Rasulullah adalah manusia yang dipilih Allah dengan sifat yang penuh
dengan kasih sayang. Suatu ketika Rasulullah sedang memimpin shalat
jama'ah. Tidak seperti biasa, kali ini sujudnya panjang sekali. Para
sahabat yang berada dibelakangnya mulai resah, terpikir oleh mereka
pasti ada sesuatu yang menimpa pada Rasulullah. Ketika shalat usai,
mereka bertanya tentang hal tersebut. Rasulullah menjelaskan bahwa
ketika ia sedang bersujud , tiba-tiba Hasan dan Husein cucunya naik ke
atas punggungnya. Beliau tidak segera berdiri sampai sang cucu turun
sendiri. Beliau khawatir sang cucu akan terjatuh.
Dilain waktu Rasulullah sedang berkhutbah, ditengah khutbahnya tiba-tiba sang cucu berlari menuju ke mimbar. Rasulullah turun dari mimbarnya dan menyambut kedatangan cucunya sembari memberi isyarat agar sang cucu kembali tenang. Tak lama kemudian Rasulullah melanjutkan khutbahnya.
Kasih sayang tersebut tidak hanya terkhusus bagi kerabat beliau saja, tetapi juga bagi segenap anak-anak kaum muslimin. Suatu ketika ada seorang ibu sedang menggendong anaknya. Tiba-tiba Rasulullah mendekat dan ingin memangkunya. Maka beralihlah sang anak dari pangkuan ibu kepada pangkuan Rasulullah. Tak disangka-sangka sang anak itu kencing hingga membasahi jubah Rasulullah.
Melihat kejadian itu sang ibu langsung merenggut sang anak dari tangan Rasulullah. Sambil mengumpat, sang ibu tak lupa memukul pantat sang anak. Rasulullah mencegahnya tapi sang ibu tetap memaksa. Atas kejadian tersebut Rasulullah mengingatkan bahwa kotornya jubah bisa dicuci di rumah, tapi kemarahan ibu tetap akan membekas dalam hati sang anak sampai ia menginjak dewasa, dapatkah ibu membersihkannya?
Asthma' binti 'Umeis istri Ja'far bin Abi Thalib menceritakan, "Rasulullah datang menjengukku, beliau memanggil putra-putri Ja'far. Aku melihat beliau mencium mereka hingga menetes air mata beliau. Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah telah sampai kepadamu berita tentang Ja'far?"
Beliau menjawab, "Sudah, ia telah gugur pada hari ini." Mendengar berita itu kami pun menangis. Kemudian beliau pergi sambil berkata, "Buatkanlah makanan bagi keluarga Ja'far, karena telah datang berita musibah yang memberatkan mereka." (HR. Ibnu Sa'ad, Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Ketika air mata Rasulullah menetes disebabkan gugurnya para syuhada' tersebut, Sa'ad bin 'Ubadah bertanya, "Wahai Rasulullah, Anda menangis?" Rasulullah menjawab, "Ini adalah rasa kasih sayang yang Allah Ta'ala letakkan di hati hamba-hambaNya. Sesungguhnya hamba-hamba yang dikasihi Allah Ta'ala hanayalah hamba yang memiliki rasa kasih sayang." (HR. Al-Bukhari).
Begitu pula saat Rasulullah meneteskan air mata disebabkan kematian putra beliau bernama Ibrahim, Abdurrahman bin 'Auf bertanya kepada beliau, "Apakah Anda juga menangis wahai Rasulullah?" Rasulullah menjawab, "Wahai Ibnu 'Auf, ini adalah ungkapan kasih sayang yang diiringi dengan tetesan air mata. Sesungguhnya air mata ini menetes, hati ini bersedih, namun kami tidak mengucapkan kecuali yang diridhoi Allah Ta'ala. Sungguh, kami sangat berduka cita berpisah denganmu wahai Ibrahim." (HR. Al-Bukhari).
Dilain waktu Rasulullah sedang berkhutbah, ditengah khutbahnya tiba-tiba sang cucu berlari menuju ke mimbar. Rasulullah turun dari mimbarnya dan menyambut kedatangan cucunya sembari memberi isyarat agar sang cucu kembali tenang. Tak lama kemudian Rasulullah melanjutkan khutbahnya.
Kasih sayang tersebut tidak hanya terkhusus bagi kerabat beliau saja, tetapi juga bagi segenap anak-anak kaum muslimin. Suatu ketika ada seorang ibu sedang menggendong anaknya. Tiba-tiba Rasulullah mendekat dan ingin memangkunya. Maka beralihlah sang anak dari pangkuan ibu kepada pangkuan Rasulullah. Tak disangka-sangka sang anak itu kencing hingga membasahi jubah Rasulullah.
Melihat kejadian itu sang ibu langsung merenggut sang anak dari tangan Rasulullah. Sambil mengumpat, sang ibu tak lupa memukul pantat sang anak. Rasulullah mencegahnya tapi sang ibu tetap memaksa. Atas kejadian tersebut Rasulullah mengingatkan bahwa kotornya jubah bisa dicuci di rumah, tapi kemarahan ibu tetap akan membekas dalam hati sang anak sampai ia menginjak dewasa, dapatkah ibu membersihkannya?
Asthma' binti 'Umeis istri Ja'far bin Abi Thalib menceritakan, "Rasulullah datang menjengukku, beliau memanggil putra-putri Ja'far. Aku melihat beliau mencium mereka hingga menetes air mata beliau. Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah telah sampai kepadamu berita tentang Ja'far?"
Beliau menjawab, "Sudah, ia telah gugur pada hari ini." Mendengar berita itu kami pun menangis. Kemudian beliau pergi sambil berkata, "Buatkanlah makanan bagi keluarga Ja'far, karena telah datang berita musibah yang memberatkan mereka." (HR. Ibnu Sa'ad, Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Ketika air mata Rasulullah menetes disebabkan gugurnya para syuhada' tersebut, Sa'ad bin 'Ubadah bertanya, "Wahai Rasulullah, Anda menangis?" Rasulullah menjawab, "Ini adalah rasa kasih sayang yang Allah Ta'ala letakkan di hati hamba-hambaNya. Sesungguhnya hamba-hamba yang dikasihi Allah Ta'ala hanayalah hamba yang memiliki rasa kasih sayang." (HR. Al-Bukhari).
Begitu pula saat Rasulullah meneteskan air mata disebabkan kematian putra beliau bernama Ibrahim, Abdurrahman bin 'Auf bertanya kepada beliau, "Apakah Anda juga menangis wahai Rasulullah?" Rasulullah menjawab, "Wahai Ibnu 'Auf, ini adalah ungkapan kasih sayang yang diiringi dengan tetesan air mata. Sesungguhnya air mata ini menetes, hati ini bersedih, namun kami tidak mengucapkan kecuali yang diridhoi Allah Ta'ala. Sungguh, kami sangat berduka cita berpisah denganmu wahai Ibrahim." (HR. Al-Bukhari).
Demikian hebatnya rasa kasih sayang dimiliki oleh Rasulullah sehingga sifat tersebut pun terpatri pada hati orang-orang yang dekat dengan beliau, sebagai hasil didikan yang indah dari teladan umat. Seperti yang dilakukan sahabat Anas bin Malik, ketika beliau melewati sekumpulan anak-anak, ia pasti mengucapkan salam kepada mereka. Apa yang dikatakan sahabat tersebut, "Demikianlah yang dilakukan Rasulullah.
Meskipun anak-anak biasa merengek dan mengeluh serta banyak tingkah, namun Rasulullah tidaklah marah, memukul, membentak, dan menghardik mereka. Beliau tetap bersikap tenang dalam menghadapi mereka.
'Aisyah menuturkan, "Suatu ketika beberapa anak kecil pernah dibawa ke hadapan Rasulullah, lalu beliau mendo'akan mereka, pernah juga dibawa kepada beliau seorang anak, lantas anak itu kencing pada pakaian beliau. Beliau segera meminta air lalu memercikkannya pada pakaian itu tanpa mencucinya." (HR. Al-Bukhari).
Bahkan sebagaimana yang diceritakan Abu Hurairah, sampai-sampai Rasulullah tidak malu-malu untuk mengajak anak-anak bermain. Diceritakan bahwa Rasulullah pernah menjulurkan lidahnya bercanda dengan Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Ia pun melihat merah lidah beliau, lalu ia segera menghambur menuju beliau dengan riang gembira.
Anas bin Malik juga pernah menuturkan, "Rasulullah sering bercanda dengan Zainab, putri Ummu Salamah, beliau memanggilnya dengan, Ya Zuwainab, Ya Zuwainab, berulang kali." (Zuwainab berarti Zainab kecil). Amat dekatnya beliau dengan anak-anak sehingga beliau sering memanggil dengan panggilan-panggilan demikian.
Kasih sayang beliau amat dalam, bahkan pada saat beliau mengerjakan ibadah shalat, beliau pernah sambil menggendong Umamah putri Zaenab binti Rasulullah dari suaminya yang bernama Abdul 'Ash bin Ar-Rabi'. Pada saat berdiri, beliau menggendongnya dan ketika sujud, beliau meletakkannya.
Mahmud bin Ar-Rabi' mengungkapkan, "Aku masih ingat Rasulullah menyemburkan air dari sebuah ember pada wajahku, air itu diambil dari sumur yang berada di rumah kami. Ketika itu aku masih berusia lima tahun." (HR. Muslim).
Rasulullah senantiasa memberikan pengajaran, baik kepada orang dewasa maupun anak-anak. Abdullah bin Abbas menuturkan, "Suatu hari aku berada dibelakang Nabi, beliau bersabda, "Wahai anak, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat, "Jagalah (perintah) Allah, pasti Allah akan menjagamu. Jagalah (perintah) Allah, pasti kamu selalu mendapatkan-Nya dihadapanmu. Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah, jika kamu memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah." (HR. At-Tirmidzi).
Rasulullah pernah bersabda, "Tidak sempurna iman kalian sehingga kalian saling berkasih sayang."
Para sahabat berkata, "Kami sudah saling kasih sayang."
Nabi bersabda, "Bahwa sayang yang dimaksud di sini bukan saja sayang sekadar kepada salah seorang temannya, dalam ruang lingkup terbatas, tetapi sayang (yang dimaksud) adalah sayang yang bersifat menyeluruh. (HR. Ath-Thabrani).
Karenanya beliau mengajari manusia untuk bersikap lembut dan kasih sayang kepada semua yang melata di muka bumi. Beliau bersabda, "Sayangilah orang-orang yang ada di bumi, niscaya kamu disayang oleh yang di langit (yakni para malaikat)." (HR. Ath-Thabrani).
Itulah sebabnya, ketika beliau berniat hijrah ke Thaif, disambut hujan batu dan pengusiran yang sangat kejam, beliau tetap bersikap lemah lembut. Tak sedikitpun kemarahan nampak pada wajahnya. Ketika malaikat Jibril datang menawarkan bantuan untuk menghancurkan bani Thaif dengan batu-batu gunung, beliau justru menjawab, "Allahummahdii qaumii fainnahum laa ya'lamun" Ya Allah, berilah kaumku petunjuk, sebab mereka belum mengerti.
Demikianlah keluhuran akhlak dan budi pekerti Rasulullah. Semoga semua itu dapat menghidupkan hati kita dan dapat kita teladani dalam mengarungi bahtera kehidupan. Sungguh tidak ada orang yang akhlaknya seindah beliau, baik orang-orang sebelumnya maupun sesudahnya. Teladan yang tidak akan pernah lekang sampai berakhirnya zaman nanti. Keteladanan yang senantiasa ada dalam sanubari hamba-hamba-Nya yang shaleh yang mendamba pertemuan dengan-Nya kelak di akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar