Dalam ayat ini, Allah SWT mengabarkan bahwa kunci kebahagiaan dalam hidup adalah syukur. Yaitu senantiasa berterima kasih kepada Allah SWT atas segala karunia yang dikaruniakan-Nya. Dengan rasa syukur, kita menarik nikmat-nikmat yang belum ada sehingga makin berlimpah.
Dengan rasa syukur pula, kita mengikat nikmat yang sudah ada dengan ikat yang kuat sehingga tidak mudah terlepas. Dalam kitab Hikam, Imam Ibnu Athailah mengatakan, "Siapa yang tidak mensyukuri nikmat dari Allah, maka berarti ia berusaha untuk hilangnya nikmat itu. Dan siapa yang mensyukurinya, berarti ia telah mengikat nikmat itu dengan ikatan yang kuat lagi kukuh".
Di antara banyak nikmat Allah, cinta adalah salah satu nikmat teragung yang Allah karuniakan kepada manusia. Dengan anugerah cinta, hidup manusia jadi lebih bermakna (QS Ali Imran <3>: 14). Itulah yang kemudian membedakannya dengan makhluk lain. Dengan anugerah cinta pula, manusia mampu menjalankan perannya sebagai khalifah (wakil Allah di bumi), sebagai pendakwah sekaligus hamba Allah.
Lalu, apakah cinta itu? Imam Ibnu Qayyim mengatakan, "Tidak ada batasan cinta yang lebih jelas daripada kata cinta itu sendiri. Membatasinya hanya akan menambah kabur dan kering maknanya. Maka batasan dan penjelasan cinta tersebut tidak bisa dilukiskan hakikatnya secara jelas, kecuali dengan kata cinta itu sendiri. Walau demikian, sesuatu yang sulit dimaknai bukan berarti tidak bisa dimaknai. Di antara makna cinta adalah kecenderungan seluruh hati yang terus-menerus (kepada yang dicintai). Bisa pula kesediaan hati menerima segala keinginan yang dicintainya. Atau kecenderungan hati untuk lebih mengutamakan yang dicintai daripada diri dan harta sendiri. Wallaahu a'lam.
Pertanyaannya sekarang, bagaimana mensyukuri nikmat cinta tersebut? Salah satu definisi syukur adalah memfungsikan anugerah yang diterima sesuai dengan penganugerahannya. Dengan kata lain, menggunakan nikmat sebagaimana dikehendaki yang memberi nikmat tersebut. Allah SWT menganugerahkan cinta adalah sebagai jalan serta sumber energi bagi manusia agar semakin dekat dengan-Nya.
Karena itu, mensyukuri cinta tidak sekadar dalam khayalan. Namun perlu pembuktian. Setidaknya ada lima cara mensyukuri cinta.
Pertama, selalu mengingat Dzat pemberi cinta. Allah SWT berfirman, …ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku(QS. Al Baqarah <2>:152).
Salah satu cara mengingat Allah dan bersyukur kepada-Nya adalah memperbanyak zikir. Dalam Islam, seluruh amal ada batas-batasnya. Hanya ada satu amalan yang tidak dibatasi, yaitu zikir. Difirmankan, Berzikirlah kamu kepada Allah dengan zikir yang sebanyak-banyaknya (QS Al Ahzab <33>: 41). Allah SWT memuji orang yang selalu berzikir dalam setiap keadaan. Alquran menyebutkan, Orang-orang yang berzikir kepada Allah sambil berdiri, duduk, atau berbaring (QS Ali Imran <3>: 191).
Kedua, menyukai yang Allah sukai. Dengan kata lain, menempatkan kehendak Allah di atas kehendak diri. Bukankah seorang pecinta selalu mengutamakan kehendak yang dicintainya daripada kehendak dirinya? Allah sangat mencintai orang-orang yang membantu saudaranya yang kesusahan. Karena itu, tidak dikatakan pecinta Allah bila ia tega membiarkan saudaranya berada dalam kesusahan. Ia akan berusaha memberi. Mungkin dengan materi, tenaga, ilmu, atau sekadar perhatian dan doa.
Ketiga, hatinya selalu dirasuki rasa rindu berjumpa dengan Dzat yang dicintai. Orang yang menyukuri cinta akan bersegera memenuhi panggilan Dzat Pemberi Cinta. Yang "ringan-ringan" misalnya. Seperti bersegera menghadiri shalat berjamaah di masjid saat waktu shalat telah tiba. Saat-saat shalat menjadi saat yang begitu spesial. Betap tidak, ia akan berjumpa dan menumpahkan kerinduannya kepada Dzat Pemilik Cinta. Ia pun sangat memburu saat-saat sunyi untuk berasyik masyuk dengan Allah. Khususnya disepertiga malam terakhir, saat orang-orang terlelap dalam tidurnya.
Keempat, selalu menomorsatukan Dzat Pemberi Cinta. Artinya, tidak menduakan (syirik) dan bermaksiat kepada-Nya. Allah itu sangat pencemburu. Tak ada yang lebih cemburu daripada Allah SWT kepada Hamba-Nya yang mengikuti keinginan selain-Nya.
Sesungguhnya Allah cemburu dan orang beriman pun cemburu. Allah akan cemburu apabila seseorang melakukan apa yang di haramkan (HR Ahmad dan Muslim). Kecemburuan Allah SWT, seperti disabdakan Rasulullah adalah ketika ada hamba yang lebih mengutamakan makhluk dari-Nya. Kecemburuan Allah SWT bahkan lebih besar ketimbang manusia yang paling cemburu. Sehingga pernah suatu saat, ketika terjadi gerhana matahari, Rasul bersabda di dalam khutbahnya, Wahai umat Muhammad, tidak ada seorang pun yang lebih cemburu dibanding Allah. (Muttafaq'alaih).
Kelima, siap bersabar dan berkorban untuk yang dicintai. Cinta kepada Allah adalah energi yang memungkinkan seorang Mukmin bertahan dalam setiap kesulitan. Seperti halnya kesabaran Bilal bin Rabah saat dihimpit batu. Atau pengorbanan tiada tara keluarga Nabi Ibrahim, dsb. Keimanan memerlukan kesabaran dan pengorbanan. Bukankah nilai seorang Muslim terlihat dari seberapa besar kesabarannya dalam berkorban? Allah SWT berfirman dalam QS Al Ankabuut <29> ayat 2, Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?
Wallaahu a'lam.
Sumber ::: Unknown
Tidak ada komentar:
Posting Komentar