'Wahai Tuhan, sungguh ku tak layak untuk masuk ke dalam syurgaMu ...
Namun tak pula diriku kan sanggup bila dimasukan ke dalam nerakaMu ...
Ampunkanlah dosa-dosaku dan terimalah taubatku ...
Sesungguhnya Engkaulah pengampun dosa-dosa besar ...
Ibu masih terngiang suaramu meski saat ini jarak memisahkan aku dari mu. Sentuhan lembut jari mu di masa kanak-kanakku masih terasa menemani hari-hari ku. Bahkan semua itu menjadi inspirasi dan motifasi bagiku untuk menjalani hari-hari dalam hidupku yang penuh dengan liku-liku. Saat aku jauh, lidah mu tidak pernah kering dari doa untuk kebaikan anak mu. Semua kau lakukan tanpa menuntut pamrih dan balas jasa anak mu. Tapi apa, apa yang anak mu berikan kepada mu? Semua belum sepadan dengan apa yang telah kau berikan pada ku.
Setiap detik dan pergantian hari, kau asuh anak mu. Kau sapih dua tahun lamanya, tapi kau tidak pernah meminta imbalan dari anak mu. Bahkan sebaliknya terkadang anak mu tidak bisa membalas budi baik mu. Sebaliknya bayak sekali sikap ku melukai hatimu, tapi kau tetap memaafkan sikap anak mu.
Sungguh, aku bukan lah anak yang baik yang bisa memberikan balas budi untuk mu. Waktu yang mengantarkan ku pada kehidupan nyata telah banyak menorehkan prasasti tak ternilai dari mu. Tapi aku sering lupa, lupa akan apa yang telah engkau berikan kepada ku. Maaf kan anak mu yang telah lalai terhadap semua jasamu.
“Banyak hal yang tidak aku bisa ungkap dengan kata-kata
saat aku ingin mengucap terima kasih padamu
namun ibu mengetahui semua perasaanku
bahkan saat aku menutupi semua masalahku dengan senyum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar