Jumat, 31 Desember 2010

Renungan Di Pergantian Tahun

Seperti tahun-tahun sebelumnya,
tahun baru merupakan momen pergantian tahun yang tak luput dari berbagai perayaan meriah di berbagai belahan dunia...

Alangkah indahnya momen itu kita lewatkan dengan sedikit perenungan dan muhasabah diri....

Menilik kembali perjalanan hidup yang sudah dilalui setahun lampau...

Dari sekian harapan yang direncanakan untuk dapat terealisasi dan harapan-harapan lain yang ingin diwujudkan di tahun-tahun yang akan datang....

Namun dari seluruh harapan itu, sudahkah landasannya semata-mata untuk menggapai ridho Ilahi...??? SUDAHKAH...???
Pertanyaan ini benar-benar menyentak relung hatiku...

Banyak hal yang membuat kita patut berucap syukur, tidak sekedar di lisan tapi juga berupa pembenaran di hati berwujud keyakinan yang semakin kuat atas segala kemurahan_Nya....

Dia tidak pernah berharap lebih pada hamba-hamba_Nya. Dia hanya memiliki sedikit pinta. Dia hanya mau hamba_Nya beribadah penuh kepasrahan diri dan selalu yakin akan keberadaan_Nya. Dia tidak pernah berharap lebih, sedikit saja terucap rasa syukur dari bibir seorang hamba atas karunia_Nya, justru Ia semakin menambah kenikmatan itu dengan yang lebih baik dari nikmat sebelumnya...

Alangkah Agungnya Dia yang Maha Kuasa atas segala perkara....

Tidakkah kita merasa malu pada_Nya
Pantaskah kita berkeluh kesah dan berputus asa Atas takdir_Nya, jika dibanding dengan segala kemudahan yang telah dan masih akan diberi_Nya untuk kita...???
Pantaskah kita menyalahkan takdir yang telah ditetapkan_Nya untuk kita dikehidupan ini...??? PANTASKAH...???

Cintailah Dia seperti halnya kita mampu mencintai diri sendiri dan orang lain, bahkan seharusnya bisa lebih dari itu semua...

Mulailah mengingat-ingat dan mensyukuri kembali satu persatu nikmat_Nya pada hidup kita hingga detik ini....

Nikmat hidup dengan udara segar berlimpah di sekeliling kita, nikmat karena masih dicukupkan kebutuhan lahiriah kita, nikmat dengan masih tersedianya kesempatan untuk bisa berkumpul bersama keluarga tercinta.
Dan banyak kenikmatan lainnya, yang kalau kita mau jujur, pasti tidak terhitung jumlahnya.
Namun tiada kata terlambat untuk bisa berbuat lebih baik dari sebelumnya...

Cobalah menyadari sedikit demi sedikit kelemahan dan kekhilafan kita, yang tanpa disadari terkadang membuat kita lupa. Apalagi kira-kira yang patut kita perbaharui dalam hidup dan kehidupan kita. Sehingga terkadang menjadi penghalang bagi_Nya untuk bisa lebih mencintai kita, membuat mata hati kita buta dan hampa untuk sekedar manghayati keAgungan segala ciptaan_Nya....

Mulailah saat ini juga, jangan pernah menunda walau sedetik saja, karena sesungguhnya kematianpun tak pernah ditunda kapan saatnya menghampiri kita...

Sumber ::: El-syifa’s notes

Kamis, 30 Desember 2010

Rabb,. Jangan Jauhkan Aku Dari-Mu ...

Ya Rabb,.
Sungguh terasa baru sejenak ku belajar mencintai-Mu.
Sungguh terasa baru sejenak ku menikmati indahnya hidup dekat dengan-Mu.
Sungguh terasa baru sejenak ku merasakan nikmatnya hidup bersama dengan orang-orang yang mencintai dan selalu bersujud pada-Mu.
Dan sungguh terasa baru sejenak ku merasakan, betapa bahagianya hidup berdekatan dengan masjid-Mu, dengan rumah-Mu.

Ya Rabb,.
Sungguh aku yakin bahwa Engkau mengetahui setiap apa yang terbisikkan di dalam hati,.
Ya Rabb,.
Sungguh ku tak ingin kehidupan yang telah ku rasakan ini berlangsung hanya sejenak saja,.
Dan jika ku boleh meminta, ku ingin hidup selamanya seperti ini, hidup dalam dalam naungan kasih sayang-Mu, hidup bersama orang-orang yang mencintai-Mu, hidup selalu berdekatan dengan rumah-Mu,..

Ya Rabb,.
Sungguh jika ku mampu, ku ingin menolak jika ku harus berpindah dari sini, dari tempat ini. tempat dimana ku bisa belajar untuk lebih mengenal-Mu dan mencintai-Mu.

Ya Rabb,.
Sungguh ku tak tahu, apakah di tempatku yang baru nanti, aku masih bisa melakukan kebiasaan yang sering ku lakukan di sini.
Sungguh ku tak tahu, apakah di sana nanti, ku bisa menyempatkan diriku untuk mengunjungi rumah-Mu di sela-sela kesibukanku.
Sungguh ku tak tahu, apakah di sana nanti ku bisa bersujud bersama dengan orang-orang yang bersujud pada-Mu pula.
Dan sungguh ku tak tahu,..
Sungguh ku tak tahu, apakah ku masih bisa merasakan kedamaian, apakah ku bisa merasakan ketenangan seperti yang kurasakan sekarang ini.

Ya Rabb,.
Jika memang ini adalah garis kehidupan yang memang harus ku jalani, ku hanya ingin agar Engkau selalu hadir di setiap hari-hariku.
Jangan pernah sekali-kali Engkau tinggalkan aku.
Ingatkanlah, jika diriku mulai lalai.
Tegurlah, di saat diriku berbuat salah.
Dan jangan sekali-kali Engkau jauhkan aku dari-Mu, dari rahmat dan kasih sayang-Mu.

Amiin Ya Rabbal 'Alamiin ...

Sabtu, 25 Desember 2010

Agar Cinta Tak Bertepuk Sebelah Tangan


Engkau ingin berjuang, tapi tidak mampu menerima ujian, rusak oleh pujian, tidak sepenuhnya menerima pimpinan dan tidak begitu setiakawan
Engkau ingin berjuang, tapi tidak sanggup berkorban, tidak sanggup terima cobaan dan hanya ingin jadi pemimpin agar pengikut menjadi agak segan
Engkau ingin berjuang, tapi kesehatan dan kerehatan tidak sanggup engkau korbankan dan waktu tidak sanggup engkau luangkan
Engkau ingin berjuang, tapi dirimu tidak engkau tingkatkan, disiplin diri engkau abaikan, janji kurang engkau tunaikan dan kasih sayang engkau abaikan
Engkau ingin berjuang, tapi para tamu engkau abaikan, anak isteri engkau lupakan dan ilmu berjuang engkau tinggalkan
Engkau ingin berjuang, tapi pandangan engkau tidak diselaraskan, rasa bertuhan engkau abaikan dan iman taqwa engkau lupakan
~Qathrunnada~

Benarkah engkau seorang pejuang?
Mengaku diri sebagai pejuang, sebagai jundullah, sebagai aktivis, namun akhlak maupun tsaqafahnya tidak mencerminkan hal itu.
Mengaku diri sebagai mujahid, namun niat ternoda oleh selain-NYA.
Inilah yang ALLAH Subhaanahu wa Ta’ala sindir di dalam Al-Qur’an,
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?
Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya ALLAH mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”
(QS. Al-‘Ankabuut [29]: 2-3)

Sang Pejuang Sejati
Masing-masing kita sebaiknya mengevaluasi diri, apakah kita memang sudah benar-benar menjadi pejuang di jalan-NYA, atau jangan-jangan baru sebatas khayalan dan angan-angan kosong belaka.
Inginkan syurga, tetapi tidak siap menggadaikan diri, harta dan jiwa.
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi ALLAH orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.”
(QS. Ali ‘Imran [3]:142).
Ya, kita mengira akan masuk surga dengan pegorbanan yang sedikit, seakan ingin menyamakan diri dengan hukum ekonomi kapitalis, “Mendapatkan output yang sebesar-besarnya semaksimal mungkin, dengan input yang seminimal mungkin.”

Aduhai……
Sesungguhnya hari akhir itu adalah perkara yang besar.
Dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi itu, sangat mahal harganya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Generasi awal sukses karena zuhud dan teguhnya keyakinan, sedang ummat terakhir hancur karena kikir dan banyak berangan-angan muluk kepada ALLAH.”

Saat nasyid-nasyid perjuangan dilantunkan, gemuruh di dalam dada menjadi berkobar-kobar untuk berjuang. Tetapi sayang, ternyata hanya tersimpan di dalam dada dan semangat itu ikut surut seiring dengan berakhirnya lantunan nasyid.
Tidak keluar dalam amaliyah yang nyata.

Demi ALLAH…..
Keimanan bukanlah dilihat dari yang paling keras teriakan takbirnya.
Bukan pula dari yang paling deras air matanya kala muhasabah.
Bukan pula dari yang paling ekspresif menunjukkan kemarahan kala melihat Israel menyerang Palestina.
Dan bukan pula yang paling gegap-gempita berdemo saat Obama datang ke negerimu.
Bukan pula dari yang paling banyak simbol-simbol keagamaannya, karena itu semua hanya sesaat.
Sesungguhnya keistiqamahan dalam berjuang, itulah indikasi keimanan sang pejuang yang sebenarnya.
Pejuang yang sabar menapaki hari-hari dengan mengibarkan panji Ilahi Rabbi.
Yang selalu bermujahadah mengamalkan Al-Qur’an, teguh pendirian, tak kenal henti, hingga terminal akhir, surga.

Pengorbanan
Apakah dengan memakai sedikit waktu untuk berda’wah, sudah menganggap diri telah melakukan totalitas perjuangan?
Padahal para Nabi tidaklah menjadikan dakwah ini hanya sekedarnya saja, tetapi sebagaimana dicantumkan dalam surat Nuh [71] ayat 5, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang.”
Pun dalam surat Al-Muzzammil [73]: 1, 2, 8, 9, 20;
Hai orang yang berselimut! Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya). Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-NYA dengan penuh ketekunan. (DIA-lah) Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan DIA, maka ambillah DIA sebagai pelindung. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi ALLAH sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada ALLAH; sesungguhnya ALLAh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Sejak ayat itu turun, sang Nabi akhir zaman selalu siaga dalam kehidupan.
Bahkan, hingga menjelang ajalnya, Rasulullah tengah menyiapkan peperangan untuk menegakkan Al-Haq.
Sang pejuang, tetapi makanannya adalah sebaik-baik makanan, dan pakaiannya adalah sebaik-baik pakaian.
Dan dengan tanpa rasa berdosa, asyik menonton sinetron-sinetron cinta dan acara gosip, mendengar lagu-lagu cinta, berghibah, perut kenyang, banyak tidur, dan mengabaikan waktu, lalu berharap mendapatkan syurga?
Sangatlah jauh, bagaikan punuk merindukan rembulan.
Alangkah berbedanya dengan yang dicontohkan Muhammad Rasulullah, Abu Bakar, Umar, Mush’ab bin Umair dan para sahabat yang lainnya yang setelah mendapatkan hidayah, mereka justru menjauhi kemewahan hidup.
Mereka mampu secara ekonomi, tetapi mereka tidak rela menikmati dunia yang melalaikan.

Seorang pejuang harus memahami jalan mendaki yang akan dilaluinya.
Sang Nabi tak pernah tertawa keras apatah lagi terbahak-bahak.
Dan hal itu dikarenakan keimanan yang tinggi akan adanya hari akhir, akan adanya surga dan neraka.
Ada amanah dakwah yang besar di pundaknya, lantas bagaimana mungkin seorang pejuang akan banyak bercanda?
Imam Syahid Hasan Al-Banna memasukkan “keseriusan” atau tidak banyak bergurau sebagai bagian dari 10 wasiatnya.
Dan dikisahkan pula bahwa Shalahuddin Al-Ayyubi tak pernah tertawa karena Palestina belum terbebaskan.

Keringnya suasana ruhiyah di lingkungan kita, bisa jadi karena di antara kita -saat di luar halaqah- jarang saling bertaushiyah tentang hari akhir.
Bahkan sungguh aneh, dapat tertawa dan tidak menyimak ketika Al-Qur’an dibacakan di dalam pembukaan ta’lim.
Atau saat kaset murottal diputar, mengobrol tak mengindahkan.
Yang mengindikasikan bahwa Al-Qur’an itu baru sampai di tenggorokan saja.
Akan tiba suatu masa dalam ummat ketika orang membaca Al-Qur’an, namun hanya sebatas tenggorokannya saja (tidak masuk ke dalam hatinya).”
(HR. Muslim).

Dimanakah air mata keimanan?!
Ya Rabbi…..
Ampunilah kelemahan kami dalam menggusung panji-MU.

Kederisasi generasi sebaiknya tidak melulu tentang pergerakan dan mengabaikan aspek keimanan.
Keimanan harus senantiasa dihembuskan dimana saja karena ia adalah motor penggerak yang hakiki.
Iman adalah akar -dari segala pergerakan dan perjuangan-. 

Penutup
Menjadi pejuang, hendaknya bukanlah angan-angan kita belaka.
Menjadi pejuang, memiliki kriteria (muwashafat) yang harus di penuhi.
Jangan sampai kita terkena hadits ini,
Akan datang suatu masa untuk ummatku ketika tidak lagi tersisa dari Al-Qur’an kecuali mushafnya, dan tidak tersisa Islam kecuali namanya, dan mereka tetap saja menyebut diri mereka dengan nama ini meskipun mereka adalah orang yang terjauh darinya.”
(Ibnu Babuya, Tsawab ul-A mal).

Pejuang di jalan-NYA hendaknya bukan dari kacamata kita, tetapi dari kacamata ALLAH Subhaanahu wa Ta’ala.
Alangkah ruginya bila kita menganggap diri sebagai pejuang, padahal dalam pandangan ALLAH kita tak ada apa-apanya.
Maka, bersama-sama kita memuhasabahi diri, agar cinta kita kepada-NYA bukan hanya angan semata, agar cinta kita tak bertepuk sebelah tangan.
Karena pembuktian cinta haruslah mengikuti dengan keinginan yang di cinta.
Jika tidak, maka patut dipertanyakan kebenaran cintanya itu.
Cinta sejati, tidak hanya dimulut dan disimpan di dalam dada saja, tetapi harus dibuktikan, agar Sang Kekasih percaya bahwa kita mencintainya.
Kita mencintai-NYA dan DIA pun mencintai kita.

Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak ALLAH akan mendatangkan suatu kaum yang ALLAH mencintai mereka dan merekapun mencintai-NYA, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang Mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan ALLAH, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia ALLAH, diberikan-NYA kepada siapa yang dikehendaki-NYA, dan ALLAH Maha Luas (pemberian-NYA) lagi Maha Mengetahui.”
(QS. Al-Maa’idah [5]: 54).

Wallahu a'lam
Sumber ::: Notes Sahabat Muslim Berbagi

Jumat, 10 Desember 2010

Sabarkah Kita ???

7 Langkah Kesabaran


Sebuah rumah gubuk kecil berdiri anggun di tanah pegunungan yang indah dan hijau. Di gubuk yang terpencil itu, tinggallah seorang kakek tua yang sangat terkenal karena kebijakasanaannya. Banyak orang dari berbagai tempat datang kepadanya untuk meminta nasehat si kakek tua itu. Suatu hari, datanglah seorang pria yang telah tiga hari lamanya menempuh perjalanan dengan berjalan kaki. Sesampai di hadapan si kakek tua, pria itu memohon nasehat tentang bagaimana cara mengendalikan emosi yang tidak terkendali.

Setelah sejenak memandang pria tersebut, sang kakek tua nan bijak itu pun berkata, "Anak muda, setiap kali engkau tersinggung atau terpancing untuk marah-marah, ingatlah ren 7 pu. TUJUH LANGKAH KESABARAN. Untuk itu, lakukanlah twee 7 pu, cai cuo 7 pu, yaitu melangkah mundur tujuh langkah, lalu maju tujuh langkah, dan lakukan hal tersebut tujuh kali kali berturut-turut. Lakukan dengan langkah mantap sambil berhitung. Setelah itu, barulah engkau ambil keputusan bertindak."

Merasa mendapatkan nasihat bijak, pria itu pulang kembali ke desanya. Ia yakin sekali masalah emosi yang dideritanya pasti bisa terpecahkan. Tiga hari perjalanan kembali harus dia tempuh.
Hari telah larut ketika ia sampai di rumah. Dengan pakaian yang lusuh, badan letih dan pegal-pegal, serta perut sangat lapar, ia masuk ke dalam kamar istrinya. Di kepalanya, ia hendak meminta istrinya supaya menyediakan makan malam dan air hangat untuk mandi. Tetapi seperti disambar geledek, pria itu mendapati istrinya sedang tertidur lelap di balik selimut dengan orang lain.

Demi melihat pemandangan menjijikkan itu, langsung amarahnya meluap tak tertahankan lagi. "Kurang ajar! Baru ditinggal sebentar saja sudah berani menyeleweng. ..!" Tanpa berpikir panjang, pria itu mencabut belati dan hendak menghabisi keduanya. Tetapi, seketika itu juga dirinya teringat dengan nasehat si kakek tua yang bijak; twee 7 pu, cai cuo 7 pu. Sambil tetap mengangkat tangan menghunus belati, pria itu mulai menjalankan nasihat si kakek. Ia melangkah sambil menghitung, dwee 7 pu, mundur tujuh langkah, cai cuo 7 pu, maju tujuh langkah. Kembali lagi, dwee 7 pu cai cuo 7 pu, sampai akhirnya suara hitungan dan hentakan kakinya membangunkan sang istri.

Ketika istrinya menyingkap selimut, kagetlah pria itu karena mendapati orang yang tidur di samping istrinya ternyata adalah ibunya sendiri. Detik itu juga rasa syukur terucap dari mulutnya yang bergetar. Ia telah berhasil mencegah satu tindakan emosional dan bodoh. Seandainya saja kesabarannya tidak muncul di saat-saat yang genting tadi, mungkin orang-orang yang paling dicintainya itu telah mati di tangannya sendiri, dan hidupnya akan dirundung penyesalan sepanjang hayat.

♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥

Pembaca yang budiman. Kesabaran adalah mutiara kehidupan yang pantas dan harus kita miliki!
Saat kita berjuang tetapi belum berhasil, kita membutuhkan ren atau kesabaran. Kesabaran dalam perjuangan bisa pula diartikan sebagai suatu keuletan, ketekunan, atau mental tahan banting. Ketika menghadapi orang lain yang sedang emosi, kita pun butuh kesabaran. Saat kita sendiri sedang marah, kita pun perlu rem berupa kesabaran. Kesabaran dalam konteks tersebut berarti suatu kematangan mental untuk mampu menahan diri dan mengendalikan sikap-sikap kita supaya tidak terjerumus pada tindakan-tindakan irasional yang merugikan.

Kesabaran merupakan ilmu hidup yang harus kita miliki jika kita ingin meraih sukses sejati. Tanpa kesabaran, kita akan mudah terjebak dalam komunikasi negatif dan sulit menjalin hubungan sosial yang konstruktif. Tanpa kesabaran kita cenderung mudah melakukan tindakan-tindakan tak terkendali yang mengundang penyesalan di kemudian hari. Sebaliknya, melatih kesabaran berarti memperkecil kemungkinan penyesalan. Jadi, saat emosi menguasai kita, ingatlah ren 7 pu , tujuh langkah kesabaran.

Andrie Wongso
Action and Wisdom Motivation Training

Kamis, 09 Desember 2010

Allah Mengenalkan DiriNya


Kapan pun Allah memberikan sesuatu padamu, dalam rangka Dia memperlihatkan kebajikanNya padamu, dan kapan pun Dia menghalangi keinginanmu dalam rangka Dia memperlihatkan sifat Maha MemaksaNya. Dua hal di atas, masing-masing dalam rangka mengenalkan padamu sekaligus menghadapkan sifat Maha Lembutnya padamu. 

Sesuatu yang berbeda dalam perjalanan takdir Allah, naik turun dan bahkan bergolak dalam diri kita, sesungguhnya itu semua merupakan cara Allah mengenalkan ma'rifatNya, dan keduanya adalah rahmat dan kelembutan dariNya. Tidak bisa kita sebutkan dibalik sifat perkasaNya  lalu kita merasa terjauhkan dari Maha LembutNya? Bukan begitu. Namun dibalik sifat perkasaNya yang bisa menghalangi kehendak kita pun, sesungguhnya tersembunyi Sifat Rahmat dan LembutNya.

Orang yang beriman, baik diberi atau dihalangi apa yang diinginkan, mestinya sama saja nilainya. Orang beriman harus disibukkan memuji kepada Allah, baik dalam kondisi suka maupun duka. Namun hawa nafsu kita serta ketidakfahaman jiwa kita, membuat kita merasa pedih terhadap hal-hal yang kita rasakan gagal.
Banyak orang yang memahami bahwa Kelembutan Ilahi serasa hilang ketika Allah memberikan cobaan yang bertubi-tubi. Salah faham yang luar biasa manakala kita memahaminya sedemikian sempit. Karena pada saat yang sama ia merasa su'udzon kepada Allah Ta'ala, dan cintaNya tak berpihak padanya.
Padahal sesuatu yang terhalang, gagal, atau pun hal-hal yang tak memenuhi tarjet cita-cita anda, adalah anugerah Allah pula. "Keterhalangan itulah hakikat pemberianNya."

Allah Maha Tahu kondisi dan situasi batin kita, apakah Allah harus membentak kita, karena kita banyak lalai dan sering meremehkanNya, ataukah Allah harus memberikan "bisikan halus" yang indah karena jika "dibentak" Allah, si hamba malah celaka? Inilah yang harus difahami dengan benar. Bagaimana Allah mendidik kita dengan PengetahuanNya Yang Paripurna agar kita mengenal DiriNya, dan caranya hanya Allah yang menginteraksikan bentuk, ruang waktu dan metode yang "langsung" dariNya melalui kebahagiaan dan kepahitan.

♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Wallahu a'lam ...
Sumber ::: Catatan Renungan Kisah Inspiratif

Rabu, 08 Desember 2010

Kisah Si Pohon Apel


Mungkin sebagian dari sahabat semuanya pernah membaca artikel ini,, tepi semoga ini bisa mengingatkan kembali kepada kita semuanya terutama bagi diri saya pribadi ... Semoga bermanfaat ...

**********************************************************

Alkisah...
•~~► •~~► •~~►
Di suatu masa dahulu ada sebatang pohon apel yang amat besar. Seorang kanak-kanak lelaki begitu gemar bermain-main di sekitar pohon apel ini setiap hari.Dia memanjat pohon tersebut, memetik serta memakan apel sepuas-puas hatinya, dan adakalanya dia beristirahat lalu terlelap di pohon apel tersebut. Anak lelaki tersebut begitu menyayangi tempat permainannya dan sepertinya pohon apel itu juga menyukai anak tersebut.

Waktu berlalu… anak lelaki itu sudah besar dan menjadi seorang remaja. Dia tidak lagi menghabiskan waktu setiap hari bermain di sekitar pohon apel tersebut. Namun demikian, pada suatu hari dia datang ke pohon apel tersebut dengan wajah yang sedih.“Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.” Aku bukan lagi kanak-kanak, aku tidak lagi gemar bermain dengan engkau,” jawab remaja itu.” Aku mau mainan. Aku perlu uang untuk membeli mainan,” tambah remaja itu dengan nada yang sedih. Lalu pohon apel itu berkata, ” Kalau begitu, petiklah apel-apel yang ada padaku. Juallah untuk mendapatkan uang. Dengan itu, kau dapat membeli permainan yang kau inginkan.”

Remaja itu dengan gembiranya memetik semua apel dipohon itu dan pergi dari situ. Dia tidak kembali lagi. Pohon apel itu merasa sedih. Kemudian waktu terus berlalu…Suatu hari, remaja itu kembali. Dia semakin dewasa. Pohon apel itu merasa gembira. “Marilah nak bermain- main di sekitarku,” ajak pohon apel itu.”Aku tak waktu untuk bermain.
Aku terpaksa bekerja untuk mendapatkan uang. Aku ingin membuat rumah sebagai tempat perlindungan untuk keluargaku. Maukah kamu menolongku wahai pohon apel?” Tanya anak itu.”

Pohon apel menjawab “Maafkan aku. Aku tidak mempunyai rumah. Tetapi kau boleh memotong dahan-dahanku yang besar ini dan kau buatlah rumah dari padanya.” Lalu, remaja yang semakin dewasa itu memotong seluruh dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembiranya. Pohon apel itu pun turut gembira tetapi kemudiannya merasa sedih karena remaja itu tidak kembali lagi.

Suatu hari yang panas, seorang lelaki datang menemui pohon apel yang sudah gundul itu . Lelaki itu sebenarnya adalah anak lelaki yang pernah bermain-main dengan pohon apel itu. Dia telah matang dan dewasa.”Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.” Maafkan aku, tetapi aku bukan lagi anak lelaki yangsuka bermain-main di sekitarmu. Aku sudah dewasa. Aku mempunyai cita-cita untuk belayar. Malangnya, aku tidak mempunyai perahu. Maukah kau menolongku lagi ?” kata lelaki itu.”

Aku tidak mempunyai perahu untuk diberikan kepadamu. Tetapi kau boleh memotong batang utama pohon ini untuk dijadikan perahu. Kau akan dapat belayar dengan gembira,” kata pohon apel itu. Lelaki itu merasa amat sedang dan menebang batang pohon apel itu. Dia kemudiannya pergi dari situ dengan gembiranya dan tidak kembali lagi.

Akhirnya pada suatu hari, seorang lelaki yang semakin dimakan usia, datang kembali menuju pohon apel itu. “Maafkan aku. Aku tidak ada apa-apa lagi untuk diberikan kepadamu. Aku sudah memberikan buah untuk dijual, dahanku dan ranting untuk kau buat rumah, batang utamaku untuk buat perahu. Aku hanya akar yang hampir mati…” kata pohon apel itu dengan nada pilu.

“Aku tidak mau apelmu karena aku sudah tidak bergigi untuk memakannya, aku tidak mau dahanmu kerana aku sudah terlalu tua untuk memotongnya, aku tidak mau batang pohonmu karena aku tidak belayar lagi, aku merasa lelah dan ingin istirahat,” jawab lelaki tua itu. “Jika begitu, istirahatlah di perduku,” kata pohon apel itu. Lalu lelaki tua itu duduk beristirahat di perdu pohon apel itu. Mereka berdua menangis….

Sebenarnya, pohon apel yang dimaksudkan di dalam cerita itu adalah kedua ibu bapak kita. Bila kita masih muda, kita suka bermain dengan mereka. Ketika kita meningkat remaja, kita perlukan bantuan mereka untuk meneruskan hidup. Kita tinggalkan mereka dan hanya kembali meminta pertolongan apabila kita didalam kesusahan. Namun begitu, mereka tetap menolong kita dan melakukan apa saja asalkan kita bahagia dan gembira dalam hidup. Anda mungkin berfikir bahwa anak lelaki itu bersikap kejam terhadap pohon apel itu, tetapi fikirkanlah, itu hakikatnya bagaimana kebanyakan anak-anak masa kini terhadap ibu-bapak mereka.

Hargailah jasa ibu bapak kita. Jangan hanya kita menghargai mereka karena kita butuh saja, kasih orang tua tidak pernah habis, selamanya.

Ya Allah, limpahkanlah rahmat da kasih sayang-Mu untuk mereka..
Dan bimbinglah kami,agar bisa menjadi anak yang shaleh yang senantiasa selalu berbuat baik kepada mereka berdua ...
Amiin Ya Rabbal'Alamin ...

Bersyukur Mempunyai Cinta

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih" (QS Ibrahim <14>: 7).

Dalam ayat ini, Allah SWT mengabarkan bahwa kunci kebahagiaan dalam hidup adalah syukur. Yaitu senantiasa berterima kasih kepada Allah SWT atas segala karunia yang dikaruniakan-Nya. Dengan rasa syukur, kita menarik nikmat-nikmat yang belum ada sehingga makin berlimpah.
Dengan rasa syukur pula, kita mengikat nikmat yang sudah ada dengan ikat yang kuat sehingga tidak mudah terlepas. Dalam kitab Hikam, Imam Ibnu Athailah mengatakan, "Siapa yang tidak mensyukuri nikmat dari Allah, maka berarti ia berusaha untuk hilangnya nikmat itu. Dan siapa yang mensyukurinya, berarti ia telah mengikat nikmat itu dengan ikatan yang kuat lagi kukuh".
Di antara banyak nikmat Allah, cinta adalah salah satu nikmat teragung yang Allah karuniakan kepada manusia. Dengan anugerah cinta, hidup manusia jadi lebih bermakna (QS Ali Imran <3>: 14). Itulah yang kemudian membedakannya dengan makhluk lain. Dengan anugerah cinta pula, manusia mampu menjalankan perannya sebagai khalifah (wakil Allah di bumi), sebagai pendakwah sekaligus hamba Allah.
Lalu, apakah cinta itu? Imam Ibnu Qayyim mengatakan, "Tidak ada batasan cinta yang lebih jelas daripada kata cinta itu sendiri. Membatasinya hanya akan menambah kabur dan kering maknanya. Maka batasan dan penjelasan cinta tersebut tidak bisa dilukiskan hakikatnya secara jelas, kecuali dengan kata cinta itu sendiri. Walau demikian, sesuatu yang sulit dimaknai bukan berarti tidak bisa dimaknai. Di antara makna cinta adalah kecenderungan seluruh hati yang terus-menerus (kepada yang dicintai). Bisa pula kesediaan hati menerima segala keinginan yang dicintainya. Atau kecenderungan hati untuk lebih mengutamakan yang dicintai daripada diri dan harta sendiri. Wallaahu a'lam.
Pertanyaannya sekarang, bagaimana mensyukuri nikmat cinta tersebut? Salah satu definisi syukur adalah memfungsikan anugerah yang diterima sesuai dengan penganugerahannya. Dengan kata lain, menggunakan nikmat sebagaimana dikehendaki yang memberi nikmat tersebut. Allah SWT menganugerahkan cinta adalah sebagai jalan serta sumber energi bagi manusia agar semakin dekat dengan-Nya.
Karena itu, mensyukuri cinta tidak sekadar dalam khayalan. Namun perlu pembuktian. Setidaknya ada lima cara mensyukuri cinta.
Pertama, selalu mengingat Dzat pemberi cinta. Allah SWT berfirman, …ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku(QS. Al Baqarah <2>:152).
Salah satu cara mengingat Allah dan bersyukur kepada-Nya adalah memperbanyak zikir. Dalam Islam, seluruh amal ada batas-batasnya. Hanya ada satu amalan yang tidak dibatasi, yaitu zikir. Difirmankan, Berzikirlah kamu kepada Allah dengan zikir yang sebanyak-banyaknya (QS Al Ahzab <33>: 41). Allah SWT memuji orang yang selalu berzikir dalam setiap keadaan. Alquran menyebutkan, Orang-orang yang berzikir kepada Allah sambil berdiri, duduk, atau berbaring (QS Ali Imran <3>: 191).
Kedua, menyukai yang Allah sukai. Dengan kata lain, menempatkan kehendak Allah di atas kehendak diri. Bukankah seorang pecinta selalu mengutamakan kehendak yang dicintainya daripada kehendak dirinya? Allah sangat mencintai orang-orang yang membantu saudaranya yang kesusahan. Karena itu, tidak dikatakan pecinta Allah bila ia tega membiarkan saudaranya berada dalam kesusahan. Ia akan berusaha memberi. Mungkin dengan materi, tenaga, ilmu, atau sekadar perhatian dan doa.
Ketiga, hatinya selalu dirasuki rasa rindu berjumpa dengan Dzat yang dicintai. Orang yang menyukuri cinta akan bersegera memenuhi panggilan Dzat Pemberi Cinta. Yang "ringan-ringan" misalnya. Seperti bersegera menghadiri shalat berjamaah di masjid saat waktu shalat telah tiba. Saat-saat shalat menjadi saat yang begitu spesial. Betap tidak, ia akan berjumpa dan menumpahkan kerinduannya kepada Dzat Pemilik Cinta. Ia pun sangat memburu saat-saat sunyi untuk berasyik masyuk dengan Allah. Khususnya disepertiga malam terakhir, saat orang-orang terlelap dalam tidurnya.
Keempat, selalu menomorsatukan Dzat Pemberi Cinta. Artinya, tidak menduakan (syirik) dan bermaksiat kepada-Nya. Allah itu sangat pencemburu. Tak ada yang lebih cemburu daripada Allah SWT kepada Hamba-Nya yang mengikuti keinginan selain-Nya.
Sesungguhnya Allah cemburu dan orang beriman pun cemburu. Allah akan cemburu apabila seseorang melakukan apa yang di haramkan (HR Ahmad dan Muslim). Kecemburuan Allah SWT, seperti disabdakan Rasulullah adalah ketika ada hamba yang lebih mengutamakan makhluk dari-Nya. Kecemburuan Allah SWT bahkan lebih besar ketimbang manusia yang paling cemburu. Sehingga pernah suatu saat, ketika terjadi gerhana matahari, Rasul bersabda di dalam khutbahnya, Wahai umat Muhammad, tidak ada seorang pun yang lebih cemburu dibanding Allah. (Muttafaq'alaih).
Kelima, siap bersabar dan berkorban untuk yang dicintai. Cinta kepada Allah adalah energi yang memungkinkan seorang Mukmin bertahan dalam setiap kesulitan. Seperti halnya kesabaran Bilal bin Rabah saat dihimpit batu. Atau pengorbanan tiada tara keluarga Nabi Ibrahim, dsb. Keimanan memerlukan kesabaran dan pengorbanan. Bukankah nilai seorang Muslim terlihat dari seberapa besar kesabarannya dalam berkorban? Allah SWT berfirman dalam QS Al Ankabuut <29> ayat 2, Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?
Dengan mensyukuri anugerah cinta, Allah SWT akan menganugerahkan cinta dan kasih sayang yang lebih tinggi lagi nilainya. Dalam sebuah hadis qudsy yang diriwayatkan Imam Muslim dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, "Allah, bila mencinta seorang hamba, Dia akan memanggil para malaikat lalu berfirman, Aku mencintai si Fulan, maka cintailah dia! Malaikat pun mencintainya dan menyeru dari batang Arasy ke langit dunia. Katanya, Allah mencinta si Fulan, kalian semua cintailah dia. Maka penghuni langit pun mencintainya". Rasulullah melanjutkan, "Kemudian diletakkan penerimaan baginya di dunia".
Wallaahu a'lam.
Sumber ::: Unknown

Senin, 06 Desember 2010

Doa Istri Untuk Suaminya


HR Tirmidzi : “ Tiada satupun yang lebih mulia bagi Allah melainkan do’a”. 
Do’a adalah senjata, do’a adalah bukti begitu kecilnya kita sebagai hamba. Tidak pantas kita menyombongkan diri karena hanya kepada Allah sajalah kita memohon pertolongan dan perlindungan. Apalagi do’a seorang istri kepada suami, seperti kisah Nabi Ayub as. Ia diuji dengan bencana yang menimpa fisiknya. Tubuhnya tidak menyisakan satu lobang jarumpun yang sehat. Tidak ada sesuatupun di dunia ini yang dapat menolongnya, selain istrinya yang tetap memelihara cintanya karena Allah. Istrinya selalu melayaninya dan selalu mendo’akan sang suami untuk kesembuhannya, maka Allah mengabulkan do’anya, memper kenankan permohonannya. Lalu Allah memerintahkan Nabi Ayub untuk bangkit dan menjejakkan kakinya ke tanah dan Allah mengeluarkan mata air dari dalam tanah dan menyuruhnya mandi dengan air itu. Lalu, Allah menghilangkan seluruh penyakit yang ada di tubuhnya. Itulah buah dari do’a istri yang sholehah.  
“ Do’a Perempuan lebih makbul daripada lelaki karena sifat penyayang yang lebih kuat daripada lelaki, ketika ditanya kepada Rasulullah akan hal tersebut, jawab Baginda, “ Ibu lebih penyayang dari pada Bapa, “ dan do’a orang yang penyayang tidak akan sia-sia”.


Satu Kunci Surga (doa seorang istri untuk kebaikan suaminya)
 
Bismillahirrahmanirrahim…

Yang Maha Indah,
Tiap sosok selalu menyimpan rahasia
Termasuk Engkau
Sang Maha Suci yag telah mempertemukan kami
dalam sebuah ikatan suci

Lama, aku menyadari
Bahwa ada seseorang yang berjalan menjajariku
Seseorang yang memberikan hidupnya untuk meilndungiku
karena mencintaiMu
Seseorang yang mengecup hatiku
ketika aku kalut
dan seseorang yang tetap berkata,” Aku mencintaimu”
Bahkan ketika aku tiada di sisinya

Yang Maha Pengabul Harap,
Terimalah jutaan doaku padanya
Balaslah ia dengan luruhan cintaMu
Atas semua kebaikannya
juga amarahnya

Yang Maha Sandaran Hati,
Sampaikanlah terimakasihku padanya
Karena telah bersedia menjadi satu
Dari sekian banyak kunci surga
Yang kau pilihkan untukku

Segala puja dan puji kucurahkan padaMu
Kumohon sampaikan salamku untuk Baginda Rasulullah
Semoga Engkau melimpahkan cinta atasNya
Sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang ada di dalam hatiku
Karenanya, kabulkanlah doaku

Amin ya Rabbal Alamin…



Sumber ::: http://wifeshopes.blogspot.com

Garam Dan Telaga


Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia.

Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu ke dalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba minum ini, dan katakan bagaimana rasanya…”, ujar Pak tua itu.

“Pahit. Pahit sekali”, jawab sang tamu, sambil meludah ke samping. Pak Tua itu sedikit tersenyum. Ia lalu mengajak tamunya untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu.

Pak Tua tersebut lalu kembali menaburkan segenggam garam ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu. “Coba ambil air dari telaga ini, dan minumlah. Saat tamu itu selesai mereguk air itu, Pak Tua berkata lagi, “Bagaimana rasanya?”.

“Segar”, sahut tamunya. “Apakah kamua merasakan garam di dalam air itu?”, tanya Pak Tua lagi. “Tidak”, jawab si anak muda.

Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan bersimpuh di samping telaga itu. “Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama dan memang akan tetap sama. Tapi, kepahitan yang kita rasakan akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu”.

Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat. “Hatimu adalah wadah itu. perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.

Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar dari hal itu. Dan Pak Tua, si orang bijak itu kembali menyimpan ’segenggam garam’ untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa.

Minggu, 05 Desember 2010

IBU

Ibu…
Dikala diri ini merinduimu…
Ku sering kali mengenangkan kisah diriku ber sama mu…
Ku seringkali melukai hatimu…
Terkadang diri ini,
Tidak sedar diri melukai hatimu…
Diri ini amat menyesali dgn apa yang telah berlaku…
Diri ini amat bersalah kepadamu…

Ibu..
Sejauh mana pun diri ini melangkah…
Sejauh mana pun jarak kita…
Sejauh mana pun kita berada…
Aku tetap merinduimu…

Ibu….
Diri ini kini berada jauh diperantauan…
Mencari ilmu membela nasib diri…
Mencari ilmu untuk sesuap rezeki..
Mencari ilmu demi membela nasib ummah…
Mencari ilmu demi membela agama…
Mencari ilmu demi bangsa…

Ibu…
Redhakan lah segala keringatmu selama ini…
Diri ini memerlukan restu dari mu….
Untuk meneruskan hidup yg hakiki…

Ibu…
Segala jasa yang dicurahkan selama ini…
Segala pengorbanan mu…
Segala kasih dan sayang mu..
Segala jerih perih penderitaanmu…
Dalam mendidik, membela, mengajar diriku selama ini…
Sehinggakan ku mencapai ketahap ini…
Tidak dapat ku balasi dengan uang emas atau pun perak…
Tapi diri ini hanya mampu membalasinya…
Hanya dengan bakti, kasih, dan anak yg soleh untuk mu…
InsyaAllah…

Ibu…
Doakan lah diri ini selalu berada dibawah rahmatNya…
Berjaya menempuh segala dugaan dan cabaran…
Dalam mencari ilmu duniawi dan ukhrawi…

Sabtu, 04 Desember 2010

Selamat Jalan Wahai Penghuni Surga


"... Karena sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan..."(Q.S. Al Insyirah : 5-6) 

Yakinlah Ibu... Ada hikmah dan rencana Allah yang tidak kita ketahui dibalik semua kejadian ini... Karena kita berasal dari Allah dan kepada-Nya jualah kita akan kembali...

Bulan Pertama
Kami sudah menikah selama hampir sepuluh bulan saat aku menyadari diriku hamil. Betapa bahagianya kami berdua. Saat itu aku masih ingat kami membeli test pack dari sebuah apotik. Saat kutes, diriku positif hamil. Wajah suamiku berseri-seri. Selang beberapa hari, kami pergi ke dokter kandungan untuk memastikan. Subhanallah... ada sebuah titik kecil dirahimku, dia berusia dua minggu... Terima kasih, Ya Allah atas karuniamu yang besar...

Bulan Kedua
Titik itu sudah mulai berbentuk... Anak kami sayang... Aku senang sekali saat ia mulai berkembang. Ibu akan selalu melindungimu, nak... Ibu akan makan makanan yang bergizi untukmu... Kami berjanji akan memberimu yang terbaik... Insya Allah... Cepat besar, ya sayang... Kalau engkau laki-laki, kami akan menamaimu Ammar, seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang teguh pendiriannya, penghuni surga... Dan kalau engkau perempuan akan kami beri nama Zahrah, bunga yang cantik...

Bulan Ketiga
Orang-orang bilang, kehamilan tidak mempengaruhi aktivitasku, aku justru semangat sekali bekerja... Alhamdulillah anakku tidak rewel... Pintar sekali kamu, nak. Tahu ayah ibumu harus bekerja keras... Tak sekalipun rewel...Anak baik... Saat di -usg, dia sudah bertambah besar... Aku lihat gerakannya lincah... Kami sudah tidak sabar ingin menemuimu... Cepat lahir ya...

Bulan Keempat
Saat ini Malaikat dengan izin Allah akan meniupkan ruh kepadamu sayang... Kami mengadakan acara empat bulanan untukmu... Membacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Saat di-usg, kami dapatkan informasi bahwa engkau adalah laki-laki... Kami menamakanmu Ammar Hatta Azzurri, semoga menjadi anak yang shaleh dan selalu berbakti pada agama, orangtua, bangsa dan negaramu... Amin...

Bulan Kelima
Tahun baru, nak!!! Sebentar lagi engkau lahir ya... Tahun depan kami akan melihat wajahmu... Tadi kami lihat di dokter, engkau sudah bertambah besar... Tulang-tulangmu sudah terbentuk dengan sempurna... Kami senang sekali... Tinggal empat bulan lagi engkau akan mengisi hari-hari kami dengan kelucuanmu.. Pasti engkau lucu sekali ya nak...

Bulan Keenam
Hasil cek lab darahku buruk sekali... Dokter menyatakan Hb ku rendah dan adanya kemungkinan aku menderita Thalasemia yang dapat kuturunkan pada anakku... Ya Allah... Kuatkanlah diriku menerima kenyataan ini... Akhirnya Dokter memintaku untuk cek lab lagi, untuk mengetahui kadar zat besi dalam tubuhku... Alhamdulillah, ternyata aku hanya kekurangan zat besi... Jadi Dokter memberiku vitamin untuk menambah zat besi... Terima kasih, Ya Allah... Anakku... Semoga kamu selalu sehat-sehat saja ya...

Bulan Ketujuh
Kamu sudah semakin besar.... Ibu juga sudah bertambah gemuk... Kaki inipun bertambah besar dan membengkak... Sudah mulai sulit berjalan... Tapi Ibu senang, nak... Ibu tidak khawatir menjadi gemuk, asalkan engkau sehat... Ibu mulai memperhatikan makanan yang Ibu makan, mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi... Supaya kamu sehat... Kami melihatmu di Dokter, engkau sudah bertambah panjang, tulang-tulangmu juga sempurna... Seluruh anggota badanmu sudah terlihat... Tangan dan kaki mungilmu. Tak sabar rasanya ingin memeluk, mencium dan menggendongmu... Anugrah Allah yang terindah yang pernah kami miliki...

Bulan Kedelapan
Jam tiga pagi, perutku terasa mulas sekali... Allahu Akbar... Inikah yang dinamakan kontraksi? Aku segera membangunkan suamiku... Kami pergi ke Rumah Sakit ditemani oleh Ibu ku... Aku dibawa ke ruang melahirkan... Disana ada Bidan yang mngecek denyut jantung dan gerakan janin... Sepertinya aku masih merasakan gerakanmu...

Lalu aku dibawa keruang perawatan, diagnosa sementara adalah kontraksi dini, dan aku dirawat. Suster mengecek berkali-kali dengan alat untuk mendengar jantumg, tapi tak bisa mendengarkan denyut jantungmu... Anakku, ada apa denganmu???
Dokter datang, dan saat di usg..... engkau sudah terlepas dari plasentamu... Engkau sudah tak bernafas... tak bergerak!!!

Ya Allah... Anakku sudah tidak ada... Hatta kecilku... Malaikatku sayang.... Dia sudah pergi... Perkiraan dokter, sudah beberapa hari yang lalu... Innalillahi Wa Inna Ilaihi Roji'un...
Saat itu, aku kehilangan akal sehat... Aku tidak bias menerima kenyataan ini... Tekanan darahku langsung naik hingga 190/130... Saraf mataku terputus... Badanku terasa dingin...

Dokter memberiku infuse, penurun tensi, lalu aku dipasangi balon dan diinduksi... Aku sudah tidak merasakan apa-apa... Sakit di tubuh ini sudah tidak terasa... Aku tidak mau dipisahkan dengan anakku... Hatta kecilku rupanya mengerti, dia juga tidak berusaha keluar... Allah... Aku pasrah padamu, Ya Rabbi, pemilikku dan semua makhluk di dunia ini...

Akhirnya, dokter memutuskan untuk caesar... Pagi itu, anakku dipisahkan dari tubuhku... Demi keselamatanku... Karena kalau tidak dia akan meracuniku...
Saat dia sudah dikeluarkan, ibuku menyerahkannya padaku... Ya Allah... Dia tampan sekali... Hidungnya mancung seperti Ayahnya, Rambutnya ikal sepertiku, Jari-jarinya mungil... Replika kami berdua... Aku mencium pipinya... Yang pertama dan yang terakhir...

Sayang, Ibu sangat mencintaimu... Masih ingatkah engkau, lagu yang sering ibu nyanyikan setiap pagi? Cerita yang ibu bacakan? Ciuman dari Ayah? Obrolan kita setiap hari? Belaian sayang Ayah dan Ibu? Dan banyak hal yang kita lakukan bersama?

Sudah empat puluh hari engkau meninggalkan kami, nak... Hatta, terima kasih sudah memberikan delapan bulan terindah dalam hidup ibu dan ayah ya... Tidak pernah rewel dan meminta yang aneh-aneh... Anak yang sayang sekali pada orangtuanya... Pastilah Allah langsung mengambilmu ke Surga, karena engkau sangat menyayangi kami sehingga Allah pun sangat menyayangimu...
Ibu percaya, Allah sedang berbicara pada kami... Mengajari kami untuk sabar dan ikhlas... Untuk menjadi manusia yang lebih baik... Alhamdulillah Ya Allah, engkau memberi kami cobaan, pertanda engkau masih meningat kami... Kuatkanlah kami Ya Allah, Tuhan pemilik semua manusia dimuka bumi...

Semoga Allah memberikan Ibu dan Ayah ketabahan... Membuat kami mempertebal iman kami kepada-Nya. Sehingga kami dapat menemuimu di Surga... Suatu saat nanti, nak...

Selamat jalan wahai penghuni surga, Ammar Hatta Azzurri...

Sumber ::: http://dudung.net/