Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Ya Ikhwan wa Akhwat fillah rahimakumullah,
Marilah kita bersyukur kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala dan bershalawat kepada nabi kita Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam. Kita berharap dan memohon semoga Allah Subhannahu wa Ta'ala, meridhoi dan menerima amalan yang kita lakukan sebagai amalan ibadah yang diterima serta kita memohon pula untuk senantiasa dijadikan pengikut Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam yang setia hingga akhir hayat serta kita tidak kembali keharibaanNya kecuali dalam keadaan berserah diri kepadaNya, sebagaimana yang Allah perintahkan kepada kita di dalam surat Ali Imran ayat 102 : Artinya: “…. Dan janganlah kamu mati, kecuali dalam keadaan beragam Islam.”
Saudaraku muslimin wal muslimat yang berbahagia , Allah Ta'ala berfirman, yang artinya, “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (Qs.At Taubah :111)
Pada Ayat yang lain Allah Ta’ala berfirman. "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap jiwa menyiapkan bekalnya untuk hari esok (Hari Kiamat). Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala hal yang engkau kerjakan." (Qs. Al-Hasyr: 18).
Subhanallah …., Setelah membaca dan memahami ayat-ayat tersebut diatas, ternyata benar ! Jika ada jual-beli yang paling menguntungkan di dunia, maka itu adalah jual-beli antara orang-orang yang beriman dengan Allah.
Dalam perdagangan tersebut, Allah memberi manusia sebuah modal yang sangat mahal dan tak ternilai harganya, yang dengannya manusia menjalani kehidupannya di muka bumi. Di antara mereka ada yang cerdas dalam berdagang sehingga akhirnya memperoleh keuntungan yang luar biasa. Akan tetapi, ternyata ada pula di antara mereka yang tak pandai berdagang sehingga sungguh merugilah perdagangannya. Sungguh kenyataan yang menyedihkan.
Allah telah memberi modal yang sama kepada setiap orang berupa waktu 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu, 30 hari dalam sebulan, dan 12 bulan dalam setahun. Jika setiap orang mempunyai modal yang sama, bagaimana caranya agar kita menjadi pedagang yang memperoleh keuntungan luar biasa di akhir perdagangan ini??
Peliharalah waktu dengan baik. Itu kuncinya !
Apa Makna "Mengelola Waktu" ?
Terlebih dahulu mari kita luruskan persepsi kita mengenai pengelolaan waktu.
Saudaraku, apa persepsi "pandai mengelola waktu"? Apakah orang yang pandai mengelola waktu adalah orang yang waktunya habis untuk menekuni pelajaran-pelajaran kuliah? Ataukah orang yang sibuk bekerja dan mendapat uang yang banyak? Ataukah orang yang sibuk ber-organisasi? Ataukah mereka yang lelah dan letih berpeluh berkeringat semata-mata untuk dunia? Semoga jawabannya bukan itu. Jika jawabannya seperti itu, maka mari kita simak penjelasan berikut ini :
Dari Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhu, dia berkata, "Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam memgang pundakku, lalu bersabda, 'Jadikanlah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau pengembara.'" Lalu Ibnu `Umar radhiyallahu `anhu berkata, "Jika engkau di waktu sore, maka janganlah engkau menunggu pagi, dan jika engkau di waktu pagi, maka janganlah menunggu sore, dan pergunakanlah waktu sehatmu sebelum engkau sakit dan waktu hidupmu sebelum kamu mati." (HR. Bukhari)
Seorang ulama yaitu Ibnu Daqiq Al-`Id menjelaskan hadits tersebut dengan sangat indah, "Kalimat "pergunakanlah waktu sehatmu sebelum engkau sakit" adalah perintah kepada kita untuk memanfaatkan kesehatan kita dan berusaha dengan penuh kesungguhan selama masa itu, karena khawatir bertemu dengan masa sakit yang dapat merintangi usaha untuk beramal. Begitu pula "waktu hidupmu sebelum engkau mati" mengingatkan agar memanfaatkan masa hidup kita, karena barangsiapa mati, amalnya terputus dan angan-angannya lenyap, serta akan muncul penyesalan yang berat karena kelengahannya meninggalkan kebaikan. Hendaklah ia menyadari bahwa ia akan menghadapi masa yang panjang di alam kubur, sedangkan ia tidak dapat beramal dan tidak mungkin dapat beribadah kepada Allah lagi di alam kubur. Oleh karena itu, hendaklah ia memanfaatkan seluruh masa hidupnya itu untuk berbuat kebajikan.
Ali bin Abi Thalib berkata, 'Dunia berjalan meninggalkan (manusia) sedangkan akhirat berjalan menjemput (manusia) dan masing-masing mempunyai penggemar, karena itu jadilah engkau penggemar akhirat dan jangan menjadi penggemar dunia".
Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara :
[1] WAKTU MUDAMU sebelum datang waktu tuamu,
[2] WAKTU SEHATMU sebelum datang waktu sakitmu,
[3] MASA KAYAMU sebelum datang masa kefakiranmu,
[4] MASA LUANGMU sebelum datang masa sibukmu,
[5] MASA HIDUPMU sebelum datang kematianmu.”
(HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya, dikatakan oleh Adz Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Hadits ini dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shogir)
Al Munawi mengatakan, “Lima hal ini (waktu muda, masa sehat masa luang, masa kaya dan waktu ketika hidup) barulah seseorang betul-betul mengetahui nilainya setelah kelima hal tersebut hilang.” (At Taisir Bi Syarh Al Jami’ Ash Shogir, 1/356)
Benarlah kata Al Munawi. Seseorang baru ingat kalau dia diberi nikmat sehat, ketika dia merasakan sakit. Dia baru ingat diberi kekayaan, setelah jatuh miskin. Dan dia baru ingat memiliki waktu semangat untuk beramal di masa muda, setelah dia nanti berada di usia senja yang sulit beramal. Penyesalan tidak ada gunanya jika seseorang hanya melewati masa tersebut dengan sia-sia.
Sesungguhnya masa ini (hidup di dunia adalah masa beramal bukan masa pembalasan), sedangkan esok (hari akhirat) adalah masa pembalasan bukan masa beramal.'
Seseorang hendaknya mempersedikit angan-angannya karena takut ajalnya akan datang dengan tiba-tiba serta selalu ingat bahwa ajalnya telah dekat. Barang siapa yang mengabaikan ajalnya, maka patutlah dia didatangi ajalnya dengan tiba-tiba dan diserang ketika ia dalam keadaan terpedaya dan lengah, karena manusia sering terpedaya oleh angan-angannya akan (kesenangan dunia)."
Wahai saudaraku, bagaimana sikap kita setelah membaca penuturan Ibnu Daqiq Al-`Id, Ali bin Abi Thalib dan Ibnu ‘Abbas, dll seperti di atas ? Semoga kini pandangan kita tentang hidup dan waktu telah berubah. Semoga benar, bahwa modal yang dikaruniakan Allah kepada kita berupa waktu haruslah kita manfaatkan sebesar-besarnya dan sebaik-baiknya untuk mengejar akhirat.
Meskipun demikian, bukan berarti kita sama sekali tidak mengurusi dunia kita. Akan tetapi, kita mengurusinya sebatas kebutuhan dan jangan sampai seumur hidup kita habis untuk mencari uang. Padahal makan dan minum, tempat tinggal, pakaian, dan kebutuhan hidup telah tercukupi.
Jangan pula kita habiskan hidup ini untuk mengejar jabatan, kedudukan, karir dan prestasi duniawi, sedangkan persoalan mendasar dalam agama justru kita sepelekan. Sungguh merupakan pengaturan waktu yang buruk ketika seorang muslim menghabiskan hampir seluruh waktunya dalam sehari untuk dunia sedangkan waktu untuk mengurusi akhiratnya hanya dia sisihkan dari sisa-sisa waktu yang terselip.
Saudaraku muslimin wal muslimat rahimakumullah, Dalam sebuah hadist Rasululloh SAW bersabda : “Hitung-hitunglah dirimu sebelum engkau dihitung” (HR Tirmidzi)
Itulah mungkin yang harus kita lakukan agar kita tidak termasuk orang yang merugi. Allah SWT sama sekali tidak butuh amal-amal kita. Allah SWT tidak butuh ketaatan kita. Setiap kebaikan yang kita perbuat, ketaatan yang kita lakukan adalah kembali untuk diri kita sendiri..
Janganlah kita seperti orang yang tak tahu diuntung …. Kita sudah diberi modal oleh Allah SWT, dan harus kita manfaatkan sebaik-baiknya. Umur yang tersisa ini adalah modal kita untuk menggapai ridho Allah SWT dan memperoleh jannah-Nya… Selamat berniaga Saudaraku !
Ya Allah, mudahkanlah kami selaku hamba-Mu untuk memanfaatkan waktu ini dalam ketaatan dan dijauhkan dari kelalaian. Amin Yaa Mujibas Saailin.
Semoga apa yang kami sajikan ini bermanfaat bagi hati yang ingin terus disirami.
Wabillahi Taufik Walhidayah …
Wassalamu.alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Oleh, Alex Hartono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar