Rabu, 27 Juli 2011

Apakah pernah kita melihat seorang anak kecil menyanyikan lagu dewasa (kayaknya sering deh)?
Apakah pernah kita melihat kisah seorang anak kecil merokok?
Apakah pernah kita melihat seorang anak kecil memaki dan berkata kasar pada orang lain?
Apakah pernah kita melihat anak kecil meminta-minta dijalan (padahal langkah mungilnya tak sebanding dengan laju kendaraan yang tak pernah sepi) dan apakah pernah kita melihat seorang anak kecil yang sedang marah membanting pintu kamarnya keras keras?
Rasa rasanya semuanya pernah kita lihat, baik melihat langsung ataupun melalui televisi. Fenomena apa ini? atau apa yang sebenarnya menyebabkan mereka "pandai" melakukan perbuatan yang "sangat tidak menyenangkan" itu?

Anak adalah peniru yang baik! begitu kata salah seorang bijak, dan hei itu benar. Tanpa sadar terkadang kita mengajarkan hal-hal buruk pada anak. Ketika dia meminta perhatian kita lalu tidak segera direspon, kita mulai mengajarkan sikap acuh padanya. Ketika seorang Ibu tengah memarahi khadimat (pembantu) di depan anaknya karena kelalaian khadimat itu dalam mengerjakan tugasnya, anak diajarkan memaki pada orang lain, arogan dan sadis. Ketika seorang bapak terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan melupakan anaknya, anak mulai belajar tak membutuhkan bapaknya, jadi jangan heran ketika besar nanti dan kita sedang ingin ditemani anak kita, dia akan sibuk dengan teman-temannya.

Tak hanya melihat contoh langsung anak bisa meniru, duhai ibu, duhai ayah, anak juga bisa meniru dari televisi. Membiarkan anak sendirian menonton siaran televisi adalah suatu kesalahan. Kita tidak tahu apa yang telah dia serap, apalagi di masa golden age-nya, masa usia emasnya antara 0-3 tahun ada juga yang bilang 0-8 tahun, masa-masa di mana kemampuan otak anak untuk menyerap informasi sangat tinggi. Apapun informasi yang diberikan akan berdampak bagi si anak di kemudian hari. Siaran televisi terkadang mengajarkan kekerasan, sinetron mengajarkan makian dan dendam.

Duhai ibu, kesalahan terbesar kita apabila kita tidak bisa memaksimalkan pendidikan yang terbaik untuknya, Ibu adalah madrasah bagi anaknya, pendidikan tak perlu mahal, dengan menemaninya bermain dengan permainan yang tepat insyaAllah kita akan ikut andil melahirkan asset termahal kita.

Anak adalah peniru yang baik, sebagai orangtua sepatutnya menstimulasi mereka dengan menjadi teladan yang baik. Jika orangtua senang membaca, kemungkinan besar anak pun demikian.

Mari kita didik anak anak kita dengan sebaik-baiknya. Pertama mendidik anak dengan IMAN, untuk menghindari kesia-siaan. Kedua mendidik anak dengan ILMU, untuk menghindari kesalahan, dan ketiga mendidik anak dengan CINTA, untuk mendatangkan kebahagiaan.

Karena anak begitu berharga, amanah yang diberikan oleh Allah pada orang-orang pilihan, merekalah yang kelak akan meringankan dosa dosa kita dengan do’a-do’a yang tak putus dilantunkan, karena malaikat tidak akan pernah bertanya, anak kita sudah bekerja dimana, penghasilannya berapa, prestasi dunianya apa.

Marilah kita belajar dari akhlak Rasulullah terhadap anak kecil. Sejak kecil, Anas ra menjadi khadimat Rasulullah SAW. Hadits ini menggambarkan indahnya akhlak Rasulullah SAW terhadap seorang anak-anak yang bernama Anas ra.
Dari Anas r.a., “Aku telah melayani Rasulullah SAW selama 10 tahun. Demi Allah beliau tidak pernah mengeluarkan kata-kata hardikan kepadaku, tidak pernah menanyakan : ‘Mengapa engkau lakukan?’ dan pula tidak pernah mengatakan: ‘Mengapa tidak engkau lakukan?’”(Hadits Riwayat Bukhari)

Marilah sejenak kita resapi kata kata seorang bijak ini:

Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan ketakutan, ia belajar gelisah
Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan iri hati, ia belajar kedengkian
Jika anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalah
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan penerimaan, ia belajar mencintai
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri
Jika anak dibesarkan dengan pengakuan, ia belajar mengenali tujuan
Jika anak dibesarkan dengan rasa berbagi, ia belajar kedermawanan
Jika anak dibesarkan dengan kejujuran dan keterbukaan, ia belajar kebenaran dan keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan
Jika anak dibesarkan dengan ketentraman, ia belajar berdamai dengan pikiran

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
(QS. At-Tahrim (66): 6)

Segala puji bagi Allah, kita memuji, memohon pertolongan, serta ampunanNya.
Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan nafsu-nafsu kita dan dari kejahatan amal perbuatan kita. Barangsiapa yang ditunjuki oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah maka tak seorangpun yang bisa menunjukinya.

Source : Eramuslim.com
Shared by Catatan Catatan islami Pages
Repost from Hana Az Zahra's notes

Antara Sabar dan Mengeluh

Pada zaman dahulu ada seorang yang bernama Abul Hassan yang pergi haji di Baitul Haram. Diwaktu thawaf tiba-tiba ia melihat seorang wanita yang bersinar dan berseri wajahnya. "Demi Allah, belum pernah aku melihat wajah secantik dan secerah wanita itu,tidak lain kerana itu pasti kerana tidak pernah risau dan bersedih hati."

Tiba-tiba wanita itu mendengar ucapan Abul Hassan lalu ia bertanya, "Apakah katamu hai saudaraku ? Demi Allah aku tetap terbelenggu oleh perasaan dukacita dan luka hati kerana risau, dan seorang pun yang menyekutuinya aku dalam hal ini."

Abul Hassan bertanya, "Bagaimana hal yang merisaukanmu?" Wanita itu menjawab, "Pada suatu hari ketika suamiku sedang menyembelih kambing korban, dan pada saat aku mempunyai dua orang anak yang sudah bisa bermain dan yang satu masih menyusui. Ketika itu aku bangun untuk membuat makanan, tiba-tiba anakku yang agak besar berkata pada adiknya, "Hai adikku, sukakah aku tunjukkan padamu bagaimana ayah menyembelih kambing ?" Jawab adiknya, "Baiklah kalau begitu ?" Lalu disuruh adiknya berbaring dan disembelihnya leher adiknya itu. Kemudian dia merasa ketakutan setelah melihat darah memancut keluar dan lari ke bukit yang mana di sana ia dimakan oleh serigala, lalu ayahnya pergi mencari anaknya itu sehingga mati kehausan dan ketika aku letakkan bayiku untuk keluar mencari suamiku, tiba-tiba bayiku merangkak menuju ke periuk yang berisi air panas, ditariknya periuk tersebut dan tumpahlah air panas terkena ke badannya habis melecur kulit badannya. Berita ini terdengar kepada anakku yang telah menikah dan tinggal di daerah lain, maka ia jatuh pingsan hingga sampai menuju ajalnya. Dan kini aku tinggal sebatang kara di antara mereka semua."

Lalu Abul Hassan bertanya, "Bagaimanakah kesabaranmu menghadapi semua musibah yang sangat hebat itu ?" Wanita itu menjawab, "Tiada seorang pun yang dapat membedakan antara sabar dengan mengeluh melainkan ia menemukan di antara keduanya ada jalan yang berbeda. Adapun sabar dengan memperbaiki yang lahir, maka hal itu baik dan terpuji akibatnya. Dan adapun mengeluh, maka orangnya tidak mendapat ganti yakni sia-sia belaka."

Demikianlah cerita di atas, satu cerita yang dapat dijadikan tauladan di mana kesabaran sangat digalakkan oleh agama dan harus dimiliki oleh setiap orang yang mengaku beriman kepada Allah dalam setiap terkena musibah dan dugaan dari Allah. Karena itu Rasulullah s.a.w bersabda dalam firman Allah dalam sebuah hadits Qudsi,: "Tidak ada balasan bagi hamba-Ku yang Mukmin, jika Aku ambil kekasihnya dari ahli dunia kemudian ia sabar, melainkan syurga baginya."

Begitu juga mengeluh. Perbuatan ini sangat dikutuk oleh agama dan hukumnya haram. Karena itu Rasulullah s.a.w bersabda,: "Tiga macam daripada tanda kekafiran terhadap Allah, merobek baju, mengeluh dan menghina nasab orang." Dan sabdanya pula, "Mengeluh itu termasuk kebiasaan Jahiliyyah, dan orang yang mengeluh, jika ia mati sebelum taubat, maka Allah akan memotongnya bagi pakaian dari uap api neraka." (Riwayat oleh Imam Majah).

Semoga kita dijadikan sebagai hamba Allah yang sabar dalam menghadapi segala musibah.

Oleh : Andhika Hady

Nasyid : Kebangkitan


Terbuai bayu merenggut sukma
Menghantar hembusan gema adzan perkasa
Menerpa hati yang lena dan lupa
Membangkit jiwa ghiroh juangku

Lunglai terbangun selepas mimpi dunia
Berbasuh gelora iman menderas
Bersuci dalam sujudku yang dalam
Untuk tegak melangkahi masa lalu

Jatuh dan bangun dalam kehidupan
Adalah fitrah dari perjuangan
Dikala hati kita terlena
ingatlah Alloh setiap saat

Lunglai terbangun selepas mimpi dunia
Berbasuh gelora iman menderas
Bersuci dalam sujudku yang dalam
Untuk tegak melangkahi masa lalu

Terbuai bayu merenggut sukma
Menghantar hembusan gema adzan perkasa
Menerpa hati yang lena dan lupa
Membangkit jiwa ghiroh juangku

Debur gelombang jihad menghempas enggan
Menerjang segala halang merintang..
Hindari penghujung jalan takdir mulia
Gugur di tanah para syahid tercinta

Allohu akbar

Debur gelombang jihad menghempas enggan
Menerjang segala halang merintang...
Hindari penghujung jalan takdir mulia
Gugur di tanah para syahid tercinta

Jatuh dan bangun dalam kehidupan
Adalah fitrah dari perjuangan
Dikala hati kita terlena
ingatlah Alloh setiap saat

Pastikan Alloh membantu diri kita
Untuk tegar dalam kehidupan ini
Bangkitlah kita untuk taat padanya
Lupakanlah kelalaian masa lalu

Allohu akbar 

By : The Fikr


Senin, 25 Juli 2011

Ya ... !


Ya... untuk senyuman indahmu yang menghembuskan cinta dan menyebarkan kasih sayang kepada sesama.

Ya... untuk ucapan-ucapan baikmu yang membangun persahabatan sejati dan menjauhkan rasa dengki.

Ya... untuk dermamu yang membahagiakan si miskin, menyenangkan si fakir dan mengeyangkan si lapar.

Ya... untuk selalu bersanding dengan Al-Qur'an seraya membaca, menghayati dan mengamalkannya sambil bertobat dan beristighfar.

Ya... untuk senantiasa berdzikir, beristighfar, memanjatkan do'a dan memperbaiki tobat.

Ya... untuk bekerja keras mendidik anak-anakmu dengan agama, mengajarkan sunah-sunah Nabi kepada mereka dan mengarahkan mereka kepada hal-hal yang bermanfaat.

Ya... untuk rasa malu dan hijabmu yang diperintahkan Allah. Itulah satu-satunya cara untuk memelihara kesucian dan kehormatanmu.

Ya... untuk hanya bergaul dengan wanita-wanita baik yang selalu takut kepada Allah, mencintai agama dan menjunjung tinggi nilai-nilainya.

Ya... untuk berbakti kepada kedua orangtua, menyambung silaturahmi, menghormati tetangga dan menyantuni anak yatim.

Ya... untuk membaca dan menelaah buku-buku yang bermutu dan bermanfaat.


*Syekh Dr. 'Aidh Abdullah Al-Qarni
Oleh : Muflihah Islamiyah

MARHABAN YA RAMADHAN


Marhaban Ya Ramadhan Ya Syahrul Syiam3x

Selamat datang Ramadhan, bulan penuh ampunan
Selamat datang Ramadhan, bulan penuh ganjaran

Mari kita menyambut dengan hati gembira
Mari kita menyambut dengan hati bahagia

Marhaban Ya Ramadhan Ya Syahrul Syiam
Marhaban Ya Ramadhan Ya Syahrul Syiam

Allah jadikan Ramadhan bulan penuh berkah
Allah jadikan Ramadhan bulan penuh rahmah

Perbanyaklah ibadah, jangan lupa dedekah
Perbanyaklah tadarus, jangan lupa shalawat

Marhaban Ya Ramadhan Ya Syahrul Syiam
Marhaban Ya Ramadhan Ya Syahrul Syiam

Selamat datang bulan yang siang harinya mulia
Selamat datang bulan yang malamnyapun mulia

Nafas dan tidur kitapun mendapat pahala
Dosapun diampuni doapun diterima

Marhaban Ya Ramadhan Ya Syahrul Syiam
Marhaban Ya Ramadhan Ya Syahrul Syiam
Marhaban Ya Ramadhan Ya Syahrul Syiam
Marhaban Ya Ramadhan Ya Syahrul Syiam
Marhaban Ya Ramadhan Ya Syahrul Syiam
Marhaban Ya Ramadhan Ya Syahrul Syiam
Marhaban Ya Ramadhan Ya Syahrul Syiam
Marhaban Ya Ramadhan Ya Syahrul Syiam

By : Hadad Alwi Feat Anti
Download Lagu 

MARHABAN YA RAMADHAN

Marhaban Ya Ramadhan

Bak seorang kekasih, selalu diharap- harap kedatangannya, dan tak ingin berpisah meskipun sedetik. Begitulah ramadhan digambarkan dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Khuzaimah, “Andaikan tiap hamba mengetahui apa yang ada dalam ramadhan, maka ia bakal berharap semua bulan adalah bulan ramadhan.” Ada apa di bulan Ramadhan itu.

Insya Allah, besok kita akan bertemu dengan Ramadhan. Kehadirannya selalu menjadi momentum khusus dalam dunia Islam. Ada suasana kesalehan yang memancar, seakan waktunya telah tiba bahwa banyak hal-hal profan, bahkan yang bergurat dosa, harus ditinggalkan. Situasi berpuasa terasa syahdu karena ia menjadi medium yang mendekatkan antara manusia dan Tuhannya.

Kasih sayang dan rahmat Allah swt. berlimpah dalam bulan Ramadhan. Pintu-pintu rahmat terbuka lebar dan sebaliknya pintu-pintu kemurkaan-Nya tertutup rapat. Syaitan yang menjadi simbol perusak dan pengganggu ketentraman dan kasih sayang antara manusia, dibelenggu dengan erat di neraka. Kondisi telah dibuat sedemikian rupa, sehingga kaum muslimin dapat menumbuhkan dan menyuburkan rasa kasih sayang antara mereka, khususnya orang-orang yang ditimpa kemalangan dan butuh bantuan dari orang-orang yang beriman.

Ramadhan adalah bulan yang beda dari 11 bulan lainnya, karena satu bulan penuh akan di isi dengan ibadah puasa atau shaum.

Firman Allah : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (Al Baqarah:183)

Beruntunglah orang-orang yang beriman, karena mendapat undangan khusus dari Allah untuk melaksanakan ibadah puasa. Jadi tidak semua orang, termasuk orang Islam sendiri, melakukan ibadah puasa ramadhan. Dan menjadi istimewa, karena puasa merupakan urusan kita dengan Allah, tidak seperti ibadah lainnya. Seperti keterangan dalam hadits qudsi:

“Semua amal perbuatan Bani adam menyangkut dirinya pribadi, kecuali shaum (puasa). Sesungguhnya shaum itu untuk-Ku, dan karena itu Akulah yang langsung membalas nya.dan bagi orang shaum tesedia dua kegembiraan, gembira ketika berbuka shaum karena bukanya dan gembira ketika kelak menemui Allah karena menerima pahala shaumnya.”

Bulan ramadhan bisa dikatakan bulan obral pahala. Pada bulan ini Allah melipat-gandakan pahala bagi orang-orang yang melakukan kebajikan. Maka tidak heran jika pada bulan ini kita dapati orang-orang membaca Alquran dimana-mana, banyak melakukan sedekah dan kebajikan lainnya.

Bulan ini juga bisa dikatakan sebagai bulan pengubahan. Semua berlomba-lomba menjadi lebih Islami. Seperti tayangan televisi dan para pengisinya menampilkan ciri yang islami. Orang-orang mulai tidak ragu untuk menggunakan jilbab atau kerudung bagi yang perempuan, dan baju koko plus peci bagi yang laki-laki. Alquran dibawa kemana-mana. Masjid-masjid menjadi lebih ramai dari biasanya. Begitu pula majelis-majelis taklim.

Bulan ramadhan dapat juga disebut bulan ampunan. Karena Allah membuka selebar-lebarnya pintu taubat bagi hamba-Nya yang memohon ampunan. Itulah ramadhan sebagai moment meraih hadiah dari Allah sehingga dirindu umat Islam juga semua manusia. Itu sebabnya orang beriman menginginkan supaya semua bulan adalah bulan Ramadhan. Juga boleh dianggap sebagai tamu istimewa. Maka kewajiban kita (umat Islam) menyambut kedatanganya dengan sukacita dan memuliakannya.

Untuk menyambut kedatangan tamu bulan Ramadhan, perlu persiapan. 

Pertama, bertaubat nasuha. Seorang menyesali perbuatan buruk yang telah dilakukan seraya memohon ampun kepada Dzat Yang Maha Pengampun secara sungguh-sungguh dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Juga menyambut dengan berjanji kepada Allah untuk selalu berpegang teguh dengan ajaran-ajaran agama-Nya dan menyerahkan jiwa raga dan harta di jalan Allah. “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang yang beriman, jiwa dan harta mereka bahwa untuk mereka akan mendapatkan sorga.”

Kedua, meyakinkan diri kita bahwa kemuliaan, derajat tinggi dan kejayaan yang haqiqi tidak akan tercapai kecuali dengan iman.

Firman Allah: “Janganlah kamu merasa hina diri dan bersedih hati, kamu semua adalah orang-orang yang berpangkat tinggi jika kamu adalah orang-orang yang beriman (sungguh-sungguh).”

Dalam ayat yang lain disebut; “Hanya milik Allah,segala kemuliaan dan rasulNya dan orang-orang yang beriman.” Jika ini telah tertanam di dalam dada kita maka tidak akan dihinggapi perasaan hina, pesimis dan putus-asa dengan rahmat Allah. Termasuk kewajiban kita dalam menyambut tamu adalah mengetahui derajat dan pangkat `tamu‘ tersebut.

Di antara derajat yang dimiliki bulan Ramadhan bahwa di dalamnya terdapat malam yang lebih mulia dari seribu bulan, di dalam bulan ini juga terlukis sejarah kemenangan umat islam; kemenangan umat Islam dalam perang Badar terjadi pada bulan ini; ditaklukkanya kota Makkah oleh kaum muslimin; dibebaskanya Masjidil Aqsa dari tangan Yahudi setelah melalui peperangan sengit di bawah komando Jenderal An-nasir Shalahuddin. Semoga dengan bulan penuh berkah ini pula merupakan akhir dari kebiadaban musuh-musuh Islam dan awal dari kemerdekaan dan kemenangan saudara-saudara kita yang ada di Palestina, Kashmir, Irak maupun di bumi Islam lainnya yang saat ini masih terjajah dan tertindas.

Ketiga, bersungguh-sungguh dalam bertaubat dan kembali kepada Allah. Kelalaian, syahwat dan kemarahan merupakan cobaan bagi manusia. Inilah pintu-pintu syaitan untuk membujuk manusia berbuat dosa dan maksiat lalu menjerumuskannya ke jurang kehancuran. Apabila Allah menghendaki kebaikan atas hamba-Nya, maka akan dibukakan untuknya pintu taubat, penyesalan, kesungguhan untuk kembali ke jalan-Nya dengan mendekatkan diri kepada-Nya, menghamba dan memperbanyak do‘a dan amal kebajikan sehingga akan terbuka pintu rahmat-Nya.

Keempat, jiwa dan raga yang istiqamah, lurus dan konsisten. Ini bisa terwujud melalui cara mencinta kepada Allah swt. melebihi cinta kepada selain-Nya. Di dalam berpuasa, ketika suatu perkara yang disenangi bertentangan dengan apa yang diperintahkan oleh Allah, maka orang yang berpuasa tersebut akan medahulukan cintanya kepada Allah dan menahan dirinya dari yang diharamkan.

Menghormati dan mentaati perintah dan larangan-Nya. Seorang mukmin sadar dengan mentaati perintah dan menjauhi larangan yang timbul dari sikap pemuliaan terhadap pemilik perintah dan larangan tersebut. Di sini ditentukan sejauhmana kualitas suatu amal seseorang dengan didasarkan pada kemurnian dan keikhlasan hatinya.

Kelima, anjuran untuk memperbanyak dzikir. Rasulullah saw. berkata; “Tidakkah aku memberitahukan pada kalian tentang amal yang paling mulia disisi Tuhan kalian (Allah), derajatnya tertinggi di antara amal kalian. Amal tersebut lebih mulia dibanding menginfakkan emas dan perak, lebih mulia dari pertempuran dengan musuh kalian, hingga kalian meninggal secara syahid).” Para sahabat menjawab; “Dengan senang hati, ya Rasulallah.” Rasul saw kemudian berkata; “Amal tersebut adalah dzikir kepada Allah Yang Mulia”.

Kita berharap semoga Allah memberi umur kepada kita untuk bisa bertemu ramadhan. Kita tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu untuk beribadah dan beramal saleh. Semoga tahun ini menjadi ramadhan yang terbaik sepanjang hidup yang telah kita jalani, menjadi membekas dalam diri yang terasa sampai ramadhan berikutnya.

Ramadhan terakhir


Seminggu lalu saya kehilangan seorang sahabat saya, seorang lelaki muda pengurus sebuah masjid, akrab dengan anak anak yatim dan fakir, pembawaannya yang kalem dan lembut mulai saya rindukan malam ini, seorang lelaki yang jarang bicara namun pandai bergurai, dia adalah sahabat yang menyenangkan, dan ALLAH memanggilnya pulang tepat seminggu sebelum Ramadhan  innalillahi wa inna illaihi rajiun, semua kita pasti berpulang hanya masalah waktu, sungguh kematian adalah sebuah piala bergilir.

Malam ini saya jadi teringat pembicaraan terakhir saya dengannya saat menghabiskan senja di tangga masjid sambil menunggu adzan magrib “De, sebentar lagi Ramadhan, udah nyiapain apa aja? udah bikin schedule mau menghabiskan Ramadhan dimana saja? mau muhasabah di mana saat 10 malam terakhir?” ehm tak pernah terpikirkan oleh saya untuk menyiapkan things to do selama Ramadhan, tak terbersit oleh saya sama sekali  karena yang ada di benak saya ketika Ramadhan tiba adalah sahur bersama keluarga, punya stok makanan yang lebih, dan hidup di suasana kota santri, memenuhi masjid masjid yang semuanya bersifat umum, hingga tak terpikir target pribadi untuk jiwa saya sendiri, dengan apa akan saya isi jiwa yang kering ini? iya dengan apa…
Diujung pembicaraan senja dengan sahabat saya ini,  saya tertampar dengan satu kalimat terakhinya “De, musti dipikirin loh, gimana kalau Ramadhan kali ini adalah Ramadhan terakhir kita, anggaplah ini Ramadha terakhir kita apa akan kita biarkan berlalu sia sia“

Ehm, saya tersadar, iya andai ini Ramadhan terakhir saya dan saya melewatinya begitu saja tanpa memanfaatkan waktu, dengan menggapai sekuat tenaga ampunan ALLAH, rugi banget jika Ramadhan berlalu dan saya tak mendapat ampunan, tak terlahir seperti bayi … tak memiliki jiwa jiwa yang bercahaya.
Iya, sekali lagi iya, andai ini Ramadhan terakhir saya, sungguh akan saya isi dengan lebih mendekatkan jiwa kepada pemilik jiwa saya, bukankah bulan ini bulan ampunan? agar jiwa saya dapat menjadi jiwa jiwa yang bercahaya … berpulang setelah mendapat ampunan.
Sekedar flashback, mengenang Ramadhan Ramadhan sebelumnya, betapa banyak waktu yang terbuang, i’tikaf yang terlewat, tadarus, tilawah yang selalu saja tak sempat saya lakukan, apalagi khatam quran, betapa sering tarawih saya lakukan secepat dan sekilat mungkin agar cepat cepat tidur dengan alasan besok sahur, dan berapa banyak makanan enak masuk kedalam mulut mungil saya tanpa merasakan lapar dan haus yang sedang dialami para fakir disekitar rumah saya … Betapa banyak waktu yang saya gunakan untuk sekedar tidur dengan pembenaran bahwa tidur waktu puasa juga ibadah, tanpa ada sedikitpun kesadaran bahwa tilawah, dzikir, dan sholatnya orang puasa, tentulah lebih bernilai Ibadah dari sekedar tidur, kan gitu kan? 

Dan saya telah melewatkan Ramadhan Ramadhan yang lalu dengan hanya mendapatkan haus dan lapar, 30 hari berlalu sia sia, dan tanpa rasa malu saya merayakan akhir Ramadhan dengan berbaju sebagus mungkin, menghabiskan THR tanpa sedekah sedikitpun karena uang nya saya gunakan untuk pulang kampung …
Kemudian saya mulai berpikir untuk menjadikan Ramadhan kali ini sebagai Ramadhan terkahir saya, andai esok tak ada lagi Ramadhan untuk saya, andai saya berpulang seperti sahabat saya, setidaknya saya tak akan menjadikan Ramadhan kali ini berlalu sia sia.


Sudah waktunya merubah cara berpikir bahwa puasa bukan lagi hanya menahan haus dan lapar, namun menjadikan setiap detik, menit, jam untuk menggapai cinta ILLAHI, menggapai ridho dan ampunannya, ridho itu rahmat dan ampunan kan? irhamnna ya ALLAH 
Ketika saya mulai berpikir ini Ramadhan terakhir saya, maka Ramadhan akan terasa beda, malam malamnya terasa begitu syahdu, takut rasanya berjauhan dengan ALLAH, indah rasanya berlama lama diatas sajadah. Ramadhan disiang hari juga beda karena saya tersadar satu senyum manis akan bernilai ibadah, dengan perut yang kosong, tenggorokan yang kering, hawa nafsu yang terbelenggu menjadikan siang terasa begitu indah untuk dijalani, tak ada amarah, tak ada teriakan, tak ingin menyakiti apalagi mendzalimi … iya, khusu karena kesadaran mungkin ini yang terakhir.

Waktu tak bisa kembali, dan iya ketika saya berpikir ini Ramadhan terakhir saya, maka akan saya cambuk raga saya untuk mengisi nafas dengan dzikir, shalat tak tertunda plus rawatib, bibir mungil ini harus mampu mengkhatamkan Quran, tafakur tak akan saya lewatkan agar selalu tersadar bahwa diri ini berlumuran dosa …
Iya andai ini Ramadhan terakhir saya, tak akan saya biarkan berlalu tanpa mendekatkan jiwa kepada ALLAH dimalam malam nan syahdu, disiang yang teduh … 
Mungkin ini Ramadhan Terakhir saya, karena saya tak pernah tahu rahasia setelah ini …


 ya ALLAH beri saya ampuanMU di Ramadhan ini, beri maaf dihati orang orang yang pernah saya lukai, beri kasih sayang agar saya mampu mencintai orang orang yang mencintai saya seperti mereka mencintai saya … sungguh, saya tak sanggup membayangkan jika ini yang terakhir  Irhamnna ya ALLAH.

KISAH NYATA "PENYESALAN"


Assalamu ‘alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Penyesalan memang selalu datang terlambat pada kehidupan kita, dan penyesalan terkadang hanya memberi duka yang mendalam pada kita, disaat mengenang kembali sejarah silam yang menjadi penyebab penyesalan itu muncul..., demikan yang aku alami saat ini. Duka yang teramat mendalam itu kini masih mendera dalam lubuk hatiku yang paling dalam, saat menyadari bahwa saat ini aku tengah kembali menyendiri, setelah setahun silam orang yang sangat mengasihi aku, orang yang sangat peduli padaku telah dipanggil oleh Allah.

Aku adalah seorang lelaki yang telah membina mahligai rumah tangga bersama seorang wanita sholehah sejak tahun 2004 silam, kuakui, memang pernikahan itu terjadi karena perjodohan yang diinginkan oleh Orang tua kami masing-masing, sebab orang tuaku dan orang tua maryam (Nama istriku,-samaran) adalah memiliki ikatan keluarga, meskipun ikatan itu tidak terlalu dekat, akan tetapi masa kecil mereka hingga dewasa dan menikahnya hampir selalu bersama (Ayahku dan ayahnya maryam berteman sejak kecil) sehingga kesepakatan untuk menjodohkan kami selaku anak-anaknya tak bisa dielakkan lagi. Jujur aku sendiri awalnya tidak begitu respek dengan perjodohan itu, dan ketidak respekan itu bukan tanpa alasan, betapa tidak, pertama usiaku dan maryam terpaut 4 tahun, saat menikah saat itu usia maryam memasuki 28 tahun sementara aku masih berusia 24 tahun. Yang kedua maryam memiliki latar belakang pemahaman agama yang sangat kuat, sementara aku mengenal islam hanya dari kulitnya saja (Islam KTP). Maka dari perbedaan itulah membuat aku jadi tidak respek dengan rencana perjodohan itu, sementara kudengar dari beberapa teman kampusku yang mengenal organisasi dimana maryam bernaung, katanya hampir semua bahkan mungkin semua wanita seperti maryam yang taat dalam memegang syariat islam serta menggunakan cadar memiliki impian bisa menikah dengan lelaki yang memiliki ketaatan yang sama seperti mereka, lelaki sholeh, berjenggot dengan celana diatas mata kaki. Dan aku sendiri yakin saat perjodohan itu direncanakan, ada sejuta protes dihati maryam menyadari bahwa lelaki seperti akulah yang dijodohkan dengannya, tetapi kondisilah yang tidak membuatnya sanggup untuk melawan keinginan orang tuanya, apalagi aku juga sangat mengenal watak orang tua maryam yang keras. Begitulah.., tak pernah terlintas dalam benak kami berdua bahwa justru berbagai perbedaan itu menyatukan kami berdua dalam sebuah ikatan pernikahan yang suci, dan setuju atau tidak, ihlas atau tidak akhirnya tahun 2004 itulah awal kebersamaan kami menjalani biduk rumah tangga.


Usai pernikahan tersebut dilaksanakan, terasa ada banyak hal yang lain kurasakan, betapa tidak, aku lelaki yang tidak memiliki bekal pengetahuan agama lantas harus menikah dengan seorang gaids muslimah yang taat dan bercadar, banyak hal berkecamuk dalam benakku, haruskah aku hidup dalam bayang-bayang istriku dan turut ikut arus dengan kehidupannya yang kental dengan agama itu?, atau sebaliknya haruskah aku memaksanya untuk ikut arus dengan kehidupanku yang santai dan apa adanya?, fikiran2 itulah mulai muncul dalam benakku diawal pernikahan kami, dan aku sendiri bingun mau dibawa kemana biduk rumah tangga kami yang dibangun dengan banyak perbedaan ini, jujur, sebenarnya aku melihat dan menyaksikan sendiri bahwa istriku adalah istri yang sangat baik, melayaniku sepenuh hati dalam segala hal, meskipun aku tahu mungkin tidak ada cinta dihatinya untukku, tetapi tak sedikitpun kata-kata protes keluar dari bibirnya. Setiap hari aktifitas ibadahnyapun masih terus berlangsung tanpa sedikitpun mengusik ketenanganku, maksudku, tak sedikitpun dia mengoceh memintaku untuk sholat bila tiba waktu sholat, semuanya berlalu begitu saja. Demikian pula aku sering mendapatinya selalu eksis mendirikan sholat malam dan akupun tak pernah memprotesnya.

Pendengar Nurani yang budiman
Waktu terus berlalu dan tanpa terasa pernikahan kami telah membuahkan hasil, dimana setahun setelahnya lahirlah bayi mungil hasil pernikahan kami, bayi laki-laki yang akhirnya kuberi nama frans meskipun ibunya cenderung memanggilnya ahmad, lucu memang, bila bayi itu berada ditanganku, maka aku memanggil dia dengan sebutan frans, biar keren dan ikut perkembangan zaman (Cara pandangku terhadap nama-nama anak dizaman modern ini), sementara bila sikecil mungil itu berada dalam buaian maryam, maka namanya berubah menjadi ahmad, pernah bebrapa kali aku menegurnya :
‘Hei.., dizaman semodern ini koq masih pakai nama ahmad sih..yang keren dikit dong, seperti nama yang sudah kukasi padanya “FRANS”, supaya gak malu-maluin.., zaman modern koq masih pakai nama ahmad, apa kata dunia...’ itulah celotehku setiap kali mendengar istriku memanggil frans sikecil jagoanku dengan sebutan ahmad. Tetapi tak ada sedikitpun maryam menanggapi celotehku, dan semua berlalu begitu saja.


Jujur ada satu hal yang paling membuat aku jengkel dari istriku, ditengah aktifitas kantorku yang padat, dari dulu sampai memasuki setahun pernikahan kami pasti setiap hari selasa dia selalu meminta diantarkan kerumah Gurunya (Murobbiyah-), katanya tarbiyah, dan pasti setiap hari selasa itu pertengkaran pun sering terjadi, betapa tidak, aku yang sibuk dengan pekerjaan kantor harus menerima telepon dan sms darinya meminta diantarkan kerumah gurunya itu, dan kalau telepon dan sms2nya gak dibalas pasti akan disusul dengan telepon dan sms susulan “Abi, tolong antarkan ummi tarbiyah dong, tinggal sejam lagi tarbiyah akan dimulai” begitu gambaran smsnya padaku menjelang waktu tarbiyahnya dimulai, dan selalu dikirimnya dengan sms susulan yang bunyinya tambah memelas penuh pengharapan, dan akhirnya membuatku mau tidak mau harus pulang kerumah dan mengantarnya ketempat tarbiyahnya, pokoknya sejak saat itulah setiap hari selalsa pasti masalah yang timbul itu2 saja, dan aku sangat jengkel sekali bila haru pulang rumah dari kantor hanya untuk mengantar dan menjemputnya lagi. Jadinya sebelum mengantar dan menjemputnya pasti selalu diawali dengan pertengkaran kecil. aku sendiri sudah pernah memperingatnya untuk berhenti menekuni tarbiyahnya itu, tetapi disetiap permintaan itu kulontarkan, pasti air matanya akan mengucur deras sambil berujar “abi, maafkan ummi, bukannya ummi tidak mentaati perintah abi, tapi ummi mohon jangan putuskan tarbiyah ummi, sebab bila itu terjadi, pasti hati ummi akan terasa gersang karenanya, sebab dari waktu sepekan, hanya ada satu hari ummi berkumpul dengan teman-teman ummi dan membicakan kondisi ummat saat ini serta hal-hal lain yang bisa membuat ummi merasa damai dalam menjalani hidup ini”
Hmm.., jujur mendengar permintaannya yang memelas itu sedikit membuatku tergugah dan sedikit penasara, apa sih tarbiyah itu?, koq istriku selalu memberi alasan bahwa hatinya akan selalu tenang dan damai kalau ikut tarbiyah, maksudnya apa sih, gak faham deh...’ ujarku dalam hati. Dan hal lain yang membuatku tidak suka adalah panggilan sayangnya padaku “Abi”, huhhggg..apa gak ada panggilan yang lebih keren apa??, papi kek, kang mas kek, koq panggil Abi..., pernah beberapa kali saat tamuku dari kantor datang kerumah kupanggil dia dengan sebutan mami saat aku minta dibuatkan minuman, tetapi malah di jawabnya iya abi, huuhhgg jengkelnya aku saat itu, entahlah, mungkin karena sudah terbiasa jadinya dia selalu keceplosan, padahal sudah ada kesepakatan sebelumnya bahwa panggilan abi dan ummi itu kuizinkan diberlakukan saat berdua saja, selebihnya harus komitmen dengan panggila papi dan mami, tetapi dasar dikarenakan apa, selalu saja dia lupa dengan kesepakatan itu.


Kuakui bahwa istriku begitu baik padaku, bahkan dimataku hampir-hampir tak ada cacat dan celahnya kebaktiannya padaku, dari sisi biologis aku selalu dipenuhi, keperluan hariankupun tak sedikitpun terlalaikan olehnya, tetapi yang membuat aku sangat jengkel aktifitas dakwahnya masih terus jalan, bahkan teman-temannya selalu datang kerumah untuk menimba ilmu darinya, katanya Mutarrobbinya, jujur aku sebenarnya gak masalah bila ada yang datang bertamu kerumah, tetapi kalau sudah ditentukan hari yang rutin kemudian dengan jumlah tamu yang berpakaian sama dengan jumlah yang tidak sedikit, apa nantinya tanggapan para tetangga, dan hal itupun menjadikan pertengkaran kecil diantara kami.
“Mi, aku malas jadi bahan omongan orang, katanya kita memelihara aliran sesatlah, aliran yang tidak jelaslah, bisa nggak sih untuk yang satu ini mami ikuti permintaan papi, tolong.., jangan bawa teman2 mami itu kerumah.., apalagi mereka ngumpul hampir setiap pekan sekali...” celotehku disuatu hari.

“Astagfirullah abi, mengapa abi mempersoalkan pandangan tetangga ketimbang pandangan Allah, insya Allah dalam rutinitas trabiyah ummi ini tidak sedikitpun kaitannya dengan aliran sesat atau apalah yang mereka tuduhkan, semua ini hanyalah pengajian biasa yang hanya memperdalam halafaln al-qur’an dan hadist dan mengevaluasi diri-diri kita melalui majelis ilmu seperti ini, tidak lebih abi..demi Allah...”

“Hahh.., pokoknya papi tidak setuju, apapun alasannya..., kalau mami mau menghidupkan majelis-majelis ilmu seperti yang mami bilang itu, maka silahkan cari tempat lain, jangan dirumah ini...” ujarku lagi

“Tapi abi.., kalau ummi mencari tempat lain itu artinya akan menjadi 2 hari dalam sepekan ummi keluar rumah, dan itu artinya akan menyita waktu abi untuk antar-jemput ummi, bukankah abi tida suka direpotkan..?, ummi mohon sama abi.., mohon diizinkan.., semoga dengan berlalunya waktu para tetangga perlahan-lahan akan faham, dan insya Allah ummi pula akan bersilaturahim kerumah ibu-ibu tetangga untuk bersosialisasi dengan mereka tentang hal ini, insya Allah mereka faham dan akan balik mendukung majelis ini, ummi hanya memohon dukungan abi..”

“hah..terserah mami saja deh..pokoknya papi tidak akan ikut campur bila ada para tetangga yang mengamuk gara-gara masalah ini.., dan kalaupun itu terjadi, silahkan mami sendiri yang berurusan dengan mereka..!!” celotehku sambil berlalu meninggalkan istriku yang tertunduk diam, kudengan suara paraunya berujar “Insya Allah abi..”


Perjalan waktu semakin membawa pernikahan kami pada usia yang lebih dewasa, dan Alhamdulillah ditahun ke 3 pernikahan kami, lahir lagi bayi mungil kecil dari rahim istriku, bayi mungil berjenis kelami perempuan itu kuberi nama Jesica (agar lebih keren), meskipun seperti halnya frans, istriku memberi nama lain jesica dengan panggilan fatimah, aduhh...kuno bangett..ujarku dalam hati mendengar panggilan fatimah dari mulut istriku saat menggendong jesica. Dan begitulah, terasa aneh memang, persatuan kami dalam sebuah ikatan pernikahan tidak lantas membuat kami bersatu dalam hal-hal yang prinsip, termasuk pada pemberian nama putra-putri kami, jadilah 2 nama sekaligus disandang oleh Putra-putri kami, FRANS dan JESICA sapaan akrabku untuk kedua permata hatiku, sementara AHMAD dan FATIMAH sapaan akrab ibunya untuk keduanya, terasa aneh memang tetapi itulah yang telah terjadi dalam pernikahanku, tidak hanya itu saja, dalam panggilan aku dan istrikupun sering ada perbedaan yang kontras diantara kami, aku terbiasa menggunakaan sapaan PAPI dan MAMI untuk kami berdua, sementara istriku terbiasa dengan gelar ABI dan UMMI, pokoknya aneh banget kalau di bayangkan, tetapi itu realita.


Suatu hari terjadi pertengkaran hebat antara aku dan maryam, seperti biasa masalahnya adalah mengantarnya ketempat tarbiyahnya, saking jengkelnya karena sudah kuperingati agar berhenti dari aktifitas itu, akhirnya aku tidak menggubris permintaannya, kumarahi dia dengan kemarahan yang luar biasa marahnya menanggapi permintaan itu, bahkan kepadanya kulontarkan makian tak layak dilontarkan karena saking ngototnya istriku meminta diantarkan ketempat tarbiyahnya. “dasar istri durhaka, ditaru dimana ilmu yang kau pelajari hah samapi-sampai begitu kerasnya membatah keinginan suami?, atau memang kau mau cari-cari alasan ya supaya papi murka dan naik pitam?, bukankah papi sudah ingatkan kalau masalah mengantar saja yang selalu jadi soal, maka berhenti..., apa susahnya sih?, tapi kalau mami mau ngotot ikut tarbiyah itu lagi, silahkan.., jalan sendiri dan pulang kerumah juga sendiri, amankan..?, jujur sebenarnya papi dari dulu tidak rspek dengan aktifitasmu ini, tapi karena setiap kali kau memohon dengan tetean air mata maka papipun mengizinkannya, tapi kalau begini caranya kayaknya papi sudah tidak respek lagi deh, jadi untuk kali ini mami dengarkan papi ‘TOLONG BERHENTI IKUT TARBIYAH itu, titik..!!!” ujarku dengan kemarahan yang sudah memuncak sampai keubunn, hingga akhirnya dia melontarkan kata-kata yang membuatku sedikit terdiam tak berkutik
“Abi, andai tidak menjaga kehormatanku sebagai seorang istri yang tak pantas keluar rumah tanpa mahrom, maka mungkin ummi tidak akan pernah memelas seperti ini pada abi, dan mungkin ummi sudah keluyuran sendiri sesuka hati ummi layaknya wanita-wanita lain yang kelayapan sesuka hati mereka mesti tanpa sepengtahuan suami-suami mereka, ummi hanya ingin, agar kemurkaan Allah tidak menimpa ummi mana kala ummi harus bepergian tanpa mahrom, padahal ummi telah memiliki mahrom, apalagi kantor abi sangat dekat dengan rumah kita dan waktu tarbiyah ummipun selama ini bertepatan dengan waktu istirahat kantor abi, apa ummi salah bila ummi meminta sedikit waktunya abi untuk sekedar mengantar ummi ketempat tarbiyah. Maafkan ummi bila sudah membuat abi marah, hukum ummi bila salah..cambuk ummi bila ummi khilaf.., tapi sekali lagi semua ini ummi lakukan untuk menjaga kehormatan ummi sebagai seorang istri, terus terang ummi sering merasa cemburu dengan teman-teman tarbiyah ummi, ummi cemburu melihat keahagiaaan mereka yang begitu datang tarbiyah diantar oleh suami-suami mereka dengan penuh cinta, dikecup sebelum mereka berpisah, dan dijemput lagi dengan penuh kesabaran meskipun suami-suami mereka jauh lebih sibuk dari abi. Bahkan ummi sangat cemburu melihat salah seorang teman ummi yang rumahnya tidak jauh dari tempat tarbiyahnya, tetapi suaminya tak sedikitpun membiarkan istrinya keluar rumah tanpa didampinginya lalu ditinggalkalah pekerjaannya hanya untuk mengantar istrinya ketempat tarbiyah yang sebetulnya tak jauh dari rumahnya, sekali lagi maafkan ummi abi...” jawab istriku dengan deraian air mata, mendengar semua itu hatiku sedikit tersenuth, ada semacam kaeharuan mengalir dari dalam hatiku, akan tetapi buru-buru perasaan itu kutepis dan berlalu meninggalkannya.


Hingga suatu hari ketika usia pernikahan kami memasuki tahun ke lima, terjadi kejadian tragis pada istriku, sebuah kejadian yang membuat mata hatiku terbuka dan menyadari kekhilafanku selama ini, yah, suatu hari istriku meminta diantarkan tarbiyah dan dengan hati yang menggerutu aku mengantarnya ketempat tarbiyahnya, tetapi sebelumnya aku sudah ingatkan dia agar setelahnya dia naik angkot sendiri untuk pulang kerumah, pada hari itu aku sebetulnya tidak sedang banyak kerjaan, bahkan saat itu aku sedang santai dirumah bersama kedua permata hatiku yang memang hari itu aku minta pada istriku untuk meninggalkan mereka dirumah bersama ibuku (nenek dari anak-anakku), hingga beberapa waktu kemudian datang sebuah sms di hpku, ya, sebuah sms dari istriku yang berbunyi “Assalamu ‘alaikum, afwan abi, alhamdulillah ummi sudah selesai tarbiyah, bisa jemput ummi sekarang ??” begitulah isi sms dari istriku yanghanya kubaca saja lalu kuletakkan kembali hpku. Beberapa menit kemudian masuk lagi sms darinya dengan bunyi “afwan abi, semua teman-teman ummi sudah dijemput suami-suaminya, tinggal ummi sendiri disini, tuan rumahnya mau keluar sekelurga (maksudnya murobbiyahnya sekeluarga), sementara waktu mau margib, tolong jemput ummi ya..?” isi sms itu lagi, tapi lagi-lagi sms itu hanya kubaca dan kuletakkan kembali hpku di meja TV, beberapa kali kudengar hpku berdering dan aku berfikir bahwa itu telepon dari istriku, hingga sms terakhir darinya kembali masuk ke hpku “afwan abi, abi sakit ya, ya udah kalau gitu, ummi mohon izin naik angkot aja, doakan ummi semoga sampai dengan selamat kerumah ya, uhibbuka fillah” isi sms istriku yang ke tiga kalinya, hatiku lega saat membaca sms itu, dan itu artinya aku tak perlu lagi menjemputnya, aku sendiri berharap bahwa ini adalah awal yang baik baginya, supaya kedepannya dia bisa mandiri dan berangkat sendiri ke tempat tarbiyahnya sendiri.


Malam semakin larut namun istriku tak kunjung tiba kerumah, padahal prediksiku dua jam yang lalu seharunya dia tiba dirumah, tapi kok hingga 2 jam berlalu dia tak kunjung tiba, ada apa gerangan??, apa dia tidak tahu jalan pulang?, aduh gimana nih..? ujarku dalam cemas, beberapa kali aku hubungi nomor hpnya tapi tidak dijawab-jawab dan itu membuat aku lebih bertambah cemas, ditambah lagi dengan frans yang mulai rewel karena mungkin rindu dengan ibunya, sebab memang hari ini adalah hari pertama ibunya tarbiyah tannpa mengajak frans dan jesica, ada apa dengan maryam ya.., ya Allah ada apa dengan istriku?, ujarku semakin cemas, dan entah mengapa mala itu perasaanku sedikir berbeda dari biasanya, aku merasakan seperti sangat mencinta istriku dan begitu takut kehilangnnya, bahkan aku merasa bahwa hari itu entah mengapa rasa rinduku tiba-tiba mulai menyelinap dalam bathinku, ada apa ini. Pendengar, hingga beberapa jam kemudian hpku berdering dan Alhamdulillah ternyata nomor istriku menelpon, hatiku sangat girang saat itu, dengan buru-buru kuangkat teleponnya
“hallo..,mami dimana..?, koq belum nyampe-nyamope?” tanyaku dengan nada cemas, tetapi alangkah kagetnya aku ketika kudengar bukan suaranya yang menjawab melainkan suara seorang wanita yang sangat asing ditelingaku.
“maaf pak, hp ini milik istri bapak ya?, begini pak, tadi sore sekita 3 jam yang lalu istri bapak menalami kecelakaan, beliau di tabrak mobil saat keluar dari mesjid dan tubuhnya menghatam tembok pagar mesjid, sepertinya beliau lagi nunggu angkot dan singgah sebentar untuk sholat magrib dimesjid, mobil yang menabraknya sudah melarikan istri bapak kerumah sakit terdekat tetapi ditengah perjalanan karena banyaknya darah yang keluar istri bapak meninggal dunia, sekarang istri bapak di RS FULAN tepatnya dikamar jenazah, mohon bapak segera datang” jawab wanita itu terbata memberikan keterangan atas kondisi istriku, dengan sedikit gemetar seakan tak percaya tiba-tiba HP yang ada dalam genggamanku terlepas dan terjuntal kelantai, air mataku tiba-tiba turn dengan deras dari kelopak mataku, sedih.., menyesal atas semua tindakanku selama ini padanya, dan dengan masih perasaan tak percaya aku segera bergegas menuju RS yang telah ditunjukan padaku, bergegas aku kekamar zenajah mengikuti arahan salah seorang petugas jaga, dan Subhanallah, kusaksikan dengan mata kepalaku sendiri tubuh istriku yang terbaring kaku bersimbah darah, ditubuhnya masih lengkap dengan pakaian syar’i dengan cadar hitamnya masih menutup wajahnya, menurut salah seorang wanita yang berdiri tak jauh dari ranjang dimana istriku dibaringkan (Wanita yg menelpon aku ddan mengabarkan istriku kecelakaan), menurutnya mereka dan tim medis sengaja tidak membuka pakaian yg dikenakan wanita bercadar itu atas permintaannya saat sekarat manakala dilarikan ke RS, beliau meminta agar jangan sampai ada lelaki yang menyentuhnya dan membuka auratnya sampai keluarganya datang menjemputnya, wanita tersebut menuturkan dengan deraian air mata, menurutnya lagi saat sekarat taka ada sedikitpun tanda-tanda kesakitan pada wajah istriku, bahkan hingga nyawanya berpisah dari raganya. Ya Allah, betapa mulianya hati istriku, hingga dalam keadaan sekaratpun dia masih meminta agar kehormatannya tetap dijaga, perlahan bayangan masa lalu kami kembali terpampang dalam benakku, betapa istriku takut bepergian sendiri tanpa ada mahrom, bahwa betapa kuatnya dia menjaga kehormatannya sebagai seorang muslimah, tetapi aku telah lalai dari menjaganya, ya Allah ampuni aku..., ampuni aku..., terlalu banyak dosa yang telah kuperbuat selama hidupku.


Hingga saat ini kesedihan itu masih terus menggerogoti perasaanku, meskipun sebuah kesyukuran sendiri buatku sebab setelahnya Hidayah itu menyapaku. Tetapi sungguh, hanya Allah yang tahu isi hati ini, bahwa hingga hari ini aku belum bisa melupakannya dan memafkan diriku sendiri, apalagi mengingat betapa mulianya hati istriku, jujur selama pernikahan kami, tak pernah satupun dia kuberikan uang gajiku, bahkan dia tidak tahu berapa penghasilanku setiap bulannya, subhanallah, begitu sabarnya dia padaku, dan yang lebih membuatku sangat bersedih lagi adalah tak pernah satu kalipun selama pernikahan kami aku membelikannya pakaian yang syar’i, seingatku pakaian muslimah syar’i yang dipakainya selama menikah denganku adalah pakaian yang memang telah dimilikinya sebelum menikah denganku dan lagi-lagi dia tidak pernah mengeluh padaku, kudapati pula jubah yang dipakainya saat kecelakaan itu telah sobek dibagian punggungnya, dan dari sobekan itu sudah ada jahitan2 sebelumnya yang telah lapuk, andai saja dia tidak memakai jilbab besar, mungkin sobekan itu akan terlihat jelas. dan hal lain yang mebuat aku semakin pilu adalah dokter memberikan keterangan bahwa ada janin yang diperkirakan berusia 6 pekan dalam kandungan istriku, Yaa Allah ampuni aku...ampuni aku ya Allah..kasihan istriku..betapa sabarnya dia menghadapiku selama ini.


Alhamdulillah saat ini aku telah aktif tarbiyah, andai istriku masih ada, pasti dia akan bahagia melihat aku saat ini yang Alhamdulillah telah tersentuh oleh hidaya-Nya, tetapi sayang dia telah tiada, yang tersisa hanyalah kenangannya dan juga Ahmad dan Fatimah.
Duhai mujahidaku tersayang, maafkan abi yang telah melalaikanmu..
Abi tahu berlarut-larut dalam kesedihan ini tak baik.., tetapi kesedihan ini entah mengapa tak pernah lekang dari perasaan abi..
Abi janji pada ummi, akan menjaga Ahmad dan Fatimah, mujahid dan mujahidah kitatercinta..., insya allah mereka akan tumbuh dengan ahlak seperti umminya atau mungkin lebih dari abi dan umminya..
Selamat jalan wahai mujahidaku tersayang, semoga Allah menerima semua amal ibadahmu dan menempatkanmu dijannahnya yang tertinggi...Aamiin
Wassalam

Dari Fahmi di Jawa Timur

NB : Kisah Ini kutulis untuk mengenang Mujahidaku tersayang, semoga kisah ini memberi ibroh bagi yang mendengarkannya dan juga bagi yang membacanya, sebelumnya ucapan terima kasih atas mengudaranya kisahku ini.

Rabu, 06 Juli 2011

Rasulullah Sang Pemaaf

 Dan firman Allah swt pula :

Telah datang kepada kalian utusan dari bangsa kalian, berlemah lembut dan sangat peduli atas musibah yang menimpa kalian dan sangat berlemah lembut kepada hamba-hamba Allah yang beriman dialah Sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam” (QS Attaubah 128)
 
Orang yang paling mencintai kita dari semua orang yang cinta pada kita Sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam,

“Katakanlah Wahai hamba-hamba Ku, yang telah melampaui batas dalam berbuat dosa jangan berputus asa dari kasih sayang Allah, sungguh Allah Maha Mengampuni semua dosa, dan sungguh Allah Maha pengampun dan berkasih sayang” (QS Azzumar 53)

Diriwayatkan oleh Hujjatul Islam wabarakatul anam Al Imam Qadhi’iyad didalam kitabnya Assyifa, menukilkan riwayat ayat ini adalah :

Ketika Sang pembunuh Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthalib radhiyallahu'anhu pamannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, yaitu Wahsyi seorang budak yang memang sengaja membunuh Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthallib radhiyallahu'anhum di dalam perang Uhud, di saat perang Uhud itu Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthallib di tombak dari kejauhan dari belakang tubuhnya hingga wafat dan Wahsyi tidak cukup hanya dengan itu, Wahsyi membelah dada Sayyidina Hamzah, mengeluarkan jantungnya, memotong hidung dan telinga dan bibir dan mencungkil ke dua matanya lantas di bawakan kepada Hindun.


Inilah dosanya Wahsyi orang yang telah membunuh pamannya Rasul shallallahu 'alaihi wasallam,

.......... lalu mengeluarkan jantungnya dari dadanya, jenazah itu di robek dan di keluarkan jantungnya, di cungkil ke dua mata, bibir, hidung dan kedua telinganya dan di bawakan untuk tuannya........
 
Lalu di saat itu, disaat Fatah Makkah, Rasul shallallahu 'alaihi wasallam masuk ke Makkah dengan 100 ribu muslimin muslimat, Wahsyi melarikan diri, ia menjauhkan diri sampai kepantai, Istrinya datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam :

Wahai Rasul, suamiku mempunyai dosa yang sangat besar, kalau ia masuk Islam dan bertaubat, apakah suamiku di ampuni ?”

Maka Rasul shallallahu 'alaihi wasallam berkata:

“Allah memaafkan semua yang terdahulu jika orang mau bertaubat, masuk Islam Taubat sudah tidak ada lagi dosa”

Maka Istrinya pun menemui Suaminya di pantai, berkata Rasul shallallahu 'alaihi wasallam

“Allah akan mengampuni semua yang Lalu kalau kau mau bertaubat dan masuk Islam”

Wahsyi berkata pada Istrinya : .................

“kamu tahu bahwa Rasul shallallahu 'alaihi wasallam tahu kamu istri saya?”

....... maka berkata Istrinya : “tidak ku sampaikan”

“katakan dulu, mustahil aku diampuni”

Maka Istrinya balik lagi kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam :

“Ya Rasulullah, apakah betul semua dosa akan di ampuni??? ....... suamiku ketakutan”

Rasul shallallahu 'alaihi wasallam berkata : “sudah kusampaikan beberapa waktu yang lalu, Allah memaafkan apa-apa yang terdahulu”

Maka Istrinya berkata : “Ya Rasulullah, suamiku adalah Wahsyi yang telah membunuh pamanmu, merobek dadanya, mengeluarkan jantungnya, mencungkil kedua matanya, dan memotong bibir, hidung dan kedua telinganya”..........

Berubah wajah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau terdiam dan tidak menjawab, menunduk, Turunlah ayat :

Katakan Wahai hamba-hambaku yang telah melampaui batas dalam berbuat dosa, jangan berputus asa dari kasih sayang Allah, Allah mengampuni semua dosa”

Rasul menyampaikannya kepada para Shahabat dan kepada Istrinya dan Istrinya menyampaikan kepada Suaminya datanglah Wahsyi masuk Islam, Rasul shallallahu 'alaihi wasallam berkata “kau wahsyi yang telah membunuh pamanku? Hamzah bin Abdul Muthallib”
 
“Betul wahai Rasul, aku telah berbuat ini dan itu” “kumaafkan kesalahanmu, namun satu hal, jangan perlihatkan wajahmu lagi di hadapanku setelah ini”

“kenapa wahai Rasulullah, bukankah kau sudah memaafkan aku?”

“aku sudah memaafkanmu, tapi kalau aku lihat wajahmu aku terbayang wajah Hamzah bin Abdul Muthallib yang rusak di hancurkan olehmu saat itu, aku teringat wajah Hamzah, makanya jangan muncul di hadapanku lagi”

Wahsyi kemudian terus kecewa di dalam hatinya sampai munculnya Musailamah Al Kaddzab musuhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, ia berkata “nah ini tombak yang kugunakan untuk membunuh Hamzah bin Abdul Muthallib akan kugunakan juga untuk membunuh Musailamah Al Kadzab, barangkali sedikit bisa menebus dari pada kesalahan ku yang lalu”, namun kita lihat Sang Maha Lembut Rabbul’alamin berbuat kepada orang yang demikian, Wahsyi, Allah menjawab keputus asaannya dengan kasih sayang Allah yang berkata pada istrinya “mustahil aku di ampuni karena aku sudah berbuat dosa yang sangat besar, membunuh pamannya Rasul shallallahu 'alaihi wasallam” namun justru Allah memanggilnya untuk kembali kepada cintanya, “jangan putus asa dari kasih sayang Allah” kenalilah Tuhan mu yang Maha Lembut dan Maha Berkasih sayang, tiada yang lebih lembut dari Nya, tiada yang lebih santun dari Nya, Tiada yang lebih menerima dari Nya, tiada yang lebih mengerti dan memahami keadaan kita kecuali Allah Yang Mencipta kita dari tiada, Yang Mengetahui setiap Detik hari-hari kita yang lalu dan yang akan datang, yang memberi kita dengan pemberian tidak bisa di beri oleh makhluk satu sama lain, yang paling berkasih sayang lebih dari semua yang mencintai kita, Dialah Allah, yang telah mengutus hamba yang paling di Cintai Nya, Yang mempunyai sifat yang sangat lemah lembut Sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, Shahibul Akhlak Sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, Shahibul Isro’ Sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, Shahibul Mi’raj Sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, Pemimpin kita dan idola kita yang berlemah lembut dan tiada manusia yang lebih lembut dari Muhammad Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. 

Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari, Rasul shallallahu 'alaihi wasallam :

“Rasul shallallahu 'alaihi wasallam, sebaik baiknya manusia, budi pekerti dan tubuhnya”
 
dan Rasul shallallahu 'alaihi wasallam telah disampaikan oleh Allah subhanahu wata'ala: “Sungguh engkau mempunyai akhlak yang agung”(QS Nun 4)

demikianlah sebagian contoh suatu kisah akhlaq Nabi SAW yang perlu di sarikan inti bagi kita umatnya, di jaman sekarang ini,....... betapa begitu mengiris hati serta raut wajahnya,...para musuh-musuhnya yang telah melukai serta menodai hati perasaannya serta keluarganya, jiwa raganya, mampu menurunkan rasa permusuhan.