Oleh : Kamal Mahfudz
To : Ukhti
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh,
Ukhti, salam kenal untukmu yang sampai detik kutulis surat ini, aku belum pernah melihat dirimu apalagi mendengar suaramu.
Ukhti, teringat tentang kisah Khadijah binti Khuwailid, seorang wanita paling mulia di muka bumi ini, teladan bagi setiap istri yang menginginkan gelar “sholehah”, wanita paling utama di surga Allah, ibunda kaum muslim sampai akhir zaman, istri Rasulullah saw yang paling beliau cintai.
Beliau hanya seorang janda ketika menikah dengan Rasulullah saw, hanya seorang janda yang tidak lagi muda namun masih menyisakan kecantikan masa mudanya, hanya seorang janda yang memiliki karisma sehingga banyak pemuka Quraisy ingin menikahinya. Namun begitu besar kemuliaannya sehingga ia menjadi satu-satunya manusia yang mendapatkan salam dari Tuhannya dan dari malaikat Jibril.
Ukhti, kemuliaan Khadijah bukan hanya karena ia adalah istri Rasulullah saw, bukan hanya karena ia adalah bangsawan, bukan hanya karena ia adalah seorang kaya raya. Tapi kemuliaan Khadijah adalah karena ia mencintai Rasulullah saw.
Karena ia beriman pada Rasulullah saw ketika yang lainnya tidak, ia memberikan hartanya pada Rasulullah saw ketika yang lainnya memboikot Rasulullah saw, ia membenarkan Rasulullah saw ketika yang lainnya mendustakan Rasulullah saw, ia teguh di sisi Rasulullah saw ketika yang lainnya meninggalkan Rasulullah saw, ia mencintai Rasulullah saw sebagai seorang istri. Begitu bahagianya Rasulullah saw menjadi suaminya, hingga Rasulullah saw tidak menikah sewaktu ia masih hidup, bahkan sampai Rasulullah saw wafat beliau tetap mencintainya, dan hanya dari rahimnya yang suci Allah memberikan keturunan pada Rasulullah saw. Dari rahimnya lahir Fatimah binti Muhammad, wanita paling mulia di zamannya, wanita yang harus diteladani oleh seluruh wanita di muka bumi karena kesetiaannya pada suaminya.
Ukhti, rasanya tidak perlu menguntai kata begitu panjang untuk bercerita tentang Khadijah binti Khuwailid. Toh, tinta emas pun tidak sanggup untuk menorehkan kemuliaannya. Bahkan bidadari surga pun sangat cemburu padanya.
Ukhti, wanita sholehah bukanlah wanita biasa yang hidup dengan biasa pula. Wanita sholehah bukanlah wanita tanpa alpa dan dosa. Wanita sholehah juga bukanlah wanita sempurna. Wanita sholehah adalah seorang istri yang patuh taat pada suaminya. Jika dipandang ia menentramkan hati, diberi perintah ia kerjakan sepenuh hati, ia menjaga harga dirinya dengan menutup auratnya, ia tidak memasukkan orang yang tidak disukai suaminya dalam rumah mereka, ia tidak berdua-duaan dengan pria lain, ia tidak mengeluh dengan kekurangan mereka, ia setia meski hidup dalam kesusahan.
Wanita sholehah adalah wanita yang mampu membuat para bidadari surga cemburu padanya.
Bidadari surga? Siapa yang tidak tahu? Bidadari surga, tubuhnya tidak pernah disentuh oleh pria selain suaminya, wajahnya sangat rupawan, sangat setia pada suami-suami mereka, bidadari surga duduk di atas dipan-dipan bertahtakan permata. Bidadari surga, jika ia mengintip ke dunia, niscaya seluruh dunia akan dipenuhi wanginya.
Bidadari surga, penghuni-penghuni surga, istri para sholihin.
Tapi bukankah Rasulullah saw mengatakan, “wanita dunia lebih utama dari bidadari surga”, karena sholatnya, puasanya, zakatnya, sedekahnya…, karena ketaatan pada suaminya…
Ukhti, engkau bukanlah wanita yang utama seperti Khadijah atau Fatimah, dan suamimu pun bukanlah orang semulia Rasulullah saw.
Tapi, jadilah wanita akhir zaman yang berusaha menjadi sholehah…
Agar bidadari surga cemburu padamu…
Dia, wanita beriman pada Allah
Dia istiqomah, berbungkus busana muslimah,
Dia khusyuk, dan jauhkan bermegah-megah
Dia ramah, penjaga amanah,
Dia hiasan dunia paling indah
Dia wanita nan tengah dinanti-nanti surga
Dialah WANITA SHOLEHAH
Copas from Bukan Muslimah Biasa note's