Salah satu hal yang bermanfaat bahkan sampai kita meninggal adalah amal jariyah. Amalan-amalan yang akan terus mengalir manfaatnya bagi orang lain dan bagi kita sendiri, itulah jariyah, bukan semata recehan atau lembaran yang masuk dalam kotak jariyah setiap Jumat. Segala hal yang kita lakukan hari ini, dengan manfaat kebaikan yang kontinyu adalah jariyah. Pohon yang kita tanam, kerikil yang kita sumbangkan untuk mushala, jalan kampung yang turut kita upayakan, semua adalah jariyah.
“Masbro, aku kangen cletukanmu, keluhanmu… semoga masbro tenang di sana ya…,” tulis seseorang di wall fb kawan saya.
Sudah setahun lebih kawan saya itu meninggal karena serangan jantung di usia muda. Entah kenapa kali tiba-tiba terlintas di pikiran saya untuk mengecek fbnya, apakah masih aktif atau tidak. Ternyata mendapati fb kawan saya tersebut masih aktif, bahkan wallnya masih berisi tulisan-tulisan yang rutin dikirimkan oleh beberapa kawannya. Tulisan-tulisan berisi doa dan kenangan bersama almarhum.
Saya baca satu-persatu ucapan-ucapan dan doa itu. Seluruh post dari kawan-kawannya masih lengkap tertulis di wallnya, hingga pada hari berpulangnya kawan saya. Terpampang lengkap ucapan-ucapan bela sungkawa dari kerabat dan kawan-kawan. Tertulis juga keterkejutan mereka tentang berpulangnya kawan saya ini, di usia yang belum genap tiga puluh tahun.
Saya scroll lagi ke bawah, mencoba melihat status-statusnya saat tangannya masih mampu mengetik di tuts-tuts keyboard. Statusnya selalu bersemangat, menyenangkan. Tidak ada status yang berisi keluhan, terlebih lagi umpatan dan kata-kata kasar. Statusnya sesekali memotivasi.
Terlintas di pikiran saya, betapa beruntungnya kawan saya ini, sebab hidupnya mampu menginspirasi, dengan kata-katanya, dengan perbuatannya. Bahkan tulisan-tulisanya di wall fb nya setahun lalu masih menyisakan semangat bagi orang-orang yang tak sengaja membacanya.
Sedangkan di wall-wall fb yang lain, masih banyak orang-orang yang menuliskan kesia-siaan, bahkan keburukan. Umpatan dan cacian, kata-kata kotor tertulis rapi. Ada pula yang rajin mengutuki orang lain yang berseteru dengannya di dunia nyata. Lalu, bagaimana jika mereka meninggal, sedangkan masih menyisakan tulisan-tulisan buruk itu?
Tulisan kita adalah kenangan. Tulisan kita akan selalu ada bahkan selepas kepergian kita. Alangkah beruntungnya bila kita terbiasa menuliskan kebaikan, sebab kenangan itulah yang akan terbaca. Apa jadinya jika yang mampu kita tuliskan hanyalah hal-hal buruk? Maka itulah kenangan kita.
Segala tulisan yang kita tuangkan dalam kertas, atau dalam lembaran-lembaran digital, bukanlah sesuatu yang hanya bisa dinikmati hari ini. Bukan lepas tertuliskan, lantas menguap begitu saja. Segala tulisan kita akan tetap ditempatnya, menunggu untuk dibaca, bukan hanya hari ini, tapi esok dan esok lagi. Tulisan memang abadi. Sekalipun umur kita terhenti, tulisan kita tetap akan menjangkau umur bumi.Dengan tulisan, maka ide-ide kita akan abadi. Gagasan yang kita tuliskan akan selalu menunggu untuk dibaca hingga akhir zaman.
Maka sungguh beruntung orang-orang yang menuliskan kebaikan, gagasan-gagasan yang mampu menginspirasi hingga hari akhir. Sungguh senang jika pahala terus melimpah, sebab orang lain berbuat kebaikan dengan asbab tulisan kita, sementara kita menunggu di dalam barzakh. Alangkah menyenangkannya jika pembaca tulisan kita menyebarkan kebaikan yang pernah kita tuliskan, menuliskannya kembali, lantas orang-orang berbondong-bondong berebut pahala, lagi-lagi sebab tulisan kita.
Dan tentu saja ada orang-orang yang sedang dalam kebangkrutan parah di alam barzakh. Sebab pemikirannya, gagasannya, tulisannya yang menyeru kepada kejahilan disebarkan dengan penuh kebahagiaan oleh pengikut-pengikutnya.
Tulisan adalah jariyah. Jika kita memilih untuk menulis – apapun dan dimanapun –, maka pastikan jariyah kita berbuah pahala, dengan menuliskan kebaikan. Jika kita tak mampu menulis yang baik-baik, maka lebih baik tak menuliskan apapun, sebab dosa pun bisa jadi jariyah dan membangkrutkan kita sebangkrut-bangkrutnya.
Setiap hari, kita tak lepas dari tulisan. Dan tulisan yang paling banyak ditulis saat ini adalah tulisan tulisan singkat di social media. Namun Tulisan-tulisan yang singkat dan tampak tak berarti pun mungkin dapat membangkrutkan kita, jika kita memberinya warna yang salah.
“Masbro, aku kangen cletukanmu, keluhanmu… semoga masbro tenang di sana ya…,” tulis seseorang di wall fb kawan saya.
Sudah setahun lebih kawan saya itu meninggal karena serangan jantung di usia muda. Entah kenapa kali tiba-tiba terlintas di pikiran saya untuk mengecek fbnya, apakah masih aktif atau tidak. Ternyata mendapati fb kawan saya tersebut masih aktif, bahkan wallnya masih berisi tulisan-tulisan yang rutin dikirimkan oleh beberapa kawannya. Tulisan-tulisan berisi doa dan kenangan bersama almarhum.
Saya baca satu-persatu ucapan-ucapan dan doa itu. Seluruh post dari kawan-kawannya masih lengkap tertulis di wallnya, hingga pada hari berpulangnya kawan saya. Terpampang lengkap ucapan-ucapan bela sungkawa dari kerabat dan kawan-kawan. Tertulis juga keterkejutan mereka tentang berpulangnya kawan saya ini, di usia yang belum genap tiga puluh tahun.
Saya scroll lagi ke bawah, mencoba melihat status-statusnya saat tangannya masih mampu mengetik di tuts-tuts keyboard. Statusnya selalu bersemangat, menyenangkan. Tidak ada status yang berisi keluhan, terlebih lagi umpatan dan kata-kata kasar. Statusnya sesekali memotivasi.
Terlintas di pikiran saya, betapa beruntungnya kawan saya ini, sebab hidupnya mampu menginspirasi, dengan kata-katanya, dengan perbuatannya. Bahkan tulisan-tulisanya di wall fb nya setahun lalu masih menyisakan semangat bagi orang-orang yang tak sengaja membacanya.
Sedangkan di wall-wall fb yang lain, masih banyak orang-orang yang menuliskan kesia-siaan, bahkan keburukan. Umpatan dan cacian, kata-kata kotor tertulis rapi. Ada pula yang rajin mengutuki orang lain yang berseteru dengannya di dunia nyata. Lalu, bagaimana jika mereka meninggal, sedangkan masih menyisakan tulisan-tulisan buruk itu?
Tulisan kita adalah kenangan. Tulisan kita akan selalu ada bahkan selepas kepergian kita. Alangkah beruntungnya bila kita terbiasa menuliskan kebaikan, sebab kenangan itulah yang akan terbaca. Apa jadinya jika yang mampu kita tuliskan hanyalah hal-hal buruk? Maka itulah kenangan kita.
Segala tulisan yang kita tuangkan dalam kertas, atau dalam lembaran-lembaran digital, bukanlah sesuatu yang hanya bisa dinikmati hari ini. Bukan lepas tertuliskan, lantas menguap begitu saja. Segala tulisan kita akan tetap ditempatnya, menunggu untuk dibaca, bukan hanya hari ini, tapi esok dan esok lagi. Tulisan memang abadi. Sekalipun umur kita terhenti, tulisan kita tetap akan menjangkau umur bumi.Dengan tulisan, maka ide-ide kita akan abadi. Gagasan yang kita tuliskan akan selalu menunggu untuk dibaca hingga akhir zaman.
Maka sungguh beruntung orang-orang yang menuliskan kebaikan, gagasan-gagasan yang mampu menginspirasi hingga hari akhir. Sungguh senang jika pahala terus melimpah, sebab orang lain berbuat kebaikan dengan asbab tulisan kita, sementara kita menunggu di dalam barzakh. Alangkah menyenangkannya jika pembaca tulisan kita menyebarkan kebaikan yang pernah kita tuliskan, menuliskannya kembali, lantas orang-orang berbondong-bondong berebut pahala, lagi-lagi sebab tulisan kita.
Dan tentu saja ada orang-orang yang sedang dalam kebangkrutan parah di alam barzakh. Sebab pemikirannya, gagasannya, tulisannya yang menyeru kepada kejahilan disebarkan dengan penuh kebahagiaan oleh pengikut-pengikutnya.
Tulisan adalah jariyah. Jika kita memilih untuk menulis – apapun dan dimanapun –, maka pastikan jariyah kita berbuah pahala, dengan menuliskan kebaikan. Jika kita tak mampu menulis yang baik-baik, maka lebih baik tak menuliskan apapun, sebab dosa pun bisa jadi jariyah dan membangkrutkan kita sebangkrut-bangkrutnya.
Setiap hari, kita tak lepas dari tulisan. Dan tulisan yang paling banyak ditulis saat ini adalah tulisan tulisan singkat di social media. Namun Tulisan-tulisan yang singkat dan tampak tak berarti pun mungkin dapat membangkrutkan kita, jika kita memberinya warna yang salah.
Sumber : http://fimadani.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar