusuk dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas.Jika engkau meluruskannya maka engkau bisa membuatnya patah, dan jika engkau membiarkannya maka ia akan tetap bengkok.Maka berialah wasiat kepada para wanita.” (Muttafaq ‘alaih).

2.Memberikan Hak Isteri dan Jangan Menahannya.

Diriwayatkan dari Mu’waiyah bin Hidah ra, ia berkata,”Aku bertanya,”Wahai Rasulullah, apa hak isteri yang harus ditunaikan oleh seorang laki-laki diantara kami (suami)?Beliau menjawab, ”Memberinya makan jika ia (suami)makan, memberinya pakaian jika memiliki pakaian, tidak menampar wajahnya, tidak menjelek-jelekkannya serta tidak memisahkan tidurnya kecuali di dalam rumah.”(HR.Ahmad).

Ada diantara sebagian orang ada yang begitu baik dan sangat memuliakan teman-temannya, namun dibalik itu ia lupa akan hak-hak istrinya yang salah satunya adalah menerima perlakuan yang baik dari sang suami.Jika kepada orang lain ia mampu berbuat baik maka mengapa kepada isterinya yang sebenarnya lebih berhak ia tidak bisa melakukannya? Padahal dalam sebuah hadits Nabi saw telah menjelaskan bahwa satu dinar yang dinafkahkan kepada keluarga (istri,dan tentunya untuk kebaikan,red) lebih baik daripada satu dinar yang dinafkahkan fisabilillah atau kepada orang miskin.(Shahih riwayat Muslim).

3.Mengajarinya Ilmu Syar’i.

Terutama dalam masalah-masalah yang menyangkut ibadah, sebagiaman firman Allah:

Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunnah Nabimu).Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui. (QS. 33:34)

Ummul Mukminin Aisyah Radhiallaahu anha berkata, dari ayahnya (Abu Bakar ash-Shidiq Radhiallaahu anhu ) ia berkata, ”Sebaik-baik wanita adalah wanita kaum Anshar, rasa malu tidaklah menghalangi mereka dari semangat dalam memahami urusan agama.”

Seorang suami hendaknya mengajari isterinya tentang al-Qur’an, as-Sunnah serta mendorong dan membantunya dalam ketaatan dan ibadah.

Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.

Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam juga telah bersabda:

“Allah Subhanahu wa Ta'ala mengasihi seorang laki-laki yang bangun malam dan shalat, lalu membangunkan istrinya kemudian iapun ikut shalat.Jika si istri enggan ia perciki wajahnya dengan air.” (HR Ahmad).Demikian pula Allah menyayangi wanita atau isteri yang melakukan hal tersebut.

4.Mempergauli Istri dengan Baik, Menjaga Perasaannya serta Menghindari Hal-hal Sensitif.

Termasuk perlakuan suami yang tak selayaknya diberikan kepada istri adalah mendampratnya, menjelek-jelekkan rupa atau kelakuan istri ataupun menyebut kekurangan-kekurangan keluarganya.Juga mencela serta memanggilnya dengan panggilan atau julukan yang buruk.Seorang suami hendaknya juga jangan menyakiti istrinya dengan menyebut kecantikan wanita lain dan mengatakan bahwa mereka lebih unggul dan lebih segala-galanya daripada dirinya.

5.Menjaga Istri.

Yaitu memeliharanya dari kerusakan dan menjaga agar jangan mendatangi tempat-tempat yang buruk.Senantiasa menampakkan cemburu terhadapnya serta menganjurkan agar banyak-banyak tinggal di rumah.

Seorang istri juga harus dijauhkan dari teman-teman yang buruk, jangan dibiarkan banyak keluar untuk hal-hal yang tidak perlu, pergi ke tempat yang tidak jelas atau melakukan safar tanpa didampingi mahram.Tumbuhkan perasaan dalam diri bahwa isteri adalah amanah yang kelak akan dipertanyakan di hari kiamat.

6.Memperhatikan Kebutuhannya.

Yang demikian akan membuatya merasa tercukupi sehingga tak akan menengok atau mencari perhatian kepada selain suaminya.Jangan sampai lupa meluangkan waktu untuk rumah kita, sediakan untuk mereka yang dirumah wajah yang ramah dan perilaku luhur.

7.Meneladani Suami-suami Pilihan.

Dengan memperhatikan bagaimana cara-cara mereka dalam mempergauli isterinya serta membuat bahagia hatinya.Seorang isteri sangatlah berhak mendapatkan semua perlakuan dan pergaulan yang baik dari suaminya.Karena dialah orang yang selalu melayaninya,memasak untuknya, membersihkan dan mencuci pakaiannya, menyambut kedatangannya waktu pulang, memelihara dan mendidik anak-anak serta secara umum dialah yang mengurus rumah tangga.

Dalam hal ini telah ada teladan yang sangat indah dari Rasulullah saw.Pernah suatu kali beliau mengajak balapan lari dengan Aisyah untuk membahagiakan hatinya.Beliau juga memanggilnya dengan panggilan yang lembut dan akrab di hati.Juga tak jarang mengajak istri-istrinya untuk berbincang-bincang, bercerita tentang kisah-kisah serta mengajak mereka bermusyawarah.

8.Bersabar dan Tahan Atas Perilaku Istri yang Tidak Menyenangkan.

Dalam kehidupan dunia dengan urusan yang begitu kompleks dan beragam pasti seseorang akan mendapati hal-hal yang tidak disukai dari pihak lain termasuk suami/istri.Allah juga menciptakan manusia ini dalam keadaan lemah dan serba penuh kekurangan.Maka segala hal yang tidak disenangi dari seorang istri, seperti masakan kurang sedap, rumah belum rapi, pakaian belum tercuci dan lain-lain hendaknya disikapi dengan penuh kesabaran dan menahan diri.Kecuali dalam hal yang menyangkut urusan akhirat seperti masalah shalat, puasa dan ibadah-ibadah wajib lainnya maka maka tidak bisa dibiarkan.

9.Mejaga Harta Istri

Kadangkala seorang istri memiliki harta yang sangat banyak, entah dari warisan, pemberian, hasil usaha, gaji dan sebagainya.Namun meski seorang laki-laki adalah pemimpin keluarga ia sama sekali tidak berhak mengusik harta yang menjadi hak pribadi istrinya tanpa seizin darinya.Hendaknya ia berhati-hati jangan sampai megambil harta itu baik dengan terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi, dengan janji-janji atau ancaman terkecuali dengan kerelaannya.

Allah swt berfirman:

Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya. (QS. 4:4)

Rasulullah saw adalah orang yang sangat amanah terhadap harta istrinya Khdijah.Beliau tak pernah mengambil harta itu kecuali apa yang menjadi haknya.Allah telah memperingatkan orng yang mengambil kembali harta mahar dari istri yang ia talak, padahal harta itu tadinya adalah milik orang tersebut, sebagaimana difirmankan:

Dan jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang lain, sedang kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang banyak, maka janganlah kamu mengambil kembali dari padanya barang sedikitpun. Apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan yang dusta dan dengan (menanggung) dosa yang nyata. Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat. (QS. 4:20-21)

Lalu bagaimana lagi dengan harta milik istri yang susah-susah ia kumpulkan.Maka mengambil harta istri justeru akan menjatuhkan posisi suami sebagai pemimpin keluarga yang seharusnya bertanggung jawab memberi nafkah, menghormati dan melindungi istri meski keadaan istrinya lebih kaya.

10.Bersikap Adil Bagi yang Memilik Istri Lebih dari Satu.

Yaitu dengan memberikan tempat yang sama bagi masing-masing istrinya, demikian pula dalam hal mabit (bermalam) dan pemberian nafkah.Allah swt telah berfirman:

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu daoat mengambil pelajaran. (QS. 16:90)

Dan dalam sebuah hadits Rasulullah saw bersabda:

“Barang siapa memliki dua istri kemudian ia condong kepada salah satunya maka ia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan pincang.


Oleh : Beranda Kita